Shin
menarik tangan Chae-gyeong dengan paksa dan membawanya pergi naik
mobil. “Kita mau pergi kemana?” tanya Chae-gyeong,. tapi Shin sama
sekali tak menjawab pertanyaan Chae-gyeong. Shin membawa mobilnya melaju
ke sebuah hutan kecil. Shin menghentikan mobilnya disana.
“Kau
tahu betapa khawatirnya aku? Kau bahkan tak membawa bodyguard. Kupikir
kau mungkin kecelakaan” hardik Shin. “Terimakasih karena sudah
benar-benar khawatir tentang aku” jawab Chae-gyeong dengan nada dingin.
“Jangan terluka karena foto-foto yang tak ada artinya itu” kata Shin
kemudian. “Foto yang tak berarti? Apa kau benar-benar tak punya
keseriusan apapun dalam dirimu. Jika bukan aku, kau pasti akan sangat
khawatir tentang Hyo-rin. Kau mungkin tak pernah punya hubungan yang
serius dengan siapapun. ” sindir Chae-gyeong.
“Apa
kau sedang bercanda denganku? Setidaknya kau…”Shin tak sempat
melanjutkan kata-katanya karena dipotong oleh Chae-gyeong. “Aku
benar-benar menyesal telah mengganggu hubungan kalian berdua. Saat aku
pindah ke Istana, aku butuh seseorang untuk kuikuti. Tak peduli betapa
jahatnya kau dan kejamnya tingkah lakumu, terkadang saat kau ada di
sampingku, aku merasa bahagia dan memberiku kekuatan. Tapi sekarang, aku
tak lagi merasakan hal itu” ungkap Chae-gyeong.
“Apa
maksudmu?” tanya Shin. “Aku merasa sekarat tetap ada disampingmu” jawab
Chae-gyeong dengan ketus. Chae-gyeong keluar dari mobil dan Shin ikut turun. “Kau mau pergi kemana?” panggil Shin. Chae-gyeong pun berhenti melangkah dan membiarkan Shin menghampirinya.
“Kau
bilang untuk menunggu 2-3 tahun. Baiklah. Kita bercerai 2-3 tahun lagi”
kata Chae-gyeong. “Apa? Bagaimana jika aku menolaknya?” Shin balik
bertanya. “Aku ini bukan boneka yang terus saja harus memenuhi
kehendakmu. Jadi, nanti saat kau ingin kembali ke Hyo-rin,
kau bisa bersamanya. Kupikir lebih baik kita menghormati batas
masing-masing. Atau dengan kata lain, kita mungkin…..kita mungkin harus
melupakan kenangan masa lalu yang kita punya. Jika kita berada di bawah
langit yang sama dan berpijak di bumi yang sama, akan membuatku semakin
membencimu. Dan aku akan jadi sangat sulit untuk menghentikan rasa benci
itu” ungkap Chae-gyeong panjang lebar.
Shin
kecewa mendengar kata-kata Chae-gyeong. “Apa hidup di dalam Istana
sangat berat untukmu? Jika kau benar-benar ingin bercerai, aku akan
menceraikanmu.” kata Shin dengan berat hati. “Siapa yang lebih dulu
bilang cerai, dasar kau brengsek!” maki Chae-gyeong. “Karena pada
awalnya aku tak menyukaimu. Kenapa seorang gadis biasa bisa mengganggu
hidupku. Dan dengan matanya yang besar selalu bertanya ini itu. Saat aku
mendengar kata-katamu, aku merasa hidupku ini penuh kepalsuan. Semua
hal yang kupercayai itu nyata, ternyata semuanya palsu. Dan menghilang
dalam sekejap. Terkadang aku sering memikirkannya. Tapi terkadang, aku
bertanya pada diriku sendiri….apakah aku bisa bertahan hidup tanpamu?”
ungkap Shin.
“Itu berarti….apa benar….?” tanya Chae-gyeong dengan gugup. Chae-gyeong senang mendengar pengakuan Shin. “Karena semua itu, aku bertaruh
kalau aku bisa hidup tanpamu” lanjut Shin. Chae-gyeong jadi kecewa lagi
mendengarnya. “Orang akan selalu bisa beradaptasi dengan lingkungannya
secara perlahan. Aku hidup tanpamu selama 19 tahun. Aku pasti bisa
melalui hidupku walau tanpamu. Tapi aku mungkin akan merindukan
tingkahmu. Karenamu aku sangat lelah, bertengkar denganmu dan saat-saat
kita bersama. Kupikir ini jadi kebisaaan untukku. Layaknya aku tak
pernah seperti itu sebelumnya, aku merasa kosong” ungkap Shin.
“Jadi
hanya seperti itu. Kau bisa memperbaiki kebisaaanmu” kata Chae-gyeong
kemudian beranjak pergi. “Bagaimana caramu memperbaiki kebisaaanmu?
Setidaknya katakan padaku sebelum kau pergi” pertanyaan Shin
menghentikan langkah Chae-gyeong. Chae-gyeong berbalik menghadap Shin.
“Aku tak tahu, cari tahu saja sendiri. Kau bahkan tak punya sedikitpun
cara untuk menghargai seseorang. Dasar kau orang jahat!” maki
Chae-gyeong setengah menangis.
Chae-gyeong
berbalik dan melangkah pergi. Tapi Shin menyusulnya, meraih tubuh
Chae-gyeong dan memeluknya dari belakang. “Apa yang kau lakukan?
Lepaskan aku” teriak Chae-gyeong. “Sebentar saja. Bisakah kau diam
seperti ini sebentar?” Pinta Shin. Shin semakin erat memeluk
Chae-gyeong. Chae-gyeong membalikan badannya. Kemudian mereka berdua
berpelukan dengan mesra. Chae-gyeong tersenyum bahagia, Shin juga
merasakan hal yang sama.
Di
istana, Ratu sedang berkumpul bersama Ibu Suri, Seo Sang-gung dan Park
Sang-gung. Mereka sedang mengamati baju yang dulu di jahit oleh ibu suri
sendiri untuk Shin yang baru lahir. Ibu Suri senang sekali mengingat
waktu Shin baru lahir. Ratu senang sekali karena Ibu Suri masih
menyimpan hal itu. Ibu Suri sangat bahagia sekali. Ratu pun merasakan
hal yang sama. Mereka sekarang sedang menunggu kelahiran seorang
keturunan kerajaan.
Hyo-rin
ada di rumahnya bersama ibunya. Dia sedang mengambil jemurannya. Tapi
belum dilakukannya karena dia senang memandangi langit yang begitu cerah
sore itu. Ibunya berkata, langit itu seperti Hyo-rin begitu cerah dan
suci. Hyo-rin tersenyum senang mendengar pujian ibunya. Ibunya kemudian
bertanya bagaimana dengan uang sekolah Hyo-rin. Hyo-rin meminta ibunya agr tak khawatir, gurunya sudah membayar semua uang sekolahnya.
Ibunya tak tahu bagaimana cara membayar kebaikan guru Hyo-rin. Dia
sudah banyak sekali membantu Hyo-rin. Hyo-rin bilang, saat dia sudah
menjadi seorang balerina terkenal, dia akan punya banyak uang yang bisa
dipakainya untuk menebus semua kebaikan gurunya. Hyo-rin selesai
mengambil baju yang dijemurnya, kemudian mengajak ibunya masuk ke dalam
karena cuacanya sangat dingin.
Hye-jeong
di kediamannya sedang sibuk dengan laptopnya. Yul masuk ke dalam begitu
saja tanpa mengucapkan salam pada ibunya. Ibunya heran dan kemudian
menghampiri Yul yang sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Ibunya
bertanya kemana saja Yul seharian ini pergi. Yul hanya diam saja. Ibunya
semakin mendekat dan kaget meihat luka di bibir Yul. Ibunya bertanya
apa yang terjadi. Tapi Yul diam saja dan berkata kalau dia lelah, dia
hanya ingin tidur.
Shin
dan Chae-gyeong sedang duduk berduaan di sebuah bangku di atas bukit.
Shin terus memandangi Chae-gyeong yang sedang sibuk memperhatikan begitu
banyak bintang di langit. “Untuk bintang-bintang, mereka memiliki waktu
mereka sendiri. seperti juga di dunia manusia, yang punya masanya
sendiri” kata Shin. “Wow! Shin-gun, bagaimana kau bisa tahu hal semacam
itu” puji Chae-gyeong dengan kagum.
“Ya!
Bacalah beberapa buku! Buku! Ini hanya bagian dari kata-kata yang ada
di novel favoritku” jawab Shin sambil menunjuk-nunjuk dahi Chae-gyeong.
Shin berkata sambil tertawa. “Menurut buku, planet juga memiliki
kemampuannya sendiri untuk terus berputar. Manusia juga, mempunyai
masanya dimana mereka akan meninggal. Dalam 2500 tahun, mulai sekarang
saat 2500 tahun berlalu, semua hal yang terjadi pada kita sekarang,
mungkin juga akan terjadi pada kita nanti. Dan kita akan bertemu dengan
beberapa orang yang pernah kita temui sebelumnya” terang Shin.
“Jadi
menurut buku itu, kita akan bertemu lagi setelah 2500 tahun?” tanya
Chae-gyeong. “Hampir seperti itu” jawab Shin. “Shin-gun mungkin tak
ingin bertemu denganku lagi” kata Chae-gyeong. “Tidak. Kupikir aku akan
bertemu denganmu lagi. Jika aku bersamamu, aku rasa aku takkan bosan.
Aku benci kalau jadi bosan” kata Shin. Chae-gyeong kesal karena merasa
Shin hanya menggodanya. Jadi Chae-gyeong memukul dada Shin. Shin merasa
kesakitan. Chae-gyeong panik karenanya.
“Apa
kau sakit? Apa kau tak apa-apa?” tanya Chae-gyeong. Shin memegang
tangan Chae-gyeong. Kemudian tertawa dan berkata, “Inilah kenapa kau tak
bisa. Inilah kenapa aku senang mempermainkanmu”. Chae-gyeong kesal. Dia
melepaskan tangannya dan mencari sesuatu. Dia mencari batu dan ingin
memukulkannya pada Shin.
“Hei
apa yang kau lakukan? Kau tak takut masuk penjara karena membunuhku”
teriak Shin sambil berlari mengelilingi bangku itu. “Aku tak takut masuk
penjara” jawab Chae-gyeong sambil terus mengejar Shin. “Baiklah kalau
begitu kita mati sama-sama” kata Shin sambil mengambil batu yang lebih
besar daripada yang di bawa Chae-gyeong. “Ya! Aku minta maaf. Aku yang
salah” kata Chae-gyeong yang ketakutan. Tapi karena batu yang dibawa
Shin terlalu besar, Shin tak kuat lagi mengangkatnya sehingga dia
menjatuhkannya. Jadi Chae-gyeong mengejar Shin lagi dengan batu di
tangannya. Mereka tertawa dengan gembira malam itu.
Keesokan
harinya, Ibu Suri kaget mendengar kabar kalau Shin memukul Yul. Seo
Sang-gung mengatakan, dia tak tahu apa alasannya dan apa yang sebenarnya
terjadi antara kedua pangeran itu. Sepertinya keduanya bertengkar hebat
tapi tak ada yang tahu apa masalah mereka. Ratu masuk ke kediaman Ibu
Suri dan memerintahkan Park Sang-gung untuk memanggil Shin kesitu. Tapi
tiba-tiba seorang dayang berkata kalau Hye-jeong menunggu Ratu di
kediamannya.
Hye-jeong
marah-marah atas perlakuan Shin pada Yul. Ratu hanya bisa menunduk dan
terus meminta maaf pada kakak iparnya itu. Ratu berjanji hal semacam itu
takkan terjadi lagi. Hye-jeong terus saja marah-marah. Dan Ratu hanya
meminta pengertian Hye-jeong kalau putranya masih muda dan masih labil
emosinya. Hye-jeong bilang akan melupakan insiden ini dan meminta Ratu
agar cepat pergi dari kediamannya. Ratu hanya bisa memendam kekesalannya.
Sementara
itu di kediaman pribadi Raja, Hye-myeong sedang menyeduhkan teh untuk
ayahnya yang sedari tadi terus saja mengomel karena mendengar berita tak
sedap yang beredar di dalam istana. Raja ingin mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Tapi Hye-myeong menghalangi ayahnya menelepon ke
istana. Dia yang akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi untuk
ayahnya.
Raja
mengeluh, kenapa lebih mudah mengurus 10 orang anak daripada mengurus
Shin seorang. Selalu saja membuat maslaah dimana-mana. Hye-myeong
mencoba membela adiknya. Dia bilang, wajar kalau anak seumuran Shin
punya emosi yang meluap-luap. Mereka mungkin bertengkar hanya karena
salah ucap saja. Raja berkata agar mereka bersiap-siap untuk kembali ke
istana.
“Ayah,
kita harus mendengar apa yang Shin katakan terlebih dahulu, karena
kesehatanmu juga belum membaik” bujuk Hye-myeong. “Aku terlalu lama
meninggalkan istana” kata Raja.
Di
kediaman Hye-jeong, Hye-jeong sedang bicara berdua dengan Yul. Ibunya
bertanya apa yang terjadi pada wajah Yul. Yul malah bertanya dengan
marah pada ibunya, apa ibunya yang membuat berita tentang dirinya di
internet. Hye-jeong menyangkalnya, kenapa Yul berpikir seperti itu. Yul
bilang, karena tak mungkin peristiwa yang terjadi di dalam istana,
tersebar begitu cepat di luar istana.
Hye-jeong
mencoba membela diri. Bukan dia yang melakukannya. Ada seorang
fotografer bodoh yang mengambil gambar dan memasangnya di situsnya.
Benar-benar bocah yang keras kepala. Tapi, tidakkah Yul berpikir kalau
surga telah membantu mereka. Yul bertanya, apa tak apa-apa kalau dirinya
terlibat dalam masalah seperti ini.
Hye-jeong
menenangkan putranya. Keluarga Kerajaan takkan membiarkan hal itu
menyebar ke depan publik. Itu hanya rumor jadi, takkan ada banyak
serangan balik. Ini hanya masalah yang akan dianggap menimpa
Putra Mahkota yang tak bisa mengendalikan emosinya. Dan itu akan
membuat masyarakat menilai buruk pada sosok Putra Mahkota. Jadi sekarang
mereka bisa tenang. Apalagi pemilihan calon Raja sebentar lagi. Hal itu
akan membuat masyarakat bisa menilai mana yang terbaik antara Yul dan
Shin. Yul pergi begitu saja dari hadapan ibunya. Hye-jeong bertanya Yul
mau pergi kemana. Yul dengan dingin berkata kalau dia juga bersalah dalam masalah itu.
Di
sekolah, dalam kelas Chaeg-yeong ramai sekali. Wali kelas Chae-gyeong
masuk dan menenangkan murid-muridnya. Chae-gyeong terus melihat ke arah
bangku Yul yang kosong pagi itu. Hingga dia tak menyadari kalau sedari
tadi wali kelasnya mengabsen-nya. Barulah saat wali kelasnya
memanggilnya Bigung Mama, Chae-gyeong baru menjawab. Hal itu
membuat kesal wali kelasnya. “Apa kau tak mau menjawab jika kau tak
dipanggil dengan sebutan “Tuan Putri”?” sindir wali kelasnya.
Chae-gyeong hanya bisa diam.
Bahkan
saat pelajaran, dia masih terus saja melamun dan memandangi bangku Yul.
Sampai-sampai wali kelas Chae-gyeong harus memutar kepala Chae-gyeong
untuk menghadap ke depan dan memperhatikan apa yang sedang
diterangkannya. Kang-hyeon yang duduk di sebelah Chae-gyeong, dengan
berbisik-bisik bertanya, apa Chae-gyeong tahu berita yang beredar.
Chae-gyeong mengiyakan. Kang-hyeon bertanya, apa itu alasan Yul tak
masuk hari ini. Chae-gyeong tak bisa berkata apa-apa. Sementara itu
Hee-sung dan Sun-yeong terus menunggu jawaban Chae-gyeong.
Kang-hyeon
masih terus bertanya, apa yang sebenarnya membuat Yul dan Shin
bertengkar. Chae-gyeong bilang, itu hanya salah paham saja. “Hei, Tuan
Putri. Aku memohon padamu agar lebih berkonsentrasi pada pelajaranmu”
tegur wali kelas Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya bisa tersenyum
malu-malu.
Sepulang
sekolah, Chae-gyeong langsung menuju kediaman Yul. Tapi dia sama sekali
tak melihat Yul. Kemudian dia kaget saat melihat Kwak Sang-gung
(Sang-gung Hye-jeong) berdiri dibelakangnya. Kwak Sang-gung bertanya,
apa yang sedang dilakukan Chae-gyeong disini. Chae-gyeong bilang dia
hanya merasa khawatir akan keadaan Yul karena tadi Yul tak masuk
sekolah. Dia hanya ingin melihat Yul sebentar saja.
Kwak
Sang-gung meminta maaf. Karena Yul berpesa, dia tak ingin bertemu
siapapun. Chae-gyeong mengatakan, kalau Kwak Sang-gung melapor pada Yul
dan berkata kalau Chae-gyeong ingin bertemu dengan Yul, Yul mungkin mau
menemuinya. Kwak Sang-gung berkata, Ibu Suri saja tak mau ditemui Yul.
Kwak Sang-gung hanya bisa meminta maaf. Chae-gyeong pun pamitan pulang.
Chae-gyeong
sampai ke kediamannya, tapi kemudian dia mampir di kediaman Shin yang
sedang sibuk membaca buku. “Aku tadi baru saja mengunjungi tempat
Yul-gun. Tapi dia tak ingin bertemu siapapun” kata Chae-gyeong. Shin
hanya diam saja. “Dia tak masuk sekolah dan aku belum melihatnya sejak
kemarin. Apa mungkin lukanya parah” keluh Chae-gyeong. “Mungkin dia
sibuk” jawab Shin kemudian. Shin merasa agak marah dan pindah ke tempat
tidurnya sambil membaca lagi. Chae-gyeong pun pulang ke kediamannya
dengan kecewa.
Kasim
Kong masuk ke kamar Shin dan berkata kalau Raja ingin bertemu dengan
Shin di istana dalam. Shin bertanya apa gunanya istana Myeong-seong
(loteng tempat Yul dan Chae-gyeong berduaan). Kasim Kong hanya berkata
kalau itu hanya tempat yang tak terpakai. Shin bertanya, kalau hanya
tempat yang tak terpakai kenapa Yul bisa tahu tempat seperti itu. Kasim
Kong kaget mendengarnya dan bertanya apa Yul sering ada di sana. Shin
berkata pada Kasim Kong untuk melupakan pertanyaannya dan cepat pergi
menghadap Raja.
Raja
berdua bersama Shin di istana dalam. Raja bertanya kenapa Shin
memperlakukan Yul seperti itu. Shin bilang dia tak ingin membicarakan
lebih detail masalah itu. Raja marah dan bertanya, apa Shin tak sabaran
hingga dia tak ingin membicarakan hal itu dengan lebih jelas.
“Semuanya
salahku” kata Shin. “Kau adalah orang yang akan menempati posisi
tertinggi di masa depan. Aku sudah mendidikmu dengan hati-hati dan
sungguh-sungguh sejak kau kecil. Bagaimana bisa kau melakukan hal
seperti ini” maki Raja. Shin mengamati foto yang ada didepan Raja. Foto
Shin yang sedang menarik Chae-gyeong dan memukul Yul.
“Kenapa
kau tak bisa jadi seorang Raja yang bijaksana seperti yang kuharapkan?”
tanya Raja. “Kau hanya bisa menyalahkan pada sifatku sejak kecil tanpa
menghargai perasaanku” kata Shin. “Beraninya kau!” bentak Raja. raja
menahan kekesalannya. “Kau pikir apa kau masih punya kualifikasi yang
baik sebagai Putra Mahkota?” tanya Raja. “Ayah, kau selalu saja bicara
tentang hal itu. Kau tak perlu khawatir. Ada banyak orang disekelilingku
yang akan cocok dengan posisi itu” ungkap Shin.
“Kau
itu bicara apa?” tanya Raja yang makin kesal mendengar jawaban Shin.
“Anakmu akan pergi sekarang” pamit Shin. Shin bangkit dari tempat
duduknya. Langkahnya terhenti saat Raja berkata, “Mungkinkah, masalah
kali ini berawal karena Putri Mahkota?”. “Tidak” tegas Shin sambil
langsung menuju keluar. Ratu ternyata ada di depan ruangan Raja bersama
Park Sang-gung yang membawakan obat untuk Raja. Shin hanya bisa
memandangi ibunya tanpa berkata apa-apa. Ibunya sedih menatap Shin.
Ratu
masuk ke dalam dan berbicara dengan Raja. “Pemberontakan hati Pangeran
sepertinya jadi semakin serius. Itu sangat membuatku khawatir” keluh
Raja pada istrinya. “Ini terjadi karena hal itu terbiasa terjadi pada
anak yang seumuran dengannya. Jika Raja bisa lebih perhatian dan
menghadapinya dengan lapang dada, dia mungkin akan bisa berubah” kata
Ratu.
“Aku
khawatir karena dia sama sekali belum bisa merubah kelakuannya. Benar
begitu kan? Kenapa Ratu tak bicara apapun padaku saat aku bertanya
tentang Pangeran? Pangeran berubah jadi tak terkontrol seperti itu
karena terus kau lindungi” tanya Raja. Ratu mencoba bersikap tenang.
“Seharusnya, dilihat dulu bagaimana masalah itu bisa terjadi. Kau harus
melihat dengan lebih baik lagi masalahnya” kata Ratu.
Raja
menghela nafas. “Masalah Pangeran bukan hanya masalah pemberontakan
dirinya uang semakin berkembang, masalah yang ada karena takdir jahat,
bisa juga adalah akhir bagiku” kata Ratu. “Apa yang kau bicarakan?”
tanya Raja. Ratu hanya diam saja. “Setelah kejadian itu, orang-orang
akan meragukan kemampuan Shin dan mungkin juga takkan mau mendukungnya”
kata Raja. “Yang Mulia, selama pemerintahan masih Monarki Konstitusi,
masalah seperti ini akan selalu ada” kata Ratu. Raja mulai ragu akan
kemampuan Shin untuk jadi penerusnya. Sementara Ratu terus berusaha
membela putranya.Ratu mengingatkan Raja untuk meminum obatnya yang sudah
mulai dingin.
Di
rumah keluarga Chae-gyeong, Ayah, Ibu dan juga Chae-jun sedang sibuk
membicarakan tentang kelakuan Shin yang beredar di internet. Chae-jun
malu, karena kakak iparnya ternyata orang yang kasar. Ibu Chae-gyeong
bertanya pada ayah Chae-gyeong, apa benar Shin bertindak seperti itu.
Ayah Chae-gyeong membela Shin. Shin adalah seorang Putra Mahkota yang
tenang, pintar dan berkharisma.
Tapi
kemudian ibu Chae-gyeong menduga. Itu hanya terlihat dari luar. Dari
dalam siapa yang tahu. Mereka mulai mengkhawatirkan keadaan Chae-gyeong.
Mereka takut, kalau Shin akan melakukan kekerasan pada Chae-gyeong.
Mereka membayangkan Chae-gyeong disiksa oleh Shin dan berteriak sendiri
karenanya. Tapi Chae-jun bilang, tak mungkin Shin seperti itu. Yang
mungkin malah Chae-gyeong yang memukuli Shin!
Raja
dan Ratu berkumpul dengan Ibu Suri dan Hye-myeong. Ibu Suri bertanya
bagaimana keadaan Raja. Raja menenangkan ibunya dan berkata kalau dia
baik-baik saja. Ibu Suri khawatir, skandal tentang Shin membuat
kesehatan Raja terganggu. Raja bilang, dia lebih mengkhawatirkan masalah
Putra Mahkota daripada kesehatannya sendiri.
Ratu
bilang, masalah Putra Mahkota sekarang sudah tersebar luas. Raja
mengusulkan, bagaimana kalau mengadakan konfrensi pers untuk
mengklarifikasi masalah itu. Hye-myeong bilang, itu bukan ide yang baik.
Malah orang-orang akan mengira kalau keluarga Putra Mahkota dalam
keadaan terdesak dan hanya bisa mencoba memperbaiki lewat konfrensi
pers.
Hye-myeong
menambahkan, mungkin akan lebih baik kalau membiarkan semua itu terjadi
apa adanya. Seperti misalnya mengusulkan agar Shin pergi berdua dengan
Chae-gyeong dalam suatu pertunjukkan seni atau semacamnya dan
menunjukkan pada orang-orang kalau hubungan mereka berdua baik-baik
saja.
Raja
bertanya, apa mungkin wartawan tiba-tiba muncul untuk meliput mereka
berdua. Hye-myeong dengan pasti mengiyakan. Saat bagian anggota keluarga
kerajaan keluar, pasti akan ada wartawan yang mengikuti mereka untuk
mencari berita. Dan jika tak terbukti skandal yang beredar tentang
kekerasan Shin yang mungkin bisa dilakukannya pada istrinya, keburukan
Shin akan hilang sendirinya dari pikiran mereka semua.
“Sungguh
kebetulan sekali. Kedutaan Perancis mengundang pasangan itu untuk
menghadiri pertunjukkan besok” kata Ratu. “Sejak Pangeran dalam situasi
seperti ini, kita tak bisa mengirimkannya” kata Raja. “Ayah, sudah tak
ada hal yang bisa dilakukan untuk mengubah opini publik. Akan lebih baik
kalau mereka selalu pergi berdua saat ini” bujuk Hye-myeong. “Mereka
harus pergi. Lakukanlah apa yang diusulkan Hye-myeong” Ibu Suri ikut
memberikan pendapatnya.
Chae-gyeong
sedang bermain hulahoop bersama dengan kedua dayang setianya di depan
kediamannya. Salah seorang dayangnya bertanya kenapa Chae-gyeong
melakukan hal ini. Chae-gyeong bilang, itu karena ada seseorang yang
bilang kalau dia kelebihan lemak. Dayangnya bertanya lagi siapa yang
mengatakan seperti itu. Chae-gyeong bilang, dia menyadari kalau memang
wajahnya sekarang ini sebulat bulan purnama dan dan dia malu.
Dayangnya
berkata, sejujurnya, sebelumnya Chae-gyeong terlihat kurus saat dia
kehilangan selera makannya. Chae-gyeong bilang, sekarang selera makannya
semakin meningkat. Dia tak suka lagi menahan laparnya. Tanpa mereka
tahu, Shin lewat di belakang mereka.
Shin
mendekati mereka. salah satu dayang Chae-gyeong berhenti memutar-mutar
hulahoopnya dan menunduk sambil mundur ke belakang. Chae-gyeong bertanya
ada apa. Dayang yang satunya juga ikut menghentikan bermain hulahoop
saat melihat Shin datang.
“Apa yang sedang kau
lakukan pagi-pagi begini? Kau terlihat buruk sekali” tanya Shin.
Chae-gyeong diam saja dan terus memutar hulahoop itu di pinggangnya.
“Ya! Aku sedang bicara denganmu” teriak Shin. “Kenapa? Bukankah bagus
untukmu kalau aku semakin cantik” jawab Chae-gyeong. “Aku tak suka
wanita yang terlalu kurus seperti mumi di Yunani” kata Shin. “Kan kau
sendiri yang menyarankan agar aku menguruskan badanku” kata Chae-gyeong
tak mau kalah.
“Kau
kan juga harus sedikit menguruskan badanmu agar kau terlihat lebih
tampan saat difoto” kata Chae-gyeong. “Kenapa harus, badanku bagus” kata
Shin dengan PD-nya. Chae-gyeong tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
“Sindrom Pangerannya (merasa paling sempurna) muncul lagi” kata
Chae-gyeong pada kedua dayangnya. “Terserah kau saja. Mungkin itu lebih
baik. Aku hampir saja mati kemarin saat aku menggendongmu” sindir Shin.
“Kau
tak perlu khawatir akan hal itu. Kakak, ayo kita lakukan lagi. Lakukan
bersama-sama” kata Chae-gyeong. Shin hendak melangkah pergi, tapi
kemudian dia berbalik sebentar dan tersenyum manis memandang
Chae-gyeong. Shin pergi meninggalkan mereka.
Malam
itu, mereka berdua menghadiri undangan Kedutaan Perancis. Tentu saja
banyak wartawan yang ingin memburu berita mereka berdua. Chae-gyeong
mengeluh. Dia sama sekali tak suka musik klasik. Seperti biasanya,
dibalik senyumnya pada wartawan, Shin mengancamnya untuk tetap terus
tersenyum.
Semua
orang menikamati pertunjukkan musik itu kecuali Chae-gyeong. Dia malah
tertidur pulas. Ngorok lagi! Shin tak tahu harus berbuat apa, jadi dia
hanya diam saja. Chae-gyeong terbangun saat dia terantuk tangan Shin
yang keras. Dia mengaduh kesakitan sambil memegangi kepalanya.
Shin
menyuruh Chae-gyeong untuk bangun tapi Chae-gyeong mengeluh, musik
klasik itu seperti lagu nina bobo yang menyuruhnya untuk terus bangun.
Shin terus meminta Chae-gyeong untuk cepat bangun karena banyak orang
yang mengamati mereka. Chae-gyeong tak tahan dan bilang kalau dia ingin
pergi ke toilet saja.
Di
toiley, Chae-gyeong mencoba membuat dirinya sendiri agar tidak
mengantuk. Tapi sama sekali tak bisa. Dia merasa baru saja minum obat
tidur. Rasanya ngantuk sekali. Karena tak melihat air yang tergenang
dibawahnya, Chae-gyeong jatuh terpeleset dan sepatu hak tingginya jadi
patah karena insiden itu. Chae-gyeong bingung apa yang harus
dilakukannya.
Sementara
itu, Shin menyusul istrinya di toilet dan memanggil Chae-gyeong yang
ada di dalam toilet dengan pelan-pelan. Takut ketahuan orang lain karena
itu toilet wanita!
Cha-egyeong
bilang dia ada di dalam. Shin tadi sempat berpikir kalau Chae-gyeong
kabur. Shin minta Chae-gyeong keluar karena pertunjukkan sudah selesai.
Chae-gyeong bilang dia tak bisa keluar. Shin akhirnya masuk ke dalam
toilet untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Shin mengajak
Chae-gyeong keluar dan akhirnya tahu apa yang menyebabkan Chae-gyeong
enggan keluar dari toilet.
Shin
mencoba memnancapkan kembali hak sepatu Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong
marah karena Shin malah bisa merusaknya kalau sepatunya dipukul-pukulkan
ke tembok seperti itu. Lalu kemudian Shin minta sepatu Chae-gyeong yang
sebelahnya lagi dan kemudian melepas hak sepatu yang satu lagi. Beres.
Chae-gyeong bisa berjalan lagi dengan sepatunya yang sudah tak punya hak
tinggi.
Shin berjalan duluan. Chae-gyeong
mengikuti dibelakangnya sambil tersenyum senang dan kemudian dengan
manja memegang lengan kanan Shin. Chae-gyeong bertanya kenapa tadi Shin
pikir kalau dia melarikan diri. “Saat kau kehilangan akalmu, kau itu
orang yang suka kabur kapan saja semaumu” sindir Shin.
Tiba-tiba
datang wartawan yang mengerubuti mereka dan bertanya tentang kekerasan
yang Shin lakukan. Mereka meminta Shin untuk mengomentari berita itu.
Chae-gyeong bingung, apa Shin bisa menutupi masalah itu. Dengan santai
Shin menjawab, itu hanyalah masalah biasa yang terjadi antar teman.
Chae-gyeong senyum-senyum sambil mengangguk-angguk mendengar jawaban
Shin.
Kemudian
mereka bertanya bagaimana masalah antar pasangan. Shin dengan santai
menjawab. Mereka hanyalah pasangan baru. Chae-gyeong membatin, “Dia
benar-benar hebat mengatasi masalah ini”. Chae-gyeong terus saja
tersenyum disamping Shin. Mereka kemudian meminta Shin dan Chae-gyeong
untuk berfoto agar bisa mereka tampilkan di koran esok hari. “Kalau
begitu, seperti ini saja” kata Shin sambil mencium pipi Chae-gyeong
dengan mesra.
Esok
harinya di istana. Ibu Suri, Ratu dan Hye-myeong berkumpul membaca
berita itu dan Ibu Suri tertawa bahagia melihat kabar yang muncul pagi
itu. Ternyata membuat mereka berdua tidur dalam satu kamar bukanlah ide
yang buruk. Ratu merasa malu karena itu tak pantas dilakukan di depan
semua orang. Tapi yang lainnya senang melihat berita itu. Ratu bilang
dia menyesal karena menganggap Shin dan Chae-gyeong terlalu cepat
melakukan malam pertama mereka.
Ibu
Suri tak terima penyesalan Ratu. Ratu memang masih muda. Tapi dia sudah
tua. Dia tak tahu berapa lama lagi dia bisa menunggu kehadiran seorang
cucu. Ratu berkata, bukan begitu maksudnya. Ibu Suri meminta Ratu tak
bicara lagi. Ibu Suri ngambek! Hye-myeong mencoba merayu neneknya agar
tak marah pada ibunya.
Chae-gyeong
berteriak-teriak masuk ke kamar Shin yang sedang sibuk membaca. Dia
merasa malu karena berita dan fotonya saat dicium Shin tadi malam muncul
di koran hari itu. Shin hanya senyum-senyum saja melihat kepanikan
Chae-gyeong itu. Chae-gyeong terus memprotes. Shin bilang dia harus
melakukan hal itu untuk meredam gosip buruk yang beredar.
“Atau
sekarang kau ingin aku menciummu dengan sungguh-sungguh ya?” tanya
Shin. “Haruskah kita menunjukkan pada orang-orang itu sesuatu yang ingin
mereka lihat. Misalnya sebuah ciuman” goda Shin sambil memegangi
Chae-gyeong dan berpura-pura hendak menciumnya. Chae-gyeong marah, dan
dia ingin mengantukkan dahinya ke kepala Shin seperti yang pernah
dilakukannya. Shin berkelit, karena dia sekarang sudah memahami
kebiasaan istrinya yang satu itu. Shin tertawa senang karena berhasil
mengerjai Chae-gyeong.
“Kita
ini tak lebih dari aktor profesional. Kita adalah idola yang mereka
jadikan panutan. Kita juga bisa menggunakan media semau kita. Mudah
kan?” kata Shin. “Itu yang kau pikirkan? Jangan mempermainkan rakyat.
Kami mencintai keluarga kerajaan dari hati kami. Kami sangat menghormati
Raja. Dan kami menghargai Pangeran masa depan kami” sangkal
Chae-gyeong.
Shin
merasa gugup tak tahu harus menjawab apa mendengar kata-kata
Chae-gyeong. Karena Shin diam saja, Chae-gyeong memukulnya memakai koran
yang dibawanya. Chae-gyeong takut Shin membalasnya. Karena itulah dia
bersembunyi dibalik koran sambil senyum-senyum.
Hye-jeong
sedang menunggu seseorang di sebuah restoran. Dia mengingat masa
lalunya. Raja waktu itu (Mertuanya, suami Ibu Suri yang sekarang),
mengusirnya dan Yul. “Pergilah kau dan Yul sejauh mungkin dari istana.
Tinggalkan istana dan jangan pernah kembali lagi. Jangan pernah muncul
di hadapanku lagi” hardik Raja. “bagaimana mungkin anda sejahat ini
padaku?” tanya Hye-jeong.
“Apa
kau pikir aku tak tahu hubunganmu dengan Pangeran Hyo-ryul (Ayah Yul)
dan Pangeran Hyo-tae (Ayah Shin)? Apa kau mencoba merusak keluarga
kerajaan dan negara ini?!” maki Raja. raja bangkit dari singgasananya.
“Kau tahu orang-orang dan wajah mereka, tapi kau tak tahu hati mereka.
Apa yang mereka tanam, itulah yang akan mereka tuai” hardik Raja yang
sedang marah besar. Raja pergi meninggalkan Hye-jeong yang sedang
menahan kekesalannya.
Kasim
Kong menemui Hye-jeong dan berkata kalau dia membawa perintah dari
Raja. “Jika anda tinggal di luar istana, keluarga kerajaan tidak akan
menanggung biaya hidup anda. Tapi jika anda mau tinggal di luar negeri,
biaya hidup anda akan ditanggung oleh kerajaan. Bijaksanalah dalam
memilih. Aku hanya menyampaikan pesan. Aku pergi sekarang ” kata Kasim
Kong. Hye-jeong hanya bisa menahan kejengkelannya.
Orang
yang ditunggu Hye-jeong akhirnya datang. Ternyata Hye-jeong sedang
menunggu Hyo-rin. “Apa yang sedang kau pikirkan? Sepertinya kau sedang
berpikir sesuatu yang berat?” tanya Hyo-rin. “Aku hanya berpikir tentang
masa lalu” jawab Hye-jeong. “Banyak sekali yang terjadi di istana
akhir-akhir ini. Jadi mungkin lebih baik kalau kita bertemu di luar
istana saja” kata Hye-jeong. Hyo-rin terlihat kecewa mendengarnya.
Tiba-tiba
Hyo-rin bertanya, tentang cinta pertama Hye-jeong. Hye-jeong bilang,
“Orang-orang bilang, laki-laki menganggap, cinta pertama itu adalah
orang yang pertama ada di hatinya. Wanita menganggap, cinta pertamanya
adalah orang yang ada dalam kenangannya. Tapi kenapa kau bertanya hal
itu?”.
Hyo-rin
menunjuk ke hatinya dan berkata, “Disini. Rasanya sakit sekali. Aku
merasa seakan mau mati. Sakit sekali”. “Aku mengerti bagaimana
perasaanmu. Aku juga pernah merasakannya. Cinta membuatku terluka. Dunia
ini membuatku terluka. Jadi aku ingin menyerah saja karena aku lelah.
Tapi diusiaku sekarang, aku menyadari sesuatu. Kau tahu apa itu? Di
kehidupan ini, hal yang paling penting dari yang lainnya adalah cinta.
Meskipun kau miskin, dengan cinta kau akan jadi kaya. Tak peduli
seberapa kayanya dirimu, jika kau kehilangan cinta, kau akan merasa
kesepian dan sedingin musim dingin” kata Hye-jeong.
“Apa
maksudmu?” tanya Hyo-rin. “Untuk melindungi cintaku, aku membayar harga
yang mahal untuk itu.” Jawab Hye-jeong. “Lalu?” tanya Hyo-rin lagi.
“Aku jadi pemilik cinta. Tak seorangpun bisa membayar kembali cinta itu
dan menjadi pemilik cinta. Benar begitu kan?” kata Hye-jeong. Hyo-rin
hanya diam saja mendengarnya.
Ibu
Suri, Raja, Ratu dan Hye-myeong sedang berbincang-bincang mengenai Yul
dan Shin. Raja ingin menemui Yul, tapi Yul sama sekali belum mau keluar
dari kediamannya. Hye-myeong mencoba menenangkan suasana dan bilang agar
semuanya jangan khawatir. Anak laki-laki seumuran mereka memang sering
sekali bertengkar. Dengan begitu mereka akan jadi laki-laki yang hebat
saat mereka jadi dewasa. Hye-myeong mengusulkan, bagaimana kalau mereka
mengadakan makan malam bersama agar berkumpul. Supaya keduanya bertemu
dan berbaikan kembali.
Ibu
Suri berkata itu ide yang bagus. Saat Hye-jeong masuk, mereka belum
pernah mengadakan pesta untuknya. Ratu bilang, sebuah makan malam yang
sederhana sudah lebih dari cukup. “Bagus. Kita juga bisa berfoto
bersama” kata Ibu Suri. “Foto?” tanya Raja. ibu Suri mengangguk. “Putra
Mahkota dan Permaisurinya sudah lama menikah. Tapi di album foto
keluarga kita, Permaisuri belum memiliki foto satupun bersama kita” kata
Ibu Suri.
“Nenekku
memang penuh perasaan” puji Hye-myeong. “Kalau menggunakan bahasa
modern, seleraku tak terlalu buruk kan?” tanya Ibu Suri. Mereka semua
tertawa. Bahkan Park Sang-gung yang duduk di belakang mereka juga ikut
tertawa.
Mereka
mengadakan jamuan makan malam di kediaman Chae-gyeong. Wajah Ibu Suri
penuh dengan senyum. “Setelah 14 tahun, kita bersama sebagai keluarga
kerajaan lagi. Aku akan mati tanpa menyesal. “Yang Mulia, kenapa anda
berkata seperti itu?” kata Ratu. “Ratu benar, Ibu. Kau akan berumur
panjang” kata Raja. Ibu Suri tersenyum mendengarnya.
“Di
dunia ini, ada 3 macam kebohongan besar. Nomor 1, adalah seorang
pengusaha yang bilang kalau dia sama sekali tak punya keuntungan. Yang
kedua, adalah seorang gadis cantik yang bilang kalau dia tak ingin
menikah. Orang kuno bilang, “Semakin cepat mati, semakin cepat masalah
selesai”. Itu yang nomor 3” ucap Ibu Suri. Semuanya tertawa mendengar
perkataan Ibu Suri. Chae-gyeong yang tertawanya paling keras.
“Karena
Bi-gung, aku jadi semakin humoris. Ngomong-ngomong, sejak kapan ya,
keluarga kerajaan jadi tidak humoris?” tanya Ibu Suri tiba-tiba.
Semuanya tertawa mendengarnya. Raja juga tertawa dengan keras mendengar
kekonyolan Ibu Suri. Tiba-tiba terdengar pengumuman kalau Yul datang.
Semua menoleh ke arah Yul.
Yul
minta maaf karena dia terlambat. Ibu Suri langsung menyuruhnya untuk
cepat duduk. Yul duduk di tengah-tengah Hye-jeong dan Hye-myeong. Di
hadapannya persis, duduk Chae-gyeong yang diapit oleh Ratu dan Shin.
Chae-gyeong memandangi Yul dengan senyuman, Yul memandangi Shin dengan
tajam, Shin memandangi ekspresi wajah istrinya dengan cemburu.
Makan
malam dimulai. Hye-jeong memuji hubungan Shin dan Chae-gyeong yang
semakin mesra. Shin berkata kalau ini terjadi juga berkat doa dari
Hye-jeong. Ibu Suri berkata, Shin sudah menikah, bagaimana dengan Yul.
Yul juga bisa segera menikah. Hye-jeong bilang, Yul itu lebih suka
memikirkan pelajarannya terlebih dahulu daripada pernikahannya.
Ibu
Suri berkata, kenapa harus bersikap seperti itu. Sudah saatnya bagi Yul
untuk menikah seperti Shin. Yul sudah cukup umur. “Pangeran Yul pasti
juga ingin menikah dengan seorang gadis secantik dan sebaik Putri
Mahkota, kan?” tanya Ibu Suri. Chae-gyeong terus menunduk. Yul dengan
tegas mengiyakan kata-kata Ibu Suri. Ratu terus menatap Yul. Shin
mencoba meredam emosinya dalam hati.
“Aku
ingin segera menikah. Tapi aku ingin menikah dengan wanita yang
kusukai” ungkap Yul. “Kau sudah memikirkan hal itu, apa kau sudah punya
calonnya?” tanya Raja. “Menurut tradisi, harusnya hal ini diatur oleh
para tetua” serobot Hye-jeong yang takut putranya berkata macam-macam.
“Ada seseorang yang kusuka” tegas Yul. Chae-gyeong menghentikan
makannya. Shin terus melirik ke arah istrinya. “Siapa dia?” tanya Ibu
Suri. “Kalian mungkin penasaran siapa dia, tapi tolong jangan bertanya
lagi. Aku akan mengatakannya saat waktunya tepat” pinta Yul.
“Wah,
inilah sisi lain dari Yul. Siapa yang sebenarnya telah mencuri hati
Pangeran kita?” canda Hye-myeong. “Jadi begitu… Mnegejutkan sekali”
timpal Shin. Chae-gyeong menatap Shin sambil makan. “Meskipun aku tak
tahu siapa dia, semoga harapanmu bisa jadi kenyataan” lanjut Shin. “Itu
pasti” kata Yul tak mau kalah. Tiba-tiba Chae-gyeong merintih kesakitan.
Lidahnya tergigit.
Ratu
memerintahkan Choi Sang-gung untuk mengambil obat. Shin bilang dia yang
akan mengambilkan obat untuk Chae-gyeong. Yul segera bangkit dari
tempat duduknya dan kemudian mengisi sapu tangannya dengan es batu. Yul
menghampiri Chae-gyeong dan menyuruh Chae-gyeong menggigit es itu agar
darahnya berhenti. Semua menatap keduanya dengan penuh tanda tanya.
Hye-jeong menelan ludah, takut kalau perasaan Yul pada Chae-gyeong
ketahuan oleh yang lainnya.
Para
tetua berkumpul terpisah dari keempat anak-anak untuk menikmati
hidangan penutup. Raja berkata, dia ingin kalau mereka lebih sering
berkumpul. Ibu Suri menyetujui usul itu. Ibu Suri berkata, dia merasa
senang sekali saat berada di Pulau Jeju (Di Museum Boneka). Dia bilang,
saat dilahirkan kembali, dia ingin terlahir di sebuah tempat yang jauh
dari istana. Semua tertawa mendengarnya.
Yul
yang duduk tak jauh dari meja mereka berkata, selama Ibu Suri masih
hidup, Ibu Suri bisa merubah keluarga kerajaan. “Apa maksudmu?” tanya
Shin. “Meskipun keluarga kerajaan masih ada, tapi kita tak bisa ikut
campur dalam hukum. Tapi jika kita lihat dari sisi lain, bagaimanapun
keluarga kerajaan akan tetap ada tanpa alasan apapun” kata Yul.
Hye-jeong menyuruh Yul berhenti bicara. Tapi Raja ingin Yul meneruskan
kata-katanya.
“Sejujurnya,
Keluarga kerajaan itu seperti mainan mahal. Yang ada untuk mengobati
kebosanan orang-orang” lanjut Yul. “Apa maksudmu dengan semua itu,
Pangeran Yul?” tanya Ratu. Raja meminta Ratu agar diam saja. Ibu Suri
pusing mendengarnya. Hye-jeong hanya bisa mendesah karenanya.
“Jadi
menurutku, keluarga kerajaan harusnya tidak hidup seperti ini. Harusnya
tidak hidup bergantung pada pajak masyarakat. Menikmati hidup dengan
memakai pajak” kata Yul lagi. Hye-myeong yang biasanya pintar, sampai
harus berpikir keras untuk mengimbangi kata-kata tajam Yul.
“Jika
kita ingin mendapatkan kembali kekuatan kita, kita yang sebenarnya tak
punya apa-apa. Itulah kenapa, kita sebagai keluarga kerajaan harus jadi
semakin kuat dan punya kekuatan” kata Yul lagi. “Itu ide yang bagus.
Tapi apa itu tak terlalu tinggi?” tanya Shin. “Kenapa kau berpikir
seperti itu?” Yul malah balik bertanya.
“Meskipun
kita mempunyai batas. Tapi rakyat menghormati kita. Dibandingkan dengan
mendapatkan kekuatan untuk keluarga kerajaan, akan lebih baik kalau
kita melaksanakan kewajiban kita untuk melindungi budaya yang berarti
bagi rakyat. Bukankah itu juga penting?” kata Shin. “Itu hanya pendapat
lain. Meskipun keluarga kerajaan masih tetap ada, dibandingkan keluarga
kerajaan yang tak punya kekuatan, bukankah yang punya kekuatan itu lebih
baik untuk masa depan?” Yul masih tak mau kalah.
Raja
memuji Yul yang punya kepekaan memikirkan masa depan keluarga kerajaan.
Tapi tetap saja, mematuhi apa yang jadi kewajiban keluarga kerajaan
untuk melestarikan budaya, harus tetap dijunjung tinggi. Di dunia ini,
banyak terdapat keluarga kerajaan. Dibandingkan dengan aturan yang ada,
mereka lebih memperhatikan rakyat sebagai bagian dari diri mereka.
“Karena
keluarga kita telah berkumpul, aku mengatakan ini sebagai sebuah
pertimbangan. Aku akan mengingat apa yang dikatakan oleh Yang Mulia
Raja” kata Yul kemudian. “Senang sekali mendnegranya. Kau sudah
memikirkan tentang hal ini. Ini hal yang bagus” puji Raja. yul tersenyum
sambil memandang Shin. Shin pun menatapnya.
Jang-gyeong
menemui Hyo-rin yang sedang sendirian di ruang balet. “Hyo-rin, apa kau
tak mau pulang, aku akan mengantarmu” kata Jang-gyeong. Hyo-rin menoleh
dan berkata agar Jang-gyeong pulang lebih dulu. Jang-gyeong pun pergi
meninggalkan Hyo-rin sendirian.
Para
dayang sibuk membereskan semua seperti semula. Chae-gyeong sedang sibuk
berbincang dengan seorang dayang mengenai foto yang ada di HP dayang
itu. Foto bunga yang indah. Yul menghampiri mereka. Dan dayang itu pun
pergi menjauh dari Chae-gyeong.
“Duduklah”
kata Chae-gyeong. Mereka berdua pun duduk di depan kediaman
Chae-gyeong. “Akhirnya aku bisa melihat wajah Yul-gun. Apa selama ini
kau sakit?” tanya Chae-gyeong. “Aku memikirkan banyak hal” jawab Yul.
“Oh, begitu. Aku pikir kau sakit karena apa yang terjadi hari itu” kata
Chae-gyeong. “Apa aku selemah itu?” tanya Yul. Chae-gyeong tertawa. “Aku
hanya khawatir saja” jawab Chae-gyeong.
“Apa
kau akan selalu khawatir tentang aku?” tanya Yul tiba-tiba. Chae-gyeong
terkejut mendengarnya. “Tentu saja. Kita kan teman. Shin Chae-gyeong
selalu setia pada temannya” jawab Chae-gyeong. Yul terlihat kecewa
mendengar ucapan Chae-gyeong. “Tapi… Apa wajahmu tak apa-apa? Waktu
itu…” tanya Chae-gyeong lagi. “Insiden itu, jangan dipikirkan lagi” kata
Yul.
“Aku
minta maaf sebelumnya, maaf karena menyebabkan kesalahpahaman yang
terjadi di antara kalian” pinta Chae-gyeong. “Aku tak marah karena kau”
kata Yul. “Sejujurnya, aku pernah sekali mencarimu” ungkap Chae-gyeong.
“Ini aneh sekali. Meskipun kau tak ada disisiku, kau selalu ada di
pikiranku” ungkap Yul. Chae-gyeong gugup mendengarnya. “Sering sekali,
kau datang menemaniku, masuk ke dalam pikiranku. Jadi itu tak apa-apa”
tanya Yul.
Shin
ternyata ada di pintu dan mendengar ungkapan hati Yul. Dia kemudian
menggenggam tangan Chae-gyeong dan bertanya, bolehkah dia membawa
istrinya pergi dari situ. “Aku sudah bilang pada nenek kalau dia bisa
melihat bintang-bintang bersama sepanjang hari ini. Dan Ibu Suri bilang
ingin melihatnya bersama Bi-gung” kata Shin. Shin menarik Chae-gyeong
pergi. Yul terlihat kecewa karenanya.
Shin
tiba-tiba menghentikan langkahnya. “Oh ya, sangat bagus sekali bicara
tentang teori reformasi keluarga kerajaan. Tapi di masa depan,
gunakanlah itu sebagai contohnya. Mungkin suatu saat nanti aku bisa
mendiskusikannya denganmu” sindir Shin. Yul kesal mendengarnya. “Lihat
saja nanti” kata Yul.
Hye-jeong
sedang berdua bersama Raja di sebuah ruangan. Raja berkata kalau dia
kaget dengan kepribadian Yul sekarang. Dia selalu jadi anak yang pintar
dan sensitif sejak kecil. Cinta yang ada di sekeliling istana di
fokuskan semua untuknya. Hye-jeong mengiyakan. Sejak pergi dari istana,
hidup Yul jadi sangat berubah. Hye-jeong tak bermaksud apa-apa. Sekarang
ini dia hidup hanya untuk Yul. Raja bilang, Yul semakin mirip dengan
kakaknya. Raja merasa bangga. Hye-jeong bilang, semakin Yul mirip dengan
ayahnya, dia semakin menderita.
Raja
bertanya apa maksud Hye-jeong. Hye-jeong bilang, dia tak bisa melupakan
peristiwa 14 tahun yang lalu. Seperti yang dia rasakan pada suaminya,
dia takut Yul juga akan pergi meninggalkannya. Itulah kenapa dia merasa
takut. Raja meminta agar Hye-jeong tak perlu khawatir, dia akan menjaga
Yul untuk Hye-jeong dan kakaknya. Hye-jeong berkata, hanya pada Raja lah
dia bisa bergantung tentang masa depannya dan Yul. Tanpa mereka tahu,
Ratu mendengarkan percakapan itu dari luar.
Ratu
menjauh dari tempat itu dan kemudian termenung memikirkan sesuatu.
Tiba-tiba dilihatnya Yul yang sedang sendirian. Ratu pun langsung
menghampiri Yul. Ratu berkata kalau dia ingin bicara dengan Yul.
“Sejak
kau masuk istana, sepertinya aku tak pernah menganggapmu” kata Ratu.
“Bukan seperti itu Yang Mulia” sangkal Yul. “Bagaimanapun juga aku ini
bibimu. Aku memperlakukanmu dengan kasar. Kaupasti membenciku. Dan waktu
itu, saat kau pergi dengan Bi-gung… Setelah aku berpikir, aku rasa aku
terlalu keras padamu” kata Ratu lagi. “ Itu kesalahanku. Aku memang
layak dibentak” jawab Yul. “Senang sekali jika kau berpikir seperti itu.
Tapi Pangeran Yul….Di dunia ini ada hal yang tak bisa dipaksakan. Apa
kau tahu itu?” tanya Ratu.
“Aku
tak tahu” jawab Yul. “Hal seperti takdir, seberapa keras pun kau coba
untuk meraihnya, kau sama sekali takkan bisa menggenggamnya. Dan
meskipun kau berhasil meraihnya, itu takkan bisa selamanya ada
ditanganmu. Jika kau menginginkan sesuatu yang bukan milikmu, kau hanya
akan tertekan. Itulah kehidupan. Hubungan antara pria dan wanita
bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan menggunakan otakmu. Dengan
kata lain, kau takkan mendapatkan apapun yang bukan milikmu. Alasan
kenapa aku mengatakan hal ini padamu, ini karena aku pernah melihat
sesuatu seperti yang terjadi padamu beberapa waktu yang lalu“ nasehat
Ratu.
“Apa
ini yang disebut takdir pernikahan?” tanya Yul. “Beberapa waktu yang
lalu, ada pernikahan yang tak cocok terjadi di istana. Jika kau tak
ingin itu terjadi pada takdirmu, tolong ingatlah kata-kataku” jawab
ratu.
Semua berkumpul di halaman dan siap berfoto. Semua orang berfoto dengan tersenyum bahagia.
Shin
termenung sendirian dan hanya Alfred yang menemaninya. Chae-gyeong
melihatnya dan kemudian berjalan menghampirinya. Chae-gyeong mengeluh
karena foto kali ini aneh sekali. Tak ada Ayah, Ibu dan adiknya di foto
itu. Chae-gyeong merasa tiba-tiba keluarganya berubah dan itu aneh
sekali rasanya. Shin menyangkalnya. Apanya yang aneh. Ini wajar terjadi
kalau sudah jadi istri seseorang.
Chae-gyeong
bilang dia masih belum merasakan hal itu.Chae-gyeong bergumam. Dia
ingin mereka semua berkumpul dalam satu keluarga yang utuh. Shin
bertanya apa maksud Chae-gyeong. Chae-gyeong berkata, dia tak bilang
apa-apa. Masih ada matahari esok hari. Jadi dia tak ingin berpikir
apa-apa hari ini.
Shin
tertawa, Chae-gyeong bisa juga mengatakan kata-kata yang bermakna
seperti itu. Shin tahu, itu pernah didengarnya dari film yang berjudul
“Gone with The Wind”. Chae-gyeong malah sama sekali tak tahu tentang
film itu dan minta Shin menjelaskannya. Shin mengeluh. Harusnya dia tak
bilang seperti itu pada chae-gyeong. Susah menjelaskannya.
Tiba-tiba
Shin bertanya, apa Chae-gyeong ingin melihat matahari terbit?
Chae-gyeong terkejut dan berkata kalau dia belum pernah melihat matahari
terbit sebelumnya. Shin bilang, matahari terbit semuanya sama saja.
Shin menelepon Kasim Kong dan berkata kalau dia akan pergi bersama
dengan Bi-gung dan berkata, kalau ada tetua yang bertanya, tinggal
bilang saja kalau mereka berdua, “Gone with The Wind”. Chae-gyeong
bertanya apa maksud Shin. Shin bilang, dia ingin melihat matahari terbit
berdua dengan Chae-gyeong agar otak Chae-gyeong terasa segar. Tentu
saja Chae-gyeong senang sekali mendengarnya.
Bersambung......
Bersambung......