Ibu
Suri bertanya pada Seo Sang-gung dan Choi Sang-gung apa yang sudah
terjadi antara Shin dan Chae-gyeong. Mereka bilang, sepertinya usaha
mereka untuk mengatasi gosip akan segera berhasil. Semalam rencana
mereka berjalan dengan lancar. Ibu Suri dan Ratu merasa senang. Ibu Suri
bilang, sekarang mereka hanya tinggal menunggu hasilnya. Sebentar lagi,
pasti akan lahir seorang cucu keluarga kerajaan.
Sementara
itu, Hye-jeong memegang sebuah foto sambil berkata, “Malam ini semua
orang bersenang-senang. Tapi besok, istana akan terhempas oleh “badai
darah”. Sekarang semunya akan kembali kepada anakku Yul”. Hye-jeong
memasukkan foto-foto itu yang ternyata adalah foto Shin dan Hyo-rin ke
dalam amplop besar.
Sementara
itu, Shin sedang sibuk menghitung karena tak bisa tidur. Sementara itu
Chae-gyeong sudah tidur pulas dalam pelukan Shin. “Kau bisa tidur dengan
mudah dalam situasi seperti ini. Kau pasti Dewa Tidur ya?” keluh Shin.
Dia mulai berhitung lagi agar bisa cepat tidur.
Keesokan
harinya, kedua dayang Chae-gyeong dan Chae-gyeong berusaha membangunkan
mereka berdua. Tapi sepertinya mereka berdua masih tidur lelap akibat
kelelahan karena ‘peristiwa semalam’.
Sementara
itu, di dalam kamar, keduanya terbangun dan salah tingkah karena tidur
berpelukan dan berhadap-hadapan. Chae-gyeong bertanya, semalam Shin tak
melakukan apa-apa padanya, kan. Tentu saja Shin mengomel. Kapan dia
sempat melakukan sesuatu pada Chae-gyeong. Chae-gyeong masih terus
bertanya, lalu kenapa Shin tidur sambil memeluk dirinya. Pasti Shin
bermaksud melakukan sesuatu padanya. Shin mencoba membela diri. Dia
tertidur dan hal itu terjadi begitu saja. Chae-gyeong masih tak mau
terima dan terus mengomel. “Diamlah, ganti baju dan bersihkan air
liurmu” ledek Shin. Chae-gyeong malah mengusapkan air liurnya ke tubuh
Shin!
Mereka
sudah berpakaian rapi dan keluar kamar. Shin menghampiri Chae-gyeong
yang sedang berteriak untuk melampiaskan kekesalannya. Shin bilang
‘kejadian’ tadi malam hanya ‘insiden’ kecil saja. Tak perlu
dibesar-besarkan. Chae-gyeong tak mau dengar. Dia minta Shin diam saja.
Chae-gyeong jengkel. Harusnya ciuman pertamanya dilakukan di sebuah
tempat yang romantis dengan seorang laki-laki yang romantis. Sekarang
impiannya itu sudah dihancurkan oleh Shin. Chae-gyeong kesal dan pergi
menjauh dari Shin. Shin mengikuti di belakang Chae-gyeong.
Shin
protes, “Kau pikir menyentuh bibirmu dengan bibirku hanya dalam waktu 1
detik itu disebut ciuman? Aku hanya menyentuhnya selama 1 detik”.
Chae-gyeong juga tak mau kalah, dia marah-marah, “Diam saja kau. Aku
bahkan tak mau berjalan dengan orang seperti kau”. Chae-gyeong hendak
beranjak pergi. Tapi Shin menarik tangan Chae-gyeong. Chae-gyeong yang
kesal mengalihkan perhatian Shin dan kemudian menohok dada Shin dengan
sikunya lalu kabur! Awalnya Shin merasa kesakitan, tapi kemudian dia
tertawa senang!
Chae-gyeong
sampai di depan kediamannya. Yul menunggunya. Chae-gyeong bertanya
kenapa pagi-pagi sekali Yul sudah ada di depan kediamannya. Yul bilang
dia langsung lari ke kediaman Chae-gyeong begitu matahari terbit.
Chae-gyeong bertanya, ada apa dengan Yul, apa Yul sakit. Yul tersenyum
dan kemudian meraih tangan Chae-gyeong.
“Kau
tak apa-apa kan? Tak ada yang saah kan?” tanya Yul kemudian. “Apa
maksudmu tak ada yang salah? Tentu saja tak ada yang salah” jawab
Chae-gyeong. Tiba-tiba Yul memeluknya dengan erat. Chae-gyeong merasa
tak nyaman kenapa Yul tiba-tiba memeluknya seperti itu. Chae-gyeong
mencoba melepaskan diri. Tapi kekuatan Yul lebih besar darinya.
Tiba-tiba Shin datang dan melepaskan dengan paksa pelukan Yul.
“Apa
yang kau lakukan? Kenapa? Apa kau pura-pura tak tahu apa-apa?” hardik
Shin. “Aku hanya memberi salam padanya karena aku sangat gembira bisa
bertemu dengannya. Apa itu salah hingga kau bereaksi seperti itu?”
teriak Yul yang tak terima perlakuan Shin. “Kau sangat senang sekali
bertemu dengannya…Apa perlu kau peluk dia sedemikian erat? Dia masih
istriku. Jadi jangan memeluknya tanpa ijin dariku!” tambah Shin dengan
emosi tinggi. Chae-gyeong berdiri dengan takut di belakang Shin. Shin
langsung menggandeng Chae-gyeong dan mengajaknya masuk ke dalam. Yul
terlihat kesal karenanya.
Di
dalam, Shin mengomeli Chae-gyeong karena masih merasa kesal. “Jika kau
adalah istri Raja di masa depan, bersikaplah seperti itu. Jangan
bertingkah seperti itu dengan seorang laki-laki meskipun dia adalah
sepupuku yang mungkin tak apa-apa jika kau ingin jalan-jalan bersamanya”
omel Shin. Chae-gyeong kesal mendengar omelan Shin itu.
“Kau
benar-benar ingin dipeluk oleh seorang pria…Tapi kenapa kau seperti itu
semalam? Jadi, apa perlu aku memnita pada orangtuaku untuk mengatur
malam yang sama seperti semalam untuk kita?” tanya Shin dengan suara
keras. “Aku tak punya waktu untuk bercanda” maki Chae-gyeong. “Lalu tadi
malam, bisakah kau memelukku seperti kau memeluk Yul? Masalahnya adalah
karena kau bertindak berbeda. Denganku, kau sangat marah hanya karena
aku menciummu walau hanya sekali. Tapi untuk orang lain kau bahkan tak
bisa marah” hardik Shin. Chae-gyeong hanya bisa diam memendam
kekesalannya.
“Jika
kita bercerai, apa kau berencana untuk kabur dengannya?!!” bentak Shin.
Chae-gyeong tak tahan lagi. Chae-gyeong berkata, “Sekarang aku tahu
kenapa aku merasa jijik. Lebih baik aku pergi dan mencuci mulutku
terlebih dahulu. Dasar brengsek” maki Chae-gyeong. Shin menatap
Chae-gyeong dengan kecewa. “Mungkin kalian, sebagai anggota keluarga
kerajaan sudah sejak awal di ajarkan bagaimana caranya menyakiti hati
seseorang. Bagaimana caranya agar mereka merasa kalau diri mereka memang
yang paling buruk. Kalian, keluarga kerajaan sama saja. Kalian semua
sangat jahat!” teriak Chae-gyeong kemudian meninggalkan Shin dan masuk
kedalam kamarnya sambil membanting pintu kamarnya. Shin hanya bisa diam
dan merasa kecewa.
Di sekolah, Chae-gyeong dan Yul berduaan
di ruang seni. Chae-gyeong sedang sibuk membuat bingkai. Sedangkan Yul
berdiri di depan Chae-gyeong. Yul pikir seharusnya mereka berdua harus
lebih dekat. Jadi mereka bisa menikah. Chae-gyeong tak tahu apa maksud
perkataan Yul. Yul bilang sekarang dia menyukai Chae-gyeong. Yul
bercerita. Awalnya dia pikir, dia menginginkan Chae-gyeong hanya karena
seharusnya Chae-gyeong memang miliknya. Tapi makin lama dia menyadari
kalau dia mencintai Chae-gyeong.
Chae-gyeong
minta agar Yul tak bercanda seperti itu. Yul bilang dia tidak sedang
bercanda. Yul bilang sudah terlambat sekarang untuk berpikir kalau
Chae-gyeong itu adalah istri dari sepupunya. Dia sudah tak bisa menahan
perasaannya lagi. Dia sekarang ingin jadi seorang Raja. Chae-gyeong
tahu, Yul mungkin sedang tertekan. Tapi tak perlu Yul mengatakan hal
itu. Yul bilang, dia berbeda dengan Shin. Dia takkan pernah meninggalkan
Chae-gyeong sendirian di dalam istana. Kakeknya merencanakan
pernikahannya dengan Chae-gyeong. Ayahnya juga menginginkan
pernikahannya dengan Chae-gyeong.
“Apa
maksudmu berkata seperti itu? Aku sudah menikah dengan Shin. Dan itu
takkan bisa dirubah” kata Chae-gyeong. Yul tersenyum, lalu berkata, “Apa
kau khawatir akan kritik orang tentang dirimu? Jangan khawatir. Saat
kau kembali ke istana sebagai istriku, kau takkan dikritik karena aku
akan jadi seorang raja yang punya kekuatan besar”. Chae-gyeong menatap Yul dengan perasaan sedikit takut.
Shin
dan ketiga temannya sedang sibuk merekam video di kamera. Tiba-tiba
Shin melihat dirinya yang sedang mencium Chae-gyeong di kameranya. Tentu
saja Shin kaget sendiri melihatnya. Dia mencoba melihat ke arah yang
dibidiknya, ternyata disana tak ada apa-apa. Shin bangkit dari tempat
duduknya, mengarahkan kameranya lagi dan kemudian tertawa sendiri.
Hyo-rin
sedang berlatih balet seorang diri. Tiba-tiba Yul datang
menghampirinya. Hyo-rin bilang, sekarang ini Yul terlihat berbeda. Ada
apa sebenarnya dengan Yul. Yul bertanya bagaimana bagaimana penilaian
Hyo-rin padanya sekarang. Hyo-rin bilang, kalau dia merasa Yul lebih
tegas dan lebih berani sekarang. Apa itu karena sekarang Yul pindah ke
istana. Yul hanya tersenyum.
Yul
kemudian bercerita, kalau semalam, Shin dan Chae-gyeong sudah melakukan
malam pertama. Yul hanya bilang, kalau mungkin Hyo-rin perlu tahu hal
ini. Hyo-rin bertanya apa benar seperti itu. Yul mengiyakannya. Yul
ingin mencegah hal itu terjadi, tapi dia sama sekali tak punya kekuatan.
Hyo-rin berterima kasih karena Yul memberitahunya. Yul bertanya, apa
Hyo-rin masih berpikir kalau dia bisa mendapatkan Shin kembali. Bukankah
semakin sulit sekarang. Hyo-rin tak terima. Dia bilang, dia bahkan
belum memulai apa-apa.
Di
kelas Chae-gyeong, semua murid heboh membicarakan berita di internet
tentang perjalanan Shin dan Hyo-rin di Thailand. Teman-teman Chae-gyeong
tak habis pikir, kenapa Hyo-rin harus menjegal Putri Mahkota lagi.
Kenapa Hyo-rin harus mengikuti Shin ke Thailand dan melukai Chae-gyeong.
Kang-hyeong bilang, ini hanya artikel berita. Tapi yang lain berpikir
ini serius. Hyo-rin itu memang brengsek. Chae-gyeong hanya diam saja
mendengarnya. Hee-sung tak terima. Dia bilang dia ingin memberi
pelajaran pada si brengsek Hyo-rin.
Kang-hyeon,
Hee-sung dan Sun-yeong turun ke bawah. Kemudian secara tak sengaja
mereka melihat Hyo-rin yang berjalan sendirian. Mereka langsung berlari
menghampiri Hyo-rin. Hee-sung dan Sun-yeong langsung menyerang Hyo-rin
dengan kata-kata pedas.
Hyo-rin
mencoba menghindar dari mereka. Tapi Hee-sung menahan dan memakinya.
“Hei! Kenapa kau tak menjauh saja dari calon Raja? Apa kau mencoba
mengganggu suami orang?” maki Hee-sung. Hyo-rin tak terima dengan
perlakuan mereka. “Tak ada yang perlu ku katakan pada kalian” kata
Hyo-rin. Hyo-rin mencoba pergi. Tapi Kang-hyeon mencengkram tangan
Hyo-rin dan mendorongnya dengan kasar ke tembok.
“Ya!
Kau pikir kau punya segalanya…Apa jadi orang kaya itu bagus?” maki
Kang-hyeon. “Apa yang kami katakan salah!” Sun-yeong ikut berteriak.
Banyak anak-anak yang berlarian mendekati mereka. “Kau! Berhentilah
mengejar suami orang dan berhentilah mengganggu Chae-gyeong!” teriak
Kang-hyeon lagi. “Ini bukan urusan kalian. Ini masalah Shin dan aku,
jadi menyingkirlah” jawab Hyo-rin.
Hyo-rin
mencoba pergi lagi. Kali ini Sun-yeong yang menariknya dan mendorongnya
hingga jatuh ke tangan Kang-hyeon dan Kang-hyeon mendorongnya hingga
jatuh tersungkur di lantai. “Jika kau membuat Putri menangis, kami juga
akan membuatmu menangis” teriak Sun-yeong sambil menangis karena
jengkel. “Bagaimana bisa kau melakukannya pada temanmu sendiri” Hee-sung
tak mau kalah. “Jangan pura-pura lemah. Ayo cepat berdiri!” teriak
Sun-yeong lagi.
Chae-gyeong
turun ke bawah dan melihat keributan itu. Dia langsung menghampiri
ketiga temannya dan Hyo-rin. “Ya! Apa yang kalian lakukan?” teriak
Chae-gyeong. Dia menghampiri Hyo-rin dan membantunya berdiri.
Chae-gyeong bertanya bagaimana keadaan Hyo-rin. Tapi Hyo-rin yang kesal
menampik tangan Chae-gyeong. HP Hyo-rin berbunyi. Dia segera menjauh
dari mereka semua, diiringi tatapan mencemooh teman-teman sekolah mereka
yang sedari tadi berkumpul mengelilingi mereka.
Hyo-rin
mengangkat HP-nya. Ternyata telepon dari Orangtua asuh Hyo-rin yang
mengabarkan kalau Ibu Hyo-rin dirawat di Rumah Sakit. Chae-gyeong
mendengar percakapan itu dan terkejut. Dia merasa kasihan pada Hyo-rin.
Apalagi saat pergi, Hyo-rin menangis. Chae-gyeong membuntuti Hyo-rin
sampai ke Rumah Sakit.
Di
Rumah Sakit, Hyo-rin menyuapi ibunya yang baru di rawat. Hyo-rin
bilang, memang sejak awal ibunya harus di rawat di Rumah Sakit. Tapi
ibunya meminta Hyo-rin agar tak khawatir. Hanya tulangnya saja yang
salah posisi. Jadi sakitnya tak terlalu parah. Ibunya bilang, dia akan
segera pulih setelah operasi. Hyo-rin bercerita, ibu temannya juga punya
sakit yang sama dan setelah operasi dia langsung pulih.
Hyo-rin
bertanya bagaimana dengan ibu asuhnya. Apa ibu asuhnya sudah membezuk
ke Rumah Sakit, ibunya bilang ibu asuh Hyo-rin berkata agar jangan
khawatir dan mendoakan agar ibu Hyo-rin cepat sembuh. Kemudian ibu
Hyo-rin bertanya, bagaimana kalau dia tidak sadar setelah operasi? Apa
yang harus dia lakukan untuk Hyo-rinnya?
Hyo-rin
memarahi ibunya agar tak berkata omong kosong. Ibu Hyo-rin terus saja
memegangi tangan Hyo-rin. “Kau sudah bekerja sepanjang hidupmu dan
sekarang kau harus istirahat” nasehat Hyo-rin. Ibu Hyo-rin merasa ada
yang sangat mengganggunya. Dia kesakitan. Jadi Hyo-rin membantu ibunya
agar berbaring. Dia membenarkan letak selimut dan membelai rambut ibunya
penuh kasih sayang. “Tunggulah. Kau akan baik-baik saja” kata Hyo-rin.
Hyo-rin
membawa makanan ibunya keluar dan kaget saat melihat Chae-gyeong
berdiri di depan pintu kamar tempat ibunya dirawat sambil menunduk
sedih. Chae-gyeong juga kaget saat dia mendongak dan ternyata ada
Hyo-rin di depannya sedang melotot ke arahnya. Hyo-rin melewati
Chae-gyeong begitu saja. Chae-gyeong masih tetap diam membisu.
Chae-gyeong
pulang kembali ke istana. Dia bingung menghadapi dua masalah sekaligus.
Bagaimana caranya agar bisa merubah perasaan Yul padanya dan bagaimana
caranya mengatasi masalah Hyo-rin. Dia benar-benar tak tahu apa yang
harus dilakukannya.
Ternyata
Yul sudah menunggunya di depan kediaman Chae-gyeong. Yul bertanya
kenapa Chae-gyeong baru pulang. Chae-gyeong bilang, ada sesuatu yang
harus dilakukannya hari ini. Chae-gyeong mencoba langsung masuk ke
dalam. Tapi Yul menahan tangan Chae-gyeong dan berkata kalau dia ingin
bicara. Chae-gyeong berkata dengan agak takut-takut, “Jangan memegangku
seperti itu. Di istana, apa kau tak tahu kalau aku punya posisi yang
lebih tinggi daripada kau? Aku ini istri dari sepupumu dan aku istri
dari calon Raja. jadi mulai sekarang, berhati-hatilah dengan apa yang
akan kau katakan”.
“Kau
sama sekali tak cocok dengan Shin. Kau tahu betapa dinginnya Shin"
sangkal Yul. "Itulah kenapa aku kasihan padanya. Dan saat aku merasa
kasihan padanya, aku mulai mengerti dia. Dan karena aku mengerti dia.
Aku mulai menyukainya. Setidaknya aku tahu satu hal dengan yakin.
Setidaknya, Shin tak pernah menginginkan sesuatu yang bukan miliknya.
Aku pergi sekarang” kata Chae-gyeong. Chae-gyeong masuk ke dalam dan Yul
hanya membisu memandangi Chae-gyeong. Mata Yul berkaca-kaca.
Chae-gyeong
masuk ke kediamannya dan disambut oleh dua dayang setianya. Chae-gyeong
langsung masuk menuju kamarnya. Dia terkejut melihat beberapa lembar
foto ada di kursi riasnya. Dia melihat foto itu satu persatu. Foto-foto
Shin dan Hyo-rin di Thailand! Juga termasuk foto Shin yang sedang
berciuman dengan Hyo-rin di bandara. Chae-gyeong shock melihatnya.
Ratu
juga sangat marah setelah mendapatkan kiriman foto yang sama dengan apa
yang didapat oleh Chae-gyeong. Ratu marah-marah pada Kasim Kong.
Bukankah Kasim Kong mengawasi Shin selama ada di Thailand. Bagaimana
mungkin hal seperti ini dapat terjadi dibawah pengawasannya. Kasim Kong
hanya bisa minta maaf. Ratu bilang semua sudah terlanjur terjadi. Tak
ada gunanya minta maaf.
Hal
pertama yang harus mereka lakukan adalah mengatasi foto-foto itu agar
tak tersebar ke luar istana. Kasim Kong mengiyakan. Ratu masih heran,
bagaimana foto-foto itu bisa masuk ke dalam istana. Ratu bertanya pada
Park Sang-gung yang berdiri di sebelah Choi Sang-gung apa dia sudah
menyelidikinya. Park Sang-gung bilang, tak ada orang lain yang dari luar
masuk ke dalam istana. Ratu kemudian menyimpulkan, itu berarti
pelakunya berasal dari dalam istana.
“Yang
Mulia, jika seseorang ingin mengancam kita, mereka akan mengirimkan
foto-foto itu ke media” kata Choi Sang-gung. “Lalu?” tanya Ratu. “Jadi
kami berpikir tentang hal lain, Yang Mulia” kata Kasim Kong. “Bicaralah”
pinta Ratu. “Kami pikir, itu adalah ulah orang dalam istana” lanjut
Kasim Kong. Ratu kaget mendengarnya, tapi kemudian mengangguk-angguk
tandan mengerti maksud ketiganya.
Semnetara
itu, di kediamannya, Hye-jeong juga sedang mengamati foto-foto itu
bersama Seo Sang-gung. “Haruskah kita mengirimnya ke Media?” tanya Seo
Sang-gung. “Tidak. Kita tunggu saja sebentar lagi. Aku rasa akan sangat
menarik melihat apa yang akan terjadi di dalam istana setelah ini” kata
Hye-jeong dengan angkuhnya. “Tapi Yang Mulia, mereka bilang, mereka
sedang mencari orang yang mengirimkan foto-foto itu” kata Seo Sang-gung
lagi.
Hye-jeong
tersenyum meremehkan. “Mereka bilang mereka akan menemukanku dengan
kemampuan mereka. Itu hanya omong kosong” kata Hye-jeong. “Yang Mulia,
foto-foto itu bisa membuat masalah untuk anda” nasehat Seo Sang-gung.
Hye-jeong mengatakan pada Seo Sang-gung agar tak khawatir. Ini hanya
seperti permainan berburu. Sebelum mengalaminya sendiri, sang pemain
akan mengalami tekanan dan gugup. Tapi sebenarnya, permainan itu
membosankan. Melawan aturan dalam permainan itu adalah yang terbaik di
dalam sebuah permainan.
Seo
Sang-gung masih agak takut. Putra Mahkota dan Ratu bukanlah orang yang
bodoh. Hye-jeong bilang, hal itu akan membuat permainan jadi semakin
menyenangkan. Mereka bisa melihat musuh-musuhnya seperti mengantar
kepala kepadanya. Akan sangat menarik sekali melihat bagaimana reaksi
mereka saat melihat foto-foto itu. Hye-jeong melihat Yul berdiri di
belakang Seo Sang-gung. Hye-jeong bilang, Seo Sang-gung boleh pergi
sekarang. Seo Sang-gung pamitan pergi.
Yul
duduk di depan ibunya. Yul bertanya, apa ibunya juga mengirimkan
foto-foto itu ke Chae-gyeong juga. Hye-jeong dengan dingin berkata. Dia
sudah bilang agar Yul menyerahkan smeua itu padanya. Dia yang akan
mengurus semuanya. Yul marah-marah pada ibunya. Ini bukan saatnya
menunjukkan foto-foto itu.
“Lalu
kapan lagi kita akan melakukannya? Siapa yang coba kau bodohi? Kau
pikir aku tak tahu kalau kau takut Chae-gyeong akan terluka?! Lupakan
dia. Dia sudah jadi milik calon Raja” kata Hye-jeong. “Tak peduli
bagaimana caranya, mereka pasti bisa bercerai” sangkal Yul. “Yul, apa
yang sebenarnya kau pikirkan?” tanya ibunya.
“Sejak
aku kecil, aku selalu melakukan apapun yang kau minta. Tapi ini pertama
kalinya aku mengatakan sesuatu yang kuinginkan. Aku menginginkan dia.
Sudah terlambat bagiku untuk menyerah pada perasaanku terhadapnya”
sangkal Yul. “Kau… Apa kau ingin melihat ibumu meninggal?”ancam
Hye-jeong. Yul tak menjawab apa-apa. Dia beranjak pergi meninggalkan
ibunya.
Hye-myeong
kaget melihat ayahnya membawa setumpuk buku. Dia mencoba membantu
ayahnya. Raja melihat Hye-myeong sudah berdandan dan kemudian bertanya
sepertinya Hye-myeong hendak pergi ke suatu tempat. Hye-myeong bilang,
dia ingin ke istana. Raja khawatir apa sudah terjadi sesuatu di istana.
Hye-myeong menenangkan ayahnya kalau tak ada sesuatu yang terjadi di
istana.
Ayahnya
merasa tenang. Dan kemudian menitipkan pesan untuk Ibu Suri. Raja
bilang agar Hye-myeong menyampaikan kalau Raja baik-baik saja. Karena
takut Ibu Suri mengkhawatirkan keadaannya. Hye-myeong mengerti hal itu
dan meminta ayahnya beristirahat saja dan jangan hanya membaca buku
saja. Ayahnya mengerti dan meminta Hye-myeong agar berhati-hati di
jalan. Saat Hye-myeong hendak pergi, Raja ingin meminta buku-buku itu.
Tapi Hye-myeong berkeras agar ayahnya beristirahat dan dia akan
menyimpan buku-buku itu.
Hye-myeong
duduk berdua dengan Shin yang sedang menghadapi kemarahan ibunya. Ibu
Suri hanya diam saja di samping mereka. Ratu marah besar. Shin dianggap
sama sekali tak bertanggungjawab dengan posisinya sebagai seorang Putra
Mahkota dengan melakukan tindakan seperti itu di Thailand. Ibu Suri
mencoba membela Shin. Ibu Suri bilang, Shin sudah menyadari
kesalahannya. Jadi tak perlu dibentak-bentak lagi.
Ratu
bilang ini bukan masalah segampang itu. Ini masalah tentang reputasi
Putra Mahkota. Hanya berpikir tentang berita ini mungkin akan menyebar
di luar istana saja membuatku merasa sedih. Ratu memegangi kepalanya
yang terasa pusing. “Kita tak bisa merubah masa lalu. Tapi masa depanlah
yang harus kita hadapi” kata Ibu Suri. Ratu mengangguk. Ibu Suri
memandangi Shin. Ibu Suri meminta agar Shin memastikan kalau foto-foto
itu tidak sampai ke tangan Chae-gyeong. Shin mengerti. Ibu Suri menyuruh
Shin pergi. Awalnya Shin ragu. Tapi Hye-myeong menenangkan adiknya dan
meminta Shin pergi.
Setelah
kepergian Shin dan Kasim Kong, Ratu mengeluh. Waktu kecil Shin sama
sekali bukan anak yang nakal. Tapi sekarang, Ratu sama sekali tak tahu
apa yang ada di pikiran Shin. “Kalian tiba-tiba memanggilku ke istana.
Jadi kupikir ada bom meledak atau sejenisnya” kata Hye-myeong. Ibu Suri
tertawa mendengarnya. “Percayalah pada Shin. Di negara lain, sebuah
ciuman seperti itu hanya dianggap sebagai ucapan salam. Saat aku
bepergian, aku juga pernah memberikan salam seperti itu” lanjut
Hye-myeong.
Ibu
Suri tersenyum sambil memandang Hye-myeong. “Dan hal itu menurutku
tidak buruk” tambah Hye-myeong. “Benarkah?” tanya Ibu Suri sambil
tertawa. Ratu menegur putrinya. Shin itu seorang calon Raja. tak
sepantasnya melakukan hal seperti itu. Hye-myeong tahu itu. Hye-myeong
bilang, seseorang sedang mempermainkan mereka semua.
“Apa
maksudmu dengan permainan?” tanya Ratu. “Jika seseorang menginginkan
uang, tentu saja mereka akan mengirimkan foto-foto itu ke media. Tapi
mereka langsung mengirimkannya ke istana. Itu menunjukkan kalau tujuan
utama mereka bukanlah uang. Biasanya permainan seperti ini akan berakhir
saat menemukan siapa pemenangnya. Jika tidak, orang itu mungkin akan
merasa bahagia saat melihat kita kaget dan ketakutan karena foto-foto
itu. Itulah kenapa kita tak boleh kaget dan takut. Kita harus tenang”
jelas Hye-myeong. Ibu Suri dan Ratu mulai mengerti.
Shin
berbicara berdua dengan Kasim Kong. Shin bertanya siapakah yang mungkin
melakukan semua itu. Apa mungkin Paparazzi di Thailand yang
melakukannya. Kasim Kong bilang, mereka tak mungkin melakukannya. Jika
mereka ingin melakukannya, bukankah mereka biasanya mengirimkan
foto-foto itu dahulu kepada sumbernya. Jadi pasti ada maksud lain di
balik semua ini. Shin bertanya, jadi sekarang apa yang harus mereka
lakukan. Kasim Kong bilang, mereka harus mengawasi orang-orang di
istana. Shin mengerti.
Sementara
itu, Chae-gyeong yang sedang sedih termenung sendirian sambil bersandar
di dinding depan kamarnya. Dia bicara sendiri dalam hatinya. “Jika Shin
tahu situasi Hyo-rin dan masih menyukainya, itu berarti mereka berdua
memang saling menyukai. Jadi Yul-gun mungkin benar” batin Chae-gyeong.
Hye-jeong
menemui Ibu Suri dan Ratu. Hye-jeong berkata, Ratu pasti sangat sedih
sekarang. Ratu bilang, itulah rumor jelek yang beredar. Ratu bertanya
bagaimana Hye-jeong bisa tahu hal itu. Hye-jeong beralasan, semua orang
disini pasti tahu tentang semua kabar tentang keluarga kerajaan yang
mudah sekali tersebar luas. Hye-jeong bertanya bagaimana cara Ratu
mengatasi masalah yang memalukan seperti ini yang mungkin sebentar lagi
akan tersebar luas.
Ratu
tersenyum dan berkata dengan tenang, “Bagaimana mungkin Keluarga
Kerajaan akan terguncang hanya dengan masalah kecil seperti itu. Ini
pasti hanya ulah kotor dari orang berhati jahat”. Hye-jeong mencoba
menyembunyikan kejengkelannya dan berkata, “Itu menguntungkan sekali.
Tapai bagaimana jika foto-foto itu tersebar keluar istana? Apakah itu
akan mudah diatasi”.
“Seperti
kata Hye-myeong. Apa benar sedang ada orang yang mempermainkan kita?”
tanya Ibu Suri. “Mempermainkan?” tanya Hye-jeong. “Hye-myeong hanya
memberika contoh saja” timpal Ratu. Ibu Suri mengerti. “Jadi Pangeran
harus bisa mengatasi masalah ini dengan baik. Jika nama Keluarga
Kerajaan jadi buruk akibat ulah memalukan Putra Mahkota, itu akan
menjadi berita buruk kan?” kata Hye-jeong. Ratu mulai memahami sesuatu
sekarang. Dia terus saja menatap Hye-jeong.
Chae-gyeong
masuk sekolah seperti biasanya. Ditangga dia bertemu dengan Jang-gyeong
dan Hyo-rin yang mengikuti di belakang Jang-gyeong. Chae-gyeong hanya
bisa menatap mereka dengan lesu. Di kejauhan Jang-gyeong berkata pada
Hyo-rin, sepertinya Chae-gyeong sedang sedih. Hyo-rin menoleh, tapi
Chae-gyeong sudah beranjak pergi.
Di
kelas, Chae-gyeong hanya diam saja merenung di bangkunya. Dia menatap
seseorang yang berjalan melewatinya. Orang itu adalah Yul. Tapi setelah
itu, dia hanya diam saja. Yul terus menatap ke arah Chae-gyeong.
Hee-sung, Sun-yeong dan juga Kang-hyeon menghampiri Chae-gyeong dan
mengajaknya melukis di luar. Tapi Chae-gyeong hanya diam saja. Mereka
cemas dan bertanya ada apa dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia
minta maaf. Dia hanya ingin sendirian saja karena sedang merasa bingung
sekarang. Chae-gyeong pergi. Yul mengikutinya.
Mereka
bicara berdua di suatu sudut ruangan. “Apa kau tak mau bicara padaku
lagi?” tanya Yul. “Sulit untuk merasa nyaman berdua denganmu sekarang”
jawab Chae-gyeong. “Apa kau terluka karena apa yang kukatakan?” tanya
Yul. “Aku mengatakan hal yang lebih kasar padamu” sangkal Chae-gyeong.
“Mungkin aku mengejutkanmu. Tapi jika tak kukatakan padamu, kau takkan
pernah tahu” kata Yul.
“Kenapa
kau menyukaiku?” tanya Chae-gyeong. “Kau bilang kau merasa sedih karena
Shin. Lalu kau bilang kau mengerti dia. Dan kemudian kau menyukainya.
Itu juga sama dengan yang kurasakan. Setelah aku mengenalmu, aku
mengkhawatirkanmu dan merindukanmu. Dan sekarang semua ini rasanya
menyakitkan” jawab Yul.
“Aku
selalu berpikiran modern. Aku takkan pernah memberikan tanganku pada
orang yang sama sekali tak pernah memberikan tangannya padaku. Tapi kau,
memberikan tanganmu padaku” lanjut Yul. “Itu karena kau temanku” kata
Chae-gyeong. “Kau selalu jujur pada semua orang. Suatu hari, seorang
gadis bernama Shin Chae-gyeong masuk ke dlaam hatiku dan aku bahkan tak
tahu kapan hatiku terbuka untukmu” ungkap Yul.
“Maafkan
aku, tapi aku tak bisa menerimamu” pinta Chae-gyeong. “Aku tak
memintamu untuk menerimaku. Aku tak pernah meminta kau membalas
perasaanku. Tapi aku tak ingin kau menjauhiku” kata Yul. “Tapi kau akan
terluka. Aku tak mau Yul-gun terluka karena aku” sangkal Chae-gyeong.
“Jika kau menjauhiku, itu akan menyakitiku. Bertindaklah seperti
biasanya. Aku akan menunggu sampai perasaanmu bisa berpaling padaku
dengan sendirinya” kata Yul.
“Aku
takkan mengungkapkan perasaanku lagi padamu. Jadi aku akan tetap ada
disini sebagai temanmu” kata Yul. “Aku tak mengira kalau perasaanmu bisa
berubah secepat itu. Tapi saat aku sedih, aku senang kau ada untukku”
kata Chae-gyeong. “Haruskan kita kabur dari sekolah? Kau sepertinya
ingin sekali menangis” ajak Yul. Mereka pun langsung beranjak pergi.
Yul
dan Chae-gyeong masuk ke dalam mobil Yul. Tanpa mereka tahu, Shin
menatap mereka dengan tajam dari atas balkon sekolah. Shin turun
kebawah. Diiringi ketiga orang teman akrabnya yang menatapnya dengan
penuh tanda tanya.
Yul
membawa Chae-gyeong di bawah jembatan yang di atasnya melaju kereta
ekspres. Yul meminta Chae-gyeong untuk berteriak sekeras-kerasnya untuk
melampiaskan kesedihannya. Chae-gyeong berteriak sekeras mungkin saat
kereta melaju kencang. Jadi suaranya tak terdengar oleh orang lain di
sekitar mereka.
Setelah
puas berteriak, Chae-gyeong menangis. Yul menatapnya dengan sedih.
“Shin-gun jahat sekali. Jahat sekali” kata Chae-gyeong sambil terus
menangis. Yul meraih tubuh Chae-gyeong dan kemudian memeluknya.
Chae-gyeong menangis sepuasnya di pelukan Yul.
Yul
mencoba mengintip ke dalam sebuah ruangan pertunjukan musik.
Chae-gyeong juga ikut mengintip dan melihat ruangan itu kosong. Lalu
keduanya masuk ke dalam. Keduanya mengamati keadaan sekelilingnya. Yul
memainkan drum dan Chae-gyeong memainkan alat musik yang lainnya. Mereka
berdua bersenang-senang di dalam ruangan itu.
Lalu
kemudian mereka pergi ke taman hiburan. Yul memberikan sebuah helm pada
Chae-gyeong untuk menyamar. Dia pun juga ikut memakai helm yang sama.
Hanya warnanya saja yang berbeda. Helm yang dipakai Chae-gyeong pink,
sedangkan miliknya berwarna biru. Mereka bersenang-senang dan
berteriak-teriak kegirangan disana dengan menaiki permainan yang memacu
adrenalin seperti tornado, dsb.
Shin
ada di ruangan ayahnya seperti biasa. Mengurusi administrasi
menggantika tugas ayahnya. Dan seperti biasanya, Kasim Kong dengan setia
menemaninya. Kasim Kong tahu kalau Shin sama sekali tak bisa
konsentrasi mendengarkan penjelasannya. Karena sedari tadi, Shin hanya
menatap jam tangan dan HP-nya saja. Seperti ingin menghubungi seseorang
tapi ragu-ragu. Jadi Kasim Kong kemudian meminta agar Shin beristirahat
sebentar. Dia akan menyiapkan teh herbal untuk Shin. Shin bilang itu tak
perlu dan meminta Kasim Kong melanjutkan penjelasannya. Shin merasa
kesal sampai membanting HP-nya. Kasim Kong kaget melihatnya.
Sementara
itu, Yul dan Chae-gyeong selesai bersenang-senang. Chae-gyeong merasa
senang. Dengan memakai helm itu, tak seorangpun mengenalinya. Yul
bilang, mereka harus pergi sekarang. Tapi Chae-gyeong meminta Yul pulang
duluan. Yul bertanya kenapa. Chae-gyeong bilang dia tak ingin peristiwa
saat di rumah kaca beberapa waktu yang lalu. Yul mengerti. Chae-gyeong
meminta helmnya. Dia masih harus memakainya untuk menyamar. Yul
mengerti.
Chae-gyeong
menjauh dari Yul karena dia menerima telepon dari Kang-hyeon. Tapi
sebenarnya Chae-gyeong hanya berpura-pura. Agar Yul cepat pergi darinya.
Chae-gyeong memakai helmnnya lagi, lalu berkeliling di tempat hiburan
itu. Chae-gyeong masuk ke sebuah toko HP dan melihat-lihat HP model
terbaru. Dan mencoba menggunakan kamera dari sebuah HP dan berfoto dan
bergaya memakai HP itu.
Disana
ada seseorang menyapanya dan bertanya apakah Chae-gyeong itu putri
mahkota. Chae-gyeong menyangkalnya dan berkata, memang banyak sekali
orang yang mengira kalau dia itu Putri Mahkota. Dia hanya mirip saja
dengan Putri Mahkota. Tapi dia bukan Putri Mahkota. Bukankah dia lebih
cantik dari Putri Mahkota. Chae-gyeong kemudian tertawa dan segera
bergegas pergi dari tempat itu karena banyak sekali orang-orang yang
sudah mengelilinginya.
Chae-gyeong
duduk sambil minum di sebuah tempat. Chae-gyeong termenung dan mulai
menyadari, dia sekarang tak bisa berjalan-jalan dengan bebas di jalanan
lagi bersama teman-temannya. Karena sekarang banyak sekali orang yang
mengenalinya.
Di
istana, Choi Sang-gung bicara dengan Kasim Kong. Mereka harus segera
memberi tahu para tetua. Tapi Kasim Kong memintanya untuk menunggu
sebentar lagi. Kedua dayang Chae-gyeong ikut menguping dan menunggu
dengan cemas. Karena Chae-gyeong belum kembali ke kediamannya. Choi
Sang-gung cemas, bagaimana jika terjadi sesuatu pada Chae-gyeong. Tapi
Kasim Kong menghalanginya. Istana juga punya masalah yang lain. Jika
memberitahu para tetua, keadaan akan semakin kacau.
Shin
tiba-tiba datang dan bertanya ada masalah apa. Mereka hanya diam. Shin
bertanya sekali lagi ada apa sebenarnya. Keduanya berpandangan, lalu
Choi Sang-gung menjelaskan kalau mereka sama sekali belum bisa
menghubungi Chae-gyeong sejak tadi. Kasim Kong bilang, mereka sedang
mencoba mencari Chae-gyeong sekarang. Shin berpikir tentang sesuatu dan
kemudian memerintahkan agar jangan menyampaikan kabar ini pada para
tetua.
Shin
kemudian melangkah pergi sambil menelepon seseorang. Shin bertemu
dengan Yul di depan kediamannya dan berbicara berdua. Shin bertanya
dimana Chae-gyeong. Yul bertanya apa Chae-gyeong masih belum kembali.
Shin memakinya, jika mereka pergi berdua, kenapa tak kembali
bersama-sama. Yul membela diri. Chae-gyeong yang memintanya untuk
meninggalkannya sendirian. Yul mencoba beranjak pergi karena ingin
mencari Chae-gyeong. Shin menghentikan langkahnya.
“Kau!
Sepertinya kau sudah lupa kalau Chae-gyeong itu Putri Mahkota. Kau
sudah tahu kami menghabiskan malam pertama berdua. Dan aku masih melihat
kau memperlakukan Chae-gyeong di sekolah lebih dari sekedar seorang
teman. Tapi kau harus berhati-hati sekarang. Jika kau tak berhati-hati,
Chae-gyeong akan terluka karenanya” kata Shin.
“Apa
kau pikir kau berhak mengatkan hal itu?” Yul balik menyindir Shin. “Apa
maksudmu?” tanya Shin yang sama sekali tak tahu maksud Yul. “Pikirkan
saja sendiri” kata Yul, lalu segera pergi meninggalkan Shin.
Park
Sang-gung menghadap Ratu dan memberitahu kalau mereka belum menemukan
apapun. Ratu mengeluh mengapa hal seperti itu bisa terjadi. Mereka baru
bisa menyerang balik kalau bisa mengetahui apa motif orang itu
menyebarkan foto-foto itu ke dalam istana. Hye-myeong menenangkan ibunya
agar tak khawatir. Sampai sekarang media belum bereaksi apa-apa. Jadi
orang yang mempunyai foto-foto itu tak terlalu buru-buru ingin agar
rakyat tahu tentang foto-foto itu.
Ratu bertanya,
apa mereka hanya bisa duduk diam saja seperti ini tanpa melakukan
apapun. Hye-myeong mencoba menenangkan ibunya. Mungkin isu itu akan
segera berkembang. Tapi pasti ada cara untuk mengatasinya. Tak peduli
sebesar apapun suatu masalah, pasti akan selalu ada jalan keluarnya.
Ratu mulai merasa tennag setelah mendengarkan ucapan Hye-myeong.
Shin
duduk di sisi sebuah kursi di dalam kediaman Chae-gyeong. Kasim Kong
datang dan melapor kalau mereka sama sekali belum bisa menghubungi
Chae-gyeong. Kasim Kong mundur dan pergi. Shin masuk ke dalam kamar
Chae-gyeong. Dan dia melihat foto-foto dirinya dan Hyo-rin berserakan di
meja Chae-gyeong. Dia pun menyadari alasan kenapa Chae-gyeong sama
sekali belum kembali. Shin panik karenanya.
Sementara
itu, Hye-jeong sedang ngobrol berdua dengan Seo Sang-gung. Mereka
sedang membicarakan tentang Chae-gyeong yang menghilang dari istana. Dan
sepertinya para tetua kerajaan menyembunyikan berita itu dengan baik.
Hye-jeong tahu itu, mereka tak kan mungkin membiarkan Shin jadi berita
buruk di berita utama dalam surat kabar. Tapi Hye-jeong senang. Karena
pada akhirnya, hubungan Pangeran dan Putri Mahkota akan segera berakhir.
Hye-jeong
tahu kalau Chae-gyeong sma sekali tak cocok dengan kehidupan yang
‘kering’ di dalam istana. Dan dia bilang dia ingin menggunakan foto itu
sekali lagi. Seo Sang-gung bertanya apa lagi yang hendak dilakukan
Hye-jeong. Hye-jeong bilang, rasanya tidak menarik kalau dia menang
dengan semudah ini.
Yul
hendak menuju mobilnya, Shin keluar dari mobil dan menghampiri Yul.
“Apa kau mau pergi untuk mencari Chae-gyeong?” tanya Shin. “Ya” jawab
Yul dengan tegas. ”Jika kau menemukannya, hubungi aku segera” kata Shin.
“Aku tak mau” jawab Yul. “Apa kau MASIH akan bersikap seperti ini?”
bentak Shin. “Kau selalu membuat Chae-gyeong menangis. Tapi aku ingin
membuatnya tersenyum” balas Yul. Shin hanya bisa menatap Yul dengan
pandangan jengkel. Lalu keduanya keluar dari istana dengan mobil,
menempuh jalan masing-masing untuk mencari Chae-gyeong.
Shin
mencari Chae-gyeong ke seluruh penjuru sekolah. Sedangkan Yul
mendatangi tempat-tempat yang tadi dikunjunginya bersama Chae-gyeong.
Tapi Chae-gyeong sama sekali tak ada dimana-mana.
Chae-gyeong
sendiri sedang berjalan sambil termenung di sebuah taman. Seorang anak
kecil berjalan di depannya sambil membawa banyak balon. Tiba-tiba balon
anak itu terlepas dari tangannya dan terbang. Dengan refleks,
Chae-gyeong berhasil meraih balon-balon itu dan memberikan kembali pada
anak itu. “Pegang erat-erat ya” kata Chae-gyeong. “Terimakasih banyak,
Yang Mulia Permaisuri” ucap anak itu. Chae-gyeong kaget sekali karena ternyata anak sekecil itu bisa mengenalinya.
Anak
itu menghampiri ibunya dan menceritakan kejadian itu. Ibunya menyuru
anaknya memberikan sebuah balon pada Chae-gyeong. Anak kecil itu berlari
mendekati Chae-gyeong untuk memberikan sebuah balon pada Chae-gyeong.
“Balon ini untuk kakak” kata anak itu. “Kau memberikannya padaku?” tanya
Chae-gyeong. “Ya” jawab anak itu. “Terimakasih” kata Chae-gyeong sambil
memandangi anak itu yang berlari kembali ke ibunya. Chae-gyeong
melepaskan balon itu ke udara. “Pergilah dengan bebas kemanapun kau
suka” katanya.
Shin
bertemu dengan Hyo-rin di sekolah. Hyo-rin menghampiri Shin dengan
senang. “Apa kau melihat Chae-gyeong di sekolah?” tanya Shin kemudian.
“Apa kau meneleponku hanya karena ini?” tanya Hyo-rin. “Dia mungkin
meneleponmu karena foto-foto itu, jadi hubungi aku kalau dia menelepon.
Aku harus mencarinya” kata Shin kemudian beranjak pergi dari hadapan
Hyo-rin.
“Aku
tak pernah melihat wajahmu sekhawatir ini sebelumnya. Apa kau seperti
ini karena khawatir dengan gadis itu?” tanya Hyo-rin. “Ya, aku khawatir”
jawab Shin. “Haruskah kau memperlihatkan wajah seperti kau bisa mati
saja tanpa gadis itu. Di depanku lagi” protes Hyo-rin. “Dia itu Putri
Mahkota. Dan dia juga istriku” kata Shin lalu masuk ke mobilnya dan
meninggalkan Hyo-rin yang menatapnya dengan kecewa dan marah.
Shin
dan Yul hampir bersamaan pulang ke istana. Mobil Shin baru saja masuk
ke istana. Sementara mobil Yul ada di belakangnya. Yul duduk di mobilnya
dan bertanya pada dirinya sendiri. kemana sebenarnya Chae-gyeong pergi.
Lalu dia tiba-tiba ingat sesuatu.
Shin
bersama Kasim Kong ada di badan intelejen kerajaan dan mencari tahu
melalui kamera CCTV apakah Chae-gyeong sudah kembali ke istana atau
belum. Kasim Kong berkata, apa mungkin Chae-gyeong pulang ke rumahnya.
Shin bilang itu tak mungkin. Chae-gyeong lebih dewasa daripada
kelihatannya. Jadi dia tak mungkin membuat orangtuanya khawatir.
Yul
masuk ke loteng di dekat kediaman Yul, tempat kemarin dia berduaan
dengan Yul. Dan disana dia melihat Chae-gyeong sedang bermain dengan
mandolin. Yul merasa lega dan kemudian menghampiri Chae-gyeong. “Aku
baru saja menyadari kalau kau mungkin ada disini. Senang sekali karena
tak terjadi apa-apa denganmu” kata Yul. “Maaf, aku ke sini tanpa
permisi” kata Chae-gyeong. Yul hanya tersenyum.
Shin
merasa frustasi. Dia kemudian mencoba memandangi CCTV dan kemudian
menemukan sesuatu. Dia memerintahkan untuk memutar ulang video di tengah
dan baris kedua dan meminta mereka melihatnya dengan lebih teliti lagi.
Kamera Video nomor 11.
Akhirnya
terlihat jelas, ada Chae-gyeong yang baru saja kembali ke istana. Shin
bertanya itu tempatnya dimana. Kasim Kong bilang, tempat itu ada di
Myeong-seong Dang.
Yul
bertanya, saat sendirian, Chae-gyeong pergi kemana saja. “Aku hanya
pergi ke tempat dimana seharusnya aku berada” kata Chae-gyeong. “apa
maksudmu” tanya Yul kemudian. “Dunia dimana aku tinggal saat aku ini
bukan Putri Mahkota Shin Chae-gyeong. Aku hanya ingin tinggal di dunia
normal dimana seorang gadis bernama Shin Chae-gyeong tiinggal” ungkap
Chae-gyeong. “Jadi bagaimana perasaanmu melihat dunia itu lagi?” tanya
Yul.
“Sekarang
aku tak bisa nyaman bicara ataupun bertemu dengan orang-orang di luar
sana. Sekarang aku hidup di istana, kupikir aku seperti seseorang yang
baru ada di dunia luar sana. Aku ingin melakukan apapun yang kuinginkan,
memakan apapun yang ku mau dan pergi kemanapun yang kusuka. Tapi
kupikir aku tak bisa melakukan lagi hal itu sekarang. Tapi kurasa aku
bisa melakukan hal yang lainnya kan?” tanya Chae-gyeong. Yul mengerti
perasaan Chae-gyeong.
“Tentu
saja kau bisa hidup seperti itu” kata Yul. Chae-gyeong tertawa
mengejek. “Kau sekarang hidup di istana, kau juga tak punya kebebasan
lagi kan sekarang?” tanya Chae-gyeong. Yul menggeleng. “Jika aku
memilikimu, aku bisa bernafas dengan lega dimanapun aku berada” kata
Yul. Chae-gyeong hanya bisa menunduk mendengarnya.
“Jika
kau tak tahan di istana, apa kau mau kabur bersamaku?” tanya Yul.
“Apa?” tanya Chae-gyeong dengan kaget mendengar pernnyataan Chae-gyeong.
“Jika kau mau, aku bisa menyerah pada semuanya. Jika kau ingin dan kau
merasa nyaman, aku selalu siap untuk menyerah dengan semua ini” ungkap
Yul. Chae-gyeong meletakkan mandolin dan beranjak pergi. Tapi Yul
memegangi tangannya, “Tapi jika kau menginginkan sesuatu…” Yul tak bisa
meneruskan kata-katanya karena ada seseorang yang datang. Orang itu
adalah Shin!
Shin
naik dan marah, lalu menghampiri keduanya, lalu memukul Yul. Tentu saja
Chae-gyeong berteriak melihat kekasaran Shin. Shin marah pada Yul.
Bukankah daritadi dia sudah bilang, kalau Yul menemukan Chae-gyeong
harus memberi tahunya. Tapi kenapa Yul diam saja. Chae-gyeong mencoba
membela Yul dan memisahkan mereka berdua lalu berkata, kalau Yul baru
saja tahu kalau dia ada disini. Tapi Shin marah dan berteriak dan
menyuruh Chae-gyeong diam saja.
Shin
menyuruh Chae-gyeong turun tanpa mempedulikan teriakan Chae-gyeong.
Shin menyeret Chae-gyeong turun dari tempat itu. Shin terus saja
membentak Chae-gyeong. Yul hanya bisa memendam kekesalannya.
Bersambung......
Bersambung......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar