Shin
dan Chae-gyeong kembali lagi ke istana. Chae-gyeong memeluk
dayang-dayangnya. Dia sangat gembira bisa bertemu kembali dengan dayang
yang sudah dianggap sebagai kakak untuknya.
Asisten
Shin dan Choi Sang-gung berkata kalau mereka sangat merindukan Shin dan
Chae-gyeong. Chae-gyeong juga bilang kalau dia sangat merindukan
asisten Shin dan juga Choi Sang-gung tentunya. Chae-gyeong juga setengah
memaksa Shin untuk berkata kalau dia juga kangen pada asistennya dan
Choi Sang-gung.
Chae-gyeong
mengajak dayang dan Sang-gungnya masuk diiringi tawa senangnya,
sedangkan Shin kembali menuju kamarnya. Di kamar masing-masing, mereka
sama-sama tak bisa tidur dengan tenang. Shin sibuk dengan bonekanya,
Chae-gyeong juga sibuk dengan boneka bantal bergambar Shin-nya. Kemudian
secara hampir bersamaan mereka keluar dari kamar masing-masing dan
kemudian ngobrol di beranda berdua.
“Berhentilah
merasa sok sibuk. Bukan hanya kau yang terpisah dari orangtuamu. Hampir
semua wanita yang sudah menikah mengalami hal itu” kata Shin. “Apa aku
sama dengan yang lainnya? Aku baru 19 tahun sekarang” sangkal
Chae-gyeong. “Di Negara ini, kau wanita peringkat 3 teratas. Dan kenapa
tingkahmu masih saja kekanak-kanakan di depan mertuaku. Kau bahkan belum
berhenti menyusu ya? Oh ya, Apa saat kau tidur, orangtuamu biasa
meninabobo kan mu terlebih dulu?” ledek Shin.
“Jangan
bicara seperti itu. Apa kau punya waktu saat ingin bertemu Raja dan
Ratu?” tanya Chae-gyeong yang tak terima ledekan Shin. “Tidak. Tak
pernah. Masalahnya adalah kenapa kau bertingkah begitu aneh” tambah
Shin. “Benarkah?” tanya Chae-gyeong dengan dongkol.
“Kupikir
kami akan jadi semakin dekat setelah kami menghabiskan waktu bersama.
Tapi kenapa dia tiba-tiba jadi begitu jahat padaku? Apakah dia tahu
bagaimana perasaanku padanya?” batin Chae-gyeong.
“Kenapa
kau tiba-tiba jadi seperti itu?” tanya Shin tiba-tiba. Membuyarkan
lamunan Chae-gyeong. “Apanya?” tanya Chae-gyeong yang tak mengerti
maksud Shin. “Kubilang, kenapa kau tiba-tiba memelukku seperti itu?”
tanya Shin sekali lagi. “Oh, itu…” kata Chae-gyeong dengan gugup.
“Kau
tak bisa tidur malam itu kan?” selidik Shin. “Apa maksudmu malam itu?”
tanya Chae-gyeong lagi. “Apa kau bertanya karna kau tak tahu? Kupikir
kau memang aneh saat tiba-tiba ada di belakang punggungku dan mencoba
untuk menggangguku” jelas Shin.
“Mengganggu?
Apa maksudmu?” tanya Chae-gyeong yang berpura-pura tak mengerti karna
sebenarnya dia malu. “Jangan khawatir. Sejujurnya aku juga tak bisa
tidur malam itu.” Ungkap Shin. “Apa maksudmu kau tak bisa tidur?”
Chae-gyeong masih saja bertanya.
“Lihat
aku. Aku ini juga seorang laki-lakii” jawab Shin. “Apa maksudmu?” tanya
Chae-gyeong lagi. Sekarang ganti Shin yang gugup menjawab pertanyaan
Chae-gyeong. “Maksudku… Diusiaku sekarang ini, apakah gadis itu cantik
atau tidak, saat seorang gadis tidur di balik punggungmu, hatimu akan
merasa seakan terbakar dan berdebar-debar yang kan membuatmu akan sulit
untuk tidur. “Kenapa kau biarkan perasaanmu membuatmu tak bisa tidur”
tanya Chae-gyeong lagi. “Diam kau! Dan kemarin, hal itu sama saja
seperti saat kau ingin memelukku dari belakang” kata Shin kemudian.
Chae-gyeong terdiam, dia malu.
Tiba-tiba
Shin membelakangi Chae-gyeong. “Ayo lakukanlah” perintah Shin.
Chae-gyeong menolak dengan malu-malu. “Tinggal peluklah kalau kau mau,
aku mengijinkannya. Tapi jangan berbuat licik” tambah Shin. Chae-gyeong
tak mampu berkata apa-apa lagi saat dia melihat punggung Shin. Seperti
seorang anak kecil yang tergiur melihat coklat. Atau seperti yang
dikatakannya, bagaikan serigala yang merasa senang saat melihat bulan.
Chae-gyeong hampir memeluk Shin dari belakang. Hanya saja, tiba-tiba
asisten Shin datang dan mengacaukan suasana semi-romantis yang baru saja
tercipta itu.
Asisten
Shin mengira mereka berdua belum tidur karna harus menyesuaikan diri
lagi dengan istana setelah beberapa hari tinggal di luar istana.
Chae-gyeong berkata kalau mereka baik-baik saja. Kemudian asisten Shin
pun pamitan pergi. Tapi saat Chae-gyeong hendak memeluk Shin lagi,
asisten Shin datang kembali dan bertanya apa yang akan mereka lakukan
untuk mengucapkan salam besok pagi. Shin pura-pura tak mendengarnya,
Chae-gyeong merasa malu sekali. Kemudian asisten Shin pun pergi lagi
karna merasa mungkin Shin dan Chae-gyeong hanya ingin berdua saja malam
ini. Hfuuuuuh….ganggu ja. Dan saat Chae-gyeong kembali ingin memeluk
Shin, Shin sudah berbalik lagi hingga membuat Chae-gyeong tak bisa lagi
memeluk Shin dari belakang.
Pagi
itu, Shin menghadap para tetua untuk memberi salam seperti biasanya.
Shin bercerita saat-saat mereka berada di rumah Chae-gyeong. Shin bilang
kalau dia sangat senang berada di tengah-tengah keluarga Chae-gyeong.
Mereka menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan mereka menganggap
semuanya seperti teman, jadi mereka sangat akrab sekali.
Di
rumah Chae-gyeong, ayah Chae-gyeong malah sakit karna masih merindukan
Chae-gyeong. Dia tak enak bangun dari tempat tidurnya karna memikirkan
kalau Chae-gyeong sudah tak tingggal lagi bersama dengannya. Dia bahkan
tak mau memasak hingga membuat Chae-jun kesal karna tak bisa sarapan.
Ibunya juga bilang, kemarin dia merasa sangat terhibur dengan kehadiran
Chae-gyeong, tapi sekarang, sejak Chae-gyeong pergi, dia merasa kosong.
Ayahnya menambahkan, Chae-gyeong pulang ke rumah, tapi dia tak bisa
melakukan apapun untuk Chae-gyeong.
Chae-jun
mencoba membuat Ayahnya bersemangat lagi. Chae-jun bilang Ayahnya tlah
membuatkan Sang Chu-sam kesukaan Chae-gyeong yang tak bisa di makannya
di dalam istana. Ibunya ikut-ikutan dengan berkata kalau Chae-jun benar.
Bahkan Putra Mahkota sangat menyukai masakan Ayah Chae-gyeong. Lalu
tiba-tiba tercium bau gosong. Rupanya tadi Ayah Chae-gyeong sempat
memasak tapi kemudian dia teringat Chae-gyeong dan sedih, jadi dia
memutuskan untuk ke kamarnya saja.
Di
istana, Shin sedang ngobrol berdua dengan Ratu tentang persiapan
Penghargaan Penulis Kerajaan. Shin bilang semua sudah siap. Ratu
menasehati Shin untuk selalu menjaga Ayahnya seperyi bayangan karna
Ayahnya mungkin akan lebih sering merasa pusing. Shin tentu saja akan
melakukannya dengan senang hati. Ratu sangat khawatir akan kesehatan
Raja.
Tiba-tiba,
Shin memanggil Ratu dengan sebutan Ibu. Bukan Yang Mulia Ibu (Omma
Mama) seperti biasanya. Tentu saja Ratu kaget dan marah mendengarnya.
Ratu bertanya kenapa Shin selemah itu hingga gampang dipengaruhi. Ratu
menyalahkan hal itu pasti karna Shin berkunjung ke rumah istrinya. Ratu
minta Shin berpikir tentang Yeol dan Ibunya. Meskipun sekarang belum
terjadi apa-apa, tapi mereka tak tahu mulai kapan kedua orang itu akan
bergerak untuk memulai rencana mereka yang mungkin akan menyerang posisi
Shin sebagai Putra Mahkota. Dalam situasi seperti itu, Shin harus bisa
mempertahankan posisinya.
Shin
termenung di kediamannya sambil memegangi bonekanya ditangan kanannya
dan membelai fotonya bersama teddy bear kecilnya di tangan kirinya.
Sejak kecil, memang hanya boneka itu yang selalu menemani Shin. Shin
teringat kejadian masa kecilnya. Ibunya bilang dia adalah seorang putra
mahkota. Jadi Shin tak boleh bertingkah kekanak-kanakan lagi. Dan dia
juga tak boleh memanggil Ibunya dengan sebutan ‘Ibu’ lagi. Semua orang
akan memperhatikan Shin. Jadi Shin tak boleh lemah, karna dia berbeda
dengan anak-anak lainnya. Seorang Putra Mahkota sangat spesial karna dia
akan menjadi seorang Raja.
Shin
yang sedang termenung tak menyadari kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong
duduk di kursi di samping Shin. “Ada sesuatu yang mengganggumu ya? Apa
itu” tanya Chae-gyeong. “Bukan apa-apa” jawab Shin singkat. “Apa
maksudmu bukan apa-apa? Kau terlihat sangat sedih. “Kemarin waktu kau
dilempar telur dan kau sedih, kau bilang kau butuh aku tuk membuatmu
nyaman kan?” kata Chae-gyeong.
Chae-gyeong
langsung memulai aksinya. Dia menirukan suara asisten Shin yang selalu
saja berada disamping Shin untuk memberitahukan jadwal-jadwal Shin.
Bahkan Chae-gyeong menirukan suara Ratu hingga membuat Shin tertawa
senang.
Asisten
Shin yang sedang membaca buku kaget mendengar teriakan Choi Sang-gung
yang memanggil-manggil Chae-gyeong yang ternyata sedang bersepeda di
dalam istana. Para dayang dan Choi Sang-gung terus saja mengejar
Chae-gyeong agar berhenti bersepeda. Tapi Chae-gyeong masih tetap asyik
hingga akhirnya Choi Sang-gung berteriak dengan tegas agar Chae-gyeong
berhenti bersepeda dan mulai belajar. Tapi Chae-gyeong bilang dia mau
belajar, tapi setelah dia selesai berkeliling sekali lagi. Hehehe…….
Chae-gyeong
berkeliling istana sekali lagi, dan saat melihat Shin, Chae-gyeong
langsung menghampirinya. Asisten Shin melarang Chae-gyeong mengendarai
sepeda di dalam istana. Shin membela istrinya dengan mengatakan kalau di
arena balap istana, Chae-gyeong boleh menaiki sepedanya. Tapi kemudian
Shin juga bilang kalau sekarang bukankah saatnya Chae-gyeong untuk
belajar? Jadi mau tak mau Chae-gyeong pun dengan lesu meninggalkan Shin
dan sepedanya yang akan di urus oleh asisten Shin.
Asisten
Shin membawa pergi sepeda Chae-gyeong sementara Shin dan Chae-gyeong
sama-sama tersenyum. Tadinya asisten Shin mendorong sepeda itu karna di
istana tidak boleh bersepeda. Tapi Asisten Shin penasaran dengan sepeda
itu. Karnanya dia berusaha untuk mengendarainya. Karna tak bisa naik
sepeda, asisten Shin hampir saja menabrak para dayang dan prajurit.
Asisten Shin sukses menabrak seorang penjaga gerbang dan jatuh karnanya.
Hehehe…
Shin
sedang membaca buku di beranda. Chae-gyeong duduk di kursi di
sebelahnya tapi terpisah oleh air mancur yang terletak di tengah-tengah
kursi yang mereka duduki.
“Ceona…Seja
Ceona” panggil Chae-gyeong. “Ada apa Bigung Mama” balas Shin. Shin
tersenyum manis. Chae-gyeong pun ikut tersenyum. “Kau tahu, aku punya
sebuah permintaan” kata Chae-gyeong. “Permintaan? Apa itu?” tanya Shin.
Chae-gyeong
berkata, minggu depan ada ujian di kelas seni dan dia akan pulang
paling akhir. Jadi dia tak mungkin pulang bersama Shin. Shin berpikir,
apa Chae-gyeong ingin punya mobil sendiri. Chae-gyeong malah kaget
mendengarnya. Shin berkata lupakan saja hal itu.
Chae-gyeong
membela diri. Bukan itu yang dia maksud. Karna kecewa Chae-gyeong pun
masuk dan meninggalkan Shin. Shin tertawa melihat kepergian Chae-gyeong.
Di
rumah Chae-gyeong, ayah Chae-gyeong sedang menelpon seseorang sambil
melihat-lihat foto pernikahan Chae-gyeong. Ayah Chae-gyeong merasa kesal
karna banyak sekali telepon yang masuk saat dia ingin sekali melihat
album foto anaknya.
Kembali
ke istana, saat Chae-gyeong hendak berangkat sekolah kaget melihat
Asisten Shin yang memakai penyangga leher. Chae-gyeong mencemaskannya,
tapi Asisten Shin bilang kalau dia tak apa-apa. Asisten Shin hanya
bilang kalau mereka akan naik mobil yang berbeda mulai sekarang. Asisten
Shin bilang, mobil ini dulu dipakai oleh Ibu Suri dan sekarang
diberikan pada Chae-gyeong karna Pangeran bilang kalau Chae-gyeong butuh
mobil. Tentu saja Chae-gyeong sangat senang mendengarnya.
Ibu
Suri datang bersama Sang-gung nya dengan naik sebuah vw combi dengan
warna kuning. Ibu Suri bilang kalau sekarang mobil itu jadi milik
Chae-gyeong. Ibu Suri melihat raut muka Chae-gyeong dan bertanya apa
Chae-gyeong tak senang mendapatkan mobil itu. Chae-gyeong menyangkalnya.
Bukan itu maksudnya. Dia hanya ingin tahu berapa usia mobil itu. Shin
menyenggol Chae-gyeong karna merasa pertanyaan Chae-gyeong tidak sopan.
Tapi Ibu Suri malah tertawa mendengarnya.
Sang-gung
Ibu Suri berkata. Mobil itu keluaran tahun 1972. Jadi sekarang usianya
34 tahun. Chae-gyeong mengangguk-angguk. Jadi usia mobil itu 15 tahun
lebih tua dari dirinya. Ibu Suri semakin geli dibuatnya. Sekretaris Kim
yang juga ada disitu bilang, mobil itu selalu dirawat dengan baik oleh
Ibu Suri. Karna itu mesinnya layaknya mesin mobil baru. Chae-gyeong
mengucapkan terimakasih atas pemberian Ibu Suri.
Ibu
Suri bilang kalau akhir-akhir ini mobil itu jarang dipakai, jadi
mungkin akan ada sedikit masalah. Tapi, mobil itu memiliki kenangan yang
sudah bagaikan bagian dari teman lama Ibu Suri. Jadi Ibu Suri berharap
Putri akan menjaga dan merawat mobil itu dengan baik seperti hal nya
yang selama ini Ibu Suri lakukan.
Chae-gyeong
berkata dia kage melihat Ibu Suri pandai mengemudi mobil. Chae-gyeong
sangat menyukai mobil itu dan dia akan menjaga baik-baik mobil itu dan
mengucapkan terimakasih banyak atas pemberian Ibu Suri itu.
Di
gerbang sekolah, para guru sibuk merazia murid-murid yang ‘kurang
disiplin’. Maksudnya, mereka merazia murid-murid yang memakai rok
sekaligus celana olahraganya ala Chae-gyeong! Bahkan juga memakai pensil
yang ditusukkan di atas gelungan rambut di kepalanya hingga mirip
Chae-gyeong, juga memakai lengan tambahan yang berwarna-warni di
tangannya. Kedatangan mobil Shin dan Chae-gyeong membuat mereka semua
minggir.
Chae-gyeong
yang keluar dari mobil sangat terkejut karna banyak sekali yang
menirukan kebiasaannya itu. Chae-gyeong langsung masuk ke dalam bersama
Shin. Ternyata memang banyak sekali yang menirukan kebiasaannya. Di
sudut ruangan, mau tak mau Chae-gyeong merasa bangga akan hal itu.
Wakkkkkkk……
Tiba-tiba,
tiga sahabatnya datang dan berkata kalau semua anak junior meniru gaya
pakaian Chae-gyeong. Hee-sung juga berkata kalau foto Chae-gyeong sudah
muncul, tinggal Chae-gyeong tandatangani saja. Itu foto pernikahan
Chae-gyeong. Sun-yeong bilang, Chae-gyeong sekarang benar-benar bagaikan
seorang Putri. Hee-sung bahkan merasa kalau foto itu bukan foto
Chae-gyeong karna Chae-gyeong terlihat sangat anggun.
“Aku
merasa kau sekarang jadi orang yang berbeda” kata Kang-hyeon tiba-tiba.
“Tidak. Aku masih sama. Jangan khawatir Kang-hyeon, aku takkan berubah”
sangkal Chae-gyeong sambil memastikan pada Kang-hyeon. Kemudian
Chae-gyeong pergi meninggalkan teman-temannya.
Shin
naik ke kelasnya dan kaget saat tiba disana karna ternyata Hyo-rin tlah
menunggunya. Hyo-rin tersenyum melihat kedatangan Shin. Sesaat mereka
terdiam, tapi kemudian Hyo-rin berkata untuk membawa Chae-gyeong saat
mereka bertemu di klub berkuda. Hyo-rin bilang kalau masih banyak tempat
kosong di klub. Shin bilang, bukannya dia tak pernah berpikir tentang
hal ini, hanya saja, dia merasa ini terlalu dini.
Hyo-rin
menyangkalnya, dia bilang ini tak terlalu dini. Bukankah selama ini
tuan putri sudah melakukan tugasnya di istana dengan baik. Shin hanya
diam. Hyo-rin bertanya kenapa Shin diam. Apa Shin takut kalau
Chae-gyeong ikut ke klub, orang-orang akan mengasingkan Chae-gyeong?
Hyo-rin berkata Shin tak perlu khawatir, Hyo-rin akan menjaga
Chae-gyeong untuk Shin. Shin masih saja diam. Tiba-tiba Shin kaget
mendengar kata-kata Hyo-rin. “Bukankah Min Hyo-rin orang yang sangat
baik?” kata Hyo-rin. Shin memandang Hyo-rin dengan perasaan aneh.
Teman-teman
Shin agak kurang setuju mendengar gagasan Hyo-rin. Tapi Hyo-rin
mengatakan,itu bukan hak Kang-in, Jang-gyeong maupun Ryu-hwan untuk ikut
campur urusan Shin. Hyo-rin tlah membuat kesepakatan dengan Shin.
Kang-in merasa dirinya jadi orang rendahan kalau sampai Chae-gyeong ikut
masuk ke klub berkuda. Karna kesal, Kang-in pun pergi. Ryu-hwan pun
menyusul Kang-in.
“Apa
yang ingin coba kau lakukan?” tanya Jang-gyeong setelah mereka hanya
tinggal berdua. “Apa maksudmu berkata, apa yang ingin coba kulakukan?
Aku manajer klub. Jadi aku berhak melakukan apapun yang akan membuat
klub jadi menarik. Aku sudah cerita padamu tentang Camilla sebelumnya,
kan?” kata Hyo-rin. “Camilla? Oh, seseorang yang menunggu 35 tahun untuk
jadi seorang Ratu” jawab Jang-gyeong dengan nada sinis.
“Dia
masih belum menjadi Ratu. Dia masih seorang Putri” kata Hyo-rin
membenarkan. “Ya, terserahlah. Tapi kenapa dengan dia?” tanya
Jang-gyeong. “Apa kau tahu tentang rahasia Camilla? Untuk menjadi
seorang teman keluarga” jawab Hyo-rin. “Teman keluarga?” Jang-gyeong
masih tak mengerti.
“Camilla
bahkan berkata pada Charles untuk menikahi Diana. Dia bahkan jadi teman
baik Diana yang belum bisa beradaptasi dengan baik dengan Keluarga
Kerajaan. Dia bahkan memberi masukan yang baik untuk Charles. Dan mereka
juga senang berkuda. Bukankah kedengarannya menarik?” cerita Hyo-rin.
Shin
sedang menyendiri di suatu tempat. Dia sedang memperhatikan foto. Dia
tersenyum senang memandangi foto-foto itu satu-persatu. Foto tentang
keindahan langit. Ada salah satu foto dengan tulisan, “Langit terbesar
selalu ada di belakangmu”.
Asisten
Shin ngobrol bersama beberapa orang prajurit yang ada di sekitar tempat
Chae-gyeong belajar dan berkata kalau mereka tak bisa menemukannya.
Chae-gyeong yang sedang belajar merasa penasaran mendengarnya. Asisten
Shin bilang Shin menghilang begitu saja saat dia sedang belajar.
Kemudian memerintahkan beberapa prajurit untuk segera menemukan Shin.
Chae-gyeong jadi semakin tertarik mendengarnya.
Chae-gyeong
menatap mereka semua, kemudian berkata pada Choi Sang-gung kalau dia
ingin istirahat sebentar. Sebenarnya Choi Sang-gung tak suka melihat
kepergian Chae-gyeong. Tapi dia diam saja. Chae-gyeong pun pergi
meninggalkan Choi Sang-gung dan dayang-dayangnya.
Chae-gyeong
menyelinap masuk ke dalam ruangan tempat Shin belajar. “Ini aneh
sekali. Apa dia pergi ke bawah tanah atau naik ke atas langit ya?” kata
Chae-gyeong pada dirinya sendiri. Dia memanggil-manggil Shin, tapi tentu
saja tak ada jawaban, kemudian dia masuk ke sebuah kamar dan menemukan
sebuah tangga. Chae-gyeong yang penasaran pun segera naik ke tangga itu
kemudian membuka atap di ujung tangga.
Ternyata
Shin ada di atas sana. Dan Shin kaget mendengar suara dari kap atap
yang dibuka oleh Chae-gyeong dan tambah terkejut saat dia melihat
Chae-gyeong ada di sana. Chae-gyeong masuk ke atap dan menghampiri Shin.
Dia malah terpesona dengan pemandangan dari atas situ. Shin bingung,
tak tahu harus berbuat apa.
Chae-gyeong
mencoba menggoda Shin, tapi Shin tak suka. Chae-gyeong mengambil foto
Shin, tapi Shin langsung membereskan foto-fotonya.
“Bolehkah
aku bertanya sesuatu?” tanya Chae-gyeong kemudian. “Aku masih belum
menghabiskan waktu yang lama di istana. Masih ada banyak hal yang
membuatku penasaran. Kenapa kau punya begitu banyak rahasia? Apa arti
teddy bear itu untukmu? Sudah koyak dan rusak, tapi kau masih tetap tak
mau membuangnya” kata Chae-gyeong panjang lebar.
“Beruang
yang sangat berharga” jawab Shin. “Berharga? Apa maksudmu?” tanya
Chae-gyeong lagi. Tiba-tiba terdengar suara para prajurit yang berseru
memanggil-manggil Shin. Tiba-tiba Chae-gyeong berteriak dan mengatakan
kalau Putra Mahkota ada disini. Tentu saja Shin dengan sigap langsung
membungkam mulut Chae-gyeong. Chae-gyeong berjanji takkan berteriak
lagi. Jadi Shin melepaskan bekapan tangannya di mulut Chae-gyeong. Tapi
begitu dilepas, Chae-gyeong berteriak lagi. Jadi Shin pun menjatuhkan
Chae-gyeong dan secara reflek dia pun ikut jatuh menimpa tubuh
Chae-gyeong.
Chae-gyeong
pun terdiam. Tapi dalam hati dia berharap Shin melakukan sesuatu dengan
dirinya. Menciumnya misalnya. Hahaha….ngarep.com. Tiba-tiba HP Shin
berbunyi. Chae-gyeong menggoda Shin untuk mematikan HP-nya. Shin pun
langsung bangkit dan duduk.
Chae-gyeong
mengambil HP Shin yang masih terus bunyi dan dia berubah jadi sedih
saat tahu siapa yang menelpon Shin. Ternyata Hyo-rin yang menelpon.
Chae-gyeong mengatakannya pada Shin kemudian menyerahkan HP itu pada
Shin.
Hyo-rin
tahu, Chae-gyeong ada di dekat Sin. Jadi dia bilang pada Shin kalau dia
ingin bicara dengan Chae-gyeong. Kang-in kaget karna Hyo-rin menelpon
Shin dan bilang ingin bicara dengan Chae-gyeong. Sementara itu, Shin
menyerahkan HP nya pada Chae-gyeong dan berkata kalau Hyo-rin ingin
bicara dengan Chae-gyeong.
Hyo-rin
bilang kalau dia mengundang Chae-gyeong ke klub berkuda dan akan ada
pertemuan minggu depan. Dia minta agar Chae-gyeong tidak stress atau
cemas memikirkannya. Chae-gyeong hanya perlu datang saja. Kalaupun
Chae-gyeong belum bisa berkuda, akan ada seorang professional yang akan
mengajari Chae-gyeong cara berkuda. Hyo-rin juga bilang agar Chae-gyeong
tak khawatir, dia juga akan turun tangan untuk mengajari Chae-gyeong.
“Sejak
kapan Hyo-rin jadi akrab dengan bebek buruk rupa itu?” tanya Kang-in
penasaran. Jang-gyeong hanya diam. Sedang Ryu-hwan hanya bengong.
Chae-gyeong
mengakhiri percakapannya dengan Hyo-rin. Kemudian menyerahkan HP itu
kembali pada Shin. Shin ngobrol lagi dengan Hyo-rin. Chae-gyeong
terlihat sedih mendengar keakraban mereka di telepon.
Di
klub berkuda, Hyo-rin sedang berdua bersama Yeol dan berterimakasih
karna Yeol sudah mau datang. Yeol bilang tak perlu berterimakasih karna
dia juga suka berkuda. “Aku tahu apa keinginanmu” kata Hyo-rin yang
membuat Yeol kaget mendengarnya. “Apa maksudmu? Apa yang kuinginkan?
Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?” tanya Yeol penasaran.
“Maksudku,
apa yang kau inginkan sekarang itu sama hal nya dengan apa yang aku
inginkan. Kau harusnya jadi penerus tahta kan? Dan Shin harusnya
menyerahkannya sekarang. Shin juga pasti lelah karna menduduki posisi
yang tak layak untuknya. Dan juga harus menikah dengan seseorang yang
tak dia sukai. Jika Shin bukan Putra Mahkota, dia tak perlu melanjutkan
pernikahannya. Semuanya terasa hampa. Meskipun dia terbebas, tapi dia
harus terima statusnya yang membingungkan itu. Jadi kau harus
membantunya. Kau bukan mencuri posisi Shin, kau hanya membantunya” jelas
Hyo-rin panjang lebar.
“Aku
mengerti maksudmu. Tapi aku tak ingin Shin meninggalkan posisinya
sekarang” kata Yeol dengan tersenyum penuh arti. Hyo-rin memandangi Yeol
dan tak mengerti apa maksud Yeol. Yeol bilang dia akan menjelaskannya
nanti karna keluarga kerajaan sudah datang.
Chae-gyeong
datang bersama Shin tentunya. Kang-in memuji penampilan Chae-gyeong
yang semakin cantik. Chae-gyeong senang mendengar pujian itu. Shin malah
kesal dengan penampilan Chae-gyeong dengan baju seksinya. Chae-gyeong
pikir dia akan menarik perhatian siapa dengan memakai baju seperti itu.
Chae-gyeong mencoba membela dirinya, para pelayan selalu mempersiapkan
baju apa yang harus dipakainya. Jadi dia-pun memakainya.
Chae-gyeong terkejut melihat kedatangan Yeol dan Hyo-rin. Hyo-rin menyapa Shin dan sennag melihat Chae-gyeong juga ikut datang.
Shin
mengambil kudanya dan bertemu Hyo-rin di istal. Hyo-rin bilang walau
Cuma sebentar tapi seperti sudah lama sekali tak melihat Shin. Shin
sudah banyak berubah. Mereka sudah lama tak saling menyapa. Hyo-rin
bilang Shin dingin sekali sekarang.
“Jadi,
seharusnya kau setuju saat aku melamarmu. Kau sudah menyerah dan
meminta maaf sekarang? Ini semua karna dia yang jadi Putri Mahkota
sekarang, jadi kau merasa marah. Tapi bukankah sekarang semuanya jauh
lebih baik? Aku merasa sangat beruntung” jawab Shin mendengar semua
kata-kata Hyo-rin. Shin beranjak pergi meninggalkan Hyo-rin.
Ternyata
Chae-gyeong memperhatikan mereka dari atas. Chae-gyeong sedang berdua
bersama Yeol dan curhat pada Yeol, kenapa Hyo-rin hanya ngobrol berdua
dengan Shin dan tak berkuda sedari tadi. Yeol berkata, agar Chae-gyeong
jangan terlalu berharap pada Shin. Semakin Chae-gyeong berharap, dia
akan semakin terluka. Kadang-kadang Shin mungkin akan memperlakukan
Chae-gyeong dengan baik. Tapi sebenarnya, Hyo-rin lah yang paling dia
sukai. Shin takkan pernah memandang Chae-gyeong seperti Shin memandang
Hyo-rin. Hati Shin itu milik oranglain.
Chae-gyeong
sedih mendengar hal itu. Dia tahu apa yang dikatakan Yeol itu memang
benar. Mereka berduaan di atas tanpa tahu Shin memandangi mereka berdua
dengan tatapan tidak suka. Hiiiiiiiiiiiiiiiih……gemes banget deh.
“Aku
merasa kalau Hyo-rin lebih baik. Sebenarnya Putri Mahkota sudah berubah
jadi lebih baik, tapi masih jauh dari standar. Tapi semuanya sudah
berakhir sekarang. Mereka sudah menikah. Aku tak mengira Hyo-rin akan
melibatkan diri dalam hubungan pasangan itu. Ku dengar bahkan Putra
Mahkota tlah melamarnya. Dia sendiri yang menyerahkan posisinya.
Bagaimanapun juga, sekarang dia mencoba dekat lagi dengan Putra Mahkota.
Bukankah dia berlebihan? Jika aku jadi dia, aku akan menyerah dan
melupakan masa laluku. Tapi sebenarnya Hyo-rin memang tak layak jadi
seorang putri. Dia datang dari keluarga kaya, tapi tak bisa dibandingkan
dengan keluarga kerajaan. Dia seperti menyembunyikan sesuatu dan
berpura-pura sok suci dan lebih tinggi derajatnya daripada kita. Tapi
sebenarnya Hyo-rin itu bukan siapa-siapa. ” itu percakapan dua orang
anggota klub berkuda yang didengar oleh Shin.
Shin berkuda berdua bersama Yeol. Saat berhenti, Yeol bertanya apa Shin besok punya waktu. Dia ingin bermain polo bersama Shin.
Keesokan
harinya di istana, Ratu diberitahu oleh Sang-gung nya kalau Ibu Yeol
dan Yeol datang berkunjung dan sedang ngobrol bersama Ibu Suri. Ratu
kaget mendengarnya. Ratu tak mengerti apa yang sebenarnya sedang
direncanakan oleh Ibu Yeol itu.
Ternyata
Ibu Yeol, Yeol dan Ibu suri sedang membicarakan tentang penyakit
neuroglycopenia yang di derita oleh Raja. Ibu Yeol mendengarkan dengan
seksama kemudian mengatakan pada Ibu Suri kalau Raja perlu banyak
istirahat dan jangan terlalu lelah. Ibu Suri setuju dengan nasehat Ibu
Yeol.
Ibu
Suri berkata, Raja sering membaca buku sampai larut malam, jadi
kepalanya jadi sering pusing karna hal itu. Apapun yang dikatakan Ibu
Suri maupun Ratu, Raja tak mau mendengarkannya. Yeol menambahkan, Raja
sebelumnya juga menderita penyakit yang sama. Ibu Suri membenarkan
perkataan Yeol.
Ibu
Yeol berkata, Ratu pasti sangat repot. Ibu Suri membenarkannya, Ratu
sangat sibuk guna menjaga kesehatan Raja. mulai dari dapur istana,
hingga rumah sakit kerajaan. Mulai dari melayani makanannya sampai
menatur kapan waktunya untuk Raja istirahat dan tidak terlalu memaksakan
diri untuk membaca buku sampai larut malam. Hal itu pasti sangat
melelahkan bagi Ratu.
Siang
itu, Chae-gyeong berolahraga bersama Ratu dan Ibu Suri. Mereka bermain
golf era Joseon. Seperti yang sebelumnya, Chae-gyeong berhasil
memasukkan bolanya. Chae-gyeong bersorak dengan girang dengan gaya yang
agak berlebihan. Ibu Suri tertawa melihat tingkah Chae-gyeong. Tapi lain
hal-nya dengan Ratu, dia menganggap kalau tingkah Chae-gyeong itu
terlalu berlebihan.
Ibu
Suri juga berhasil memukul dengan baik. Ratu senang karna kesehatan Ibu
Suri semakin baik dilihat dari kelenturan tubuh Ibu Suri saat memukul
bola tadi. Tapi raut muka Ratu berubah suram saat mendengar Ibu Suri
berkata kalau itu semua pasti karna gerakan yoga yang diajarkan oleh Ibu
Yeol. Hye-jeong yang melakukan yoga setiap hari membuat dirinya menjadi
20 tahun lebih muda dari usianya yang sebenarnya.
Sementara
itu, Yeol dan Shin sedang asyik bermain polo di bagian lapangan istana
yang lain. Saat mereka berhenti sejenak, tiba-tiba Yeol bilang kalau dia
meminta maaf pada Shin karna belum bisa melakukan olahraga yang baru
diajarkan oleh Shin dengan baik.
Shin
berkata tak masalah. Yeol bukannya harus ikut ujian dengan olahraga
polo yang sedang dipelajarinya. Nama Yeol takkan di tulis di papan kalau
dia tak lulus ujian. Yeol tertawa mendengar gurauan Shin.
Kemudian
Yeol mempraktekkan sesuatu yang pernah diajarkan Chae-gyeong padanya.
Shin tak mengerti gaya bercanda ‘aliran Chae-gyeong’ itu. Jadi Shin
malah bilang Yeol aneh. Yeol bilang Chae-gyeong yang mengajari Yeol
bercanda seperti itu.
Mereka
ngobrol bertiga di sebuah taman. Ibu Suri mengutarakan idenya untuk
menjadikan yoga sebagai bagian dari olahraga di istana dan mewajibkan
para pengawal untuk mengikuti olahraga itu demi menjaga kesehatan. Tapi
Ratu tak setuju dengan usul itu. Pakaian yang dipakai saat latihan yoga
terlalu minim dan itu tak seuai dengan tata krama dan sopan santun di
istana.
Chae-gyeong
menuju tempat Shin dan Yeol latihan polo. Kedua dayang setianya
mengikuti di belakang Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum melihat
keasyikan Yeol dan Shin. Lalu beberapa saat kemudian dia kaget melihat
keduanya terjatuh dari atas kuda.
Semua
pengawal, dan orang-orang yang ada di sekitar tentu saja panic melihat
Shin terjatuh, jadi mereka semua menghampiri Shin tanpa seorangpun
memperhatikan keselamatan Yeol. Chae-gyeong bingung, tak tahu harus
pergi menghampiri siapa. Apakah harus menolong Shin yang sepertinya
terluka lebih parah dari Yeol, ataukah menghampiri Yeol yang luka
ringan, tapi tak seorangpun yang mempedulikannya.
Akhirnya
Chae-gyeong memutuskan untuk menghampiri Yeol karna dia pikir, sudah
banyak orang yang mempedulikan Shin dan menjaga Shin sedangkan Yeol, tak
seorang-pun yang peduli dengan keselamatannya. Saat Chae-gyeong
menghampiri Yeol, Shin memperhatikannya dengan rasa iri dan cemburu
hingga saking kesalnya Shin berkata kalau dia tak apa-apa.
Yeol
duduk berdua bersama Chae-gyeong. Chae-gyeong memegang leher Yeol yang
tadi terluka dan bertanya apa Yeol baik-baik saja. Yeol bilang dia tak
apa-apa. Kemudian, dia bertanya kenapa Chae-gyeong menghampirinya dan
bukannya mencemaskan keadaan Shin.
Chae-gyeong
berkata, ada banyak orang yang sudah mengkhawatirkan keadaan Shin. Jadi
Chae-gyeong tak cemas lagi. Tapi Yeol-gun sendirian. Chae-gyeong merasa
ingin menolong Yeol. Chae-gyeong bertanya kenapa akhir-akhir ini Yeol
di sekolah seakan berubah. Dia cuek pada Chae-gyeong.
“Mungkin
itu karna Cinderella dan Pangeran hidup bahagia, jadi aku berubah
menjadi seperti itu” jawab Yeol. Chae-gyeong tak mengerti maksud Yeol.
Kemudian Yeol tertawa, jadi Chae-gyeong menganggap kata-kata Yeol tadi
itu hanya bercanda tanpa mengerti maksud sebenarnya dari Yeol. “Kupikir,
ekspresimu, kau terlihat sedang sedih. Dan itu mungkin karna aku
berlari menghampirimu” kata Chae-gyeong. Yeol hanya tersenyum. Tanpa
mereka tahu, Shin melihat mereka yang sedang asyik berduaan dengan
tatapan sedih. “Tak boleh. Tak mungkin Chae-gyeong suka padanya” kata
Shin perlahan.
Shin
masuk ke kamarnya dengan kesal. Dia melepas sarung tangannya dengan
mulutnya karna tangan yang satunya sakit. Tangannya diperban karna jatuh
tadi.
Sementara
itu, Chae-gyeong sedang berduaan bersama Yeol di taman belakang istana.
Chae-gyeong mengamati buku yang sedang dibaca oleh Yeol. Yeol berkata,
buku itu bercerita tentang seorang laki-laki yang menanam biji oak di
tanah yang kurang subur. Setelah beberapa tahun lamanya menunggu,
akhirnya biji itu berubah menjadi pohon. Mungkin bentuknya sederhana,
tapi hal itu bisa mengubah dunia. Cerita itu bisa mengubah dunia menjadi
lebih cantik. Yeol terus saja memperhatikan Chae-gyeong yang tersenyum
melihat isi gambar dalam buku itu. Yeol merasa senang bisa berduaan
dengan Chae-gyeong seperti itu.
Shin
sedang sibuk mencetak foto di ruang rahasianya. Foto Hyo-rin. Dia
mengamati foto itu, ada kesedihan terpancar di wajahnya. Chae-gyeong
yang lewat di depan kamar Shin mencoba mengetuk pintu kamar Shin. Tapi
sayang tak ada jawaban dari dalam. Jadi Chae-gyeong memutuskan untuk
langsung masuk saja.
Chae-gyeong
mengamati foto masa kecil Chae-gyeong bersama teddy bear-nya. Shin
dangat lucu semasa kecil. Kemudian dia memegang teddy bear Shin yang
terlihat tua dan usang. Saat menganggkat Teddy bear itu, Chae-gyeong
menemukan sebuah remot di balik tubuh boneka kesayangan Shin itu.
Dia–pun mencoba remot itu. Ruangan rahasia tempat Shin mencetak foto
terbuka saat Chae-gyeong asal pencet.
Karna
penasaran, Chae-gyeong pun masuk ke dalamnya. Ada banyak foto yang
tergantung disana. Chae-gyeong sangat terkejut saat melihat Shin yang
sedang duduk di sebuah kursi goyang. Tapi Shin hanya diam saja.
Chae-gyeong menanyakan keadaan Shin. Apa Shin baik-baik saja setelah
terjatuh. Apa tak ada yang terluka. Shin hanya diam.
Chae-gyeong
melihat tangan Shin yang diperban. Dan dia setengah berteriak
mencemaskan keadaan Shin. Dia mencoba meraih tangan Shin. Tapi Shin
menolak sentuhan Chae-gyeong. Shin bertanya siapa yang mengijinkan
Chae-gyeong untuk masuk ke dalam situ. Chae-gyeong bilang dia memanggil
Shin dan Shin sama sekali tak menjawab. Dan saat Chae-gyeong masuk ke
kediaman Shin, tak sengaja menemukan tempat itu.
Chae-gyeong
berusaha memegang foto Hyo-rin yang baru saja dicetaknya, Shin
berteriak mengusir Chae-gyeong keluar. Chae-gyeong yang kaget dan
ketakutan pun langsung buru-buru keluar dari ruangan itu.
Raja
memberikan penghargaan pada para pegawai yang telah mengabdi dan banyak
berjasa bagi kerajaan. Shin berdiri di samping Raja untuk mendampingi
Ayahnya sekaligus menjaga Ayahnya yang sedang sakit itu. Raja merasa
sedikit pusing dan hampir saja terjatuh kalau saja Shin tak segera
menangkap tubuh ayahnya. Raja meneruskan upacara pemberian penghargaan
itu dengan Shin yang terus berada di belakangnya untuk menjagannya.
Ibu
Suri agak kesal mendengar kabar dari Ratu kalau Raja menolak untuk
dirawat di Rumah sakit istana. Raja butuh istirahat dan itu mutlak dan
harus dilakukan. Akhir-akhir ini Raja merasa keadaannya membaik, karna
itulah Raja merasa masih sanggup melakukan tugas-tugasnya.
Itulah
kenapa Ratu mengusulkan untuk menggantikan tugas Raja yang harus
mengadakan kunjungan kenegaraan di Thailand dengan pasangan kerajaan,
Shin dan Chae-gyeong. Ibu Suri malah balik bertanya apakah Ratu sudah
bertanya dulu pada Raja. ratu bilang Raja setuju dengan usulnya, hanya
saja Raja ingin minta persetujuan Ibu Suri terlebih dahulu.
Untuk
festival Hyeo Lee (festival busana), Pangeran William dari kerajaan
Inggris akan berkunjung ke Korea. Karna itulah Ratu juga bingung apa
yang harus dilakukan. Karna mereka juga harus mempersiapkan jamuan untuk
Pangeran William di Korea. Mereka benar-benar tak tahu apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Raja
ngobrol bertiga bersama Shin dan Chae-gyeong. Raja berkata kalau dia
tak mungkin melakukan kunjungan kenegaraan ke Thailand. Jadi dia meminta
Shin dan Chae-gyeong untuk menggantikan tugasnya. Chae-gyeong tentu
saja senang karna kan diajak jalan-jalan ke luar negeri untuk pertama
kalinya, apalagi perginya bersama Shin. Tapi Raja juga berkata kalau
Raja masih bingung dengan persoalan siapa yang akan menjamu Pangeran
William yang juga akan berkunjung ke Korea pada saat yang bersamaan.
Shin
dengan segera membuyarkan impian Chae-gyeong. Shin bilang, sebaiknya
kalau dia pergi ke Thailand sendiri, sedangkan Chae-gyeong tak perlu
pergi. Masih banyak pelajaran Chae-gyeong yang terbengkalai dan
nilai-nilaninya masih dibawah rata-rata.
Chae-gyeong
bilang dia kenal baik dengan wali kelasnya. Wali kelasnya bilang dia
akan membantu Chae-gyeong. Tentu saja Raja dan Shin tak suka mendengar
penjelasan Chae-gyeong. Jadi, Raja memutuskan kalau Shin akan berangkat
ke Thailand sendiri sedangkan Chae-gyeong harus fokus dengan pelajaran
sekolahnya. Chae-gyeong hanya bisa mengiyakan perintah Raja dengan
patuh.
Pagi
harinya Chae-gyeong bersiap-siap berangkat sekolah. Saat bertemu Shin,
dia mengucapkan selamat bersenang-senang pada Shin dan meminta maaf atas
kelakuannya kemarin. Shin hanya menanggapinya dengan tertawa sinis.
Lalu pergi untuk berpamitan pada para tetua.
Bersambung…………………….
Pagi
hari di istana, Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk membicarakan berita
yang muncul di Koran. Kebanyakan mereka meliput tentang kedatangan Ibu
Yeol. Ibu Suri merasa kesal kenapa Ibu Yeol datang tanpa memberitahunya
terlebih dahulu. Raja malah berkata tak ada salahnya mereka kembali
setelah hidup sekian lama di Negara asing. Sambutlah mereka dengan
hangat sebagai bagian dari anggota keluarga kerajaan.
Ibu Suri setuju dengan kata-kata Raja. Tapi dia merasa kalau kedatangan
Ibu Yeol akan membuat punyusunan silsilah keluarga mereka dan masa depan
istana menjadi kacau lagi. Mereka harus secepatnya mendapatkan
keturunan Pangeran baru. Karna itu, mereka harus cepat-cepat menyuruh
Shin untuk sekamar dengan Chae-gyeong agar silsilah keluarga jadi
terlihat jelas. Tentu saja Ratu menentangnya karna Shin dan Chae-gyeong
masih sangat muda. Mereka juga masih sekolah. Ibu Suri berkata mereka
sudah cukup umur untuk melakukan hal itu. Raja hanya terdiam
mendengarkan.
Sementara itu, Chae-gyeong masuk ke kediaman Shin dengan hati gembira
karna peristiwa di pesta tadi malam. “Kita harus bersiap-siap untuk
memberi salam, apa kau sudah siap?” tanya Chae-gyeong pada Shin yang
sedang asyik membaca buku. Shin hanya diam tanpa mempedulikan ucapan
Chae-gyeong.
“Tentang semalam, aku sangat tersanjung. Aku merasa seakan menjadi tokoh
utama dalam cerita dongeng. Terutama di depan banyak orang, di depan
banyak orang asing. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku malu saat
sepatuku terjatuh. Dan saat itu….” Kata Chae-gyeong dengan penuh
semangat, tapi kata-kata Chae-gyeong terhenti mendengar ucapan Shin yang
dingin. “Cerita dongeng itu tlah berakhir. Jadi, berhentilah bermimpi”
kata Shin. Tentu saja Chae-gyeong sedih mendengarnya.
Apalagi Shin juga berkata agar Chae-gyeong tak mengenakan rok yang
pendek karna kaki Chae-gyeong sangat besar. Bahkan seekor sapi pun bisa
mati jika ditendang oleh Chae-gyeong. Wakkkkk…..Tentu saja Chae-gyeong
tak terima mendengar ucapan Shin itu. Tapi saat dia hendak memarahi
Shin, asisten Shin datang dan mengatakan mereka harus menyampaikan salam
pada para tetua sekarang.
Di sekolah, Chae-gyeong masih jengkel dengan kata-kata Shin. Tapi Shin
tak mempedulikannya. Chae-gyeong masuk ke dalam kelas, dia mencoba
menyapa Yeol, tapi Yeol pergi begitu saja tanpa mempedulikannya. Tentu
saja Chae-gyeong bingung karnanya. Salah seorang teman sekelasnya
berkata kalau wali kelas Chae-gyeong menunggu Chae-gyeong di kantor.
Chae-gyeong menemui wali kelasnya si kantor. Wali kelasnya menyuruh
Chae-gyeong untuk duduk. “Sam, aku benar-benar lupa kalau ada tes. Jadi
aku belum siap. Sebenarnya ini karna harus selalu mengucapkan salam di
pagi hari” kata Chae-gyeong. Wali kelas Chae-gyeong malah langsung
memberikan kertas kosong pada Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong untuk
tanda tangan. Tentu saja Chae-gyeong bingung menghadapinya.
“Tanda tangan apa?” tanya Chae-gyeong dengan bingung. “Keponakanku,
ingin aku memberikannya tanda tangan putri” jelas wali kelas
Chae-gyeong. “Benarkah?” tanya Chae-gyeong yang wajahnya kini
berseri-seri. Wali kelas Chae-gyeong membenarkan ucapannya. Kemudian
Chae-gyeong menandatangani kertas itu dengan semangat.
Sementara itu di kelas balet, teman-teman Hyo-rin sibuk membicarakan
Hyo-rin yang sekarang ternyata tlah dicampakkan oleh Shin. Mereka juga
berkata, kalau mereka adalah Pangeran, maka mereka akan memilih Min
Hyo-rin daripada Shin Chae-gyeong. Mereka merasa kasihan pada Hyo-rin.
Hyo-rin mendengarkan percakapan mereka dengan sedih.
Mereka juga berkata, mereka kasihan pada Hyo-rin yang harus selalu
bertemu dengan Shin setiap hari di sekolah. Mereka bahkan juga satu klub
di klub berkuda. Kalau mereka jadi Hyo-rin, mereka akan segera pindah
agar tak melihat Shin dan Chae-gyeong selalu bersama.
Hyo-rin teringat kenangan masa lalunya dimana dia pernah pergi berdua
dengan Shin naik kereta api. Shin terlihat senang dan Hyo-rin juga
senang karna bisa melihat wajah Shin setiap saat.
“Hei, Hyo-rin, apa kau dengar berita yang berhubungan dengan kemunculan
Yeol? Sebagai salah seorang calon pewaris, Pangeran kedua tlah muncul
sekarang” kata Kang-in yang muncul bersama dua orang rekannya. Membuat
lamunan Hyo-rin jadi buyar.
Mereka juga berkata sangat menyukai penampilan alami Ibu Yeol saat di
pesta kemarin malam. Kang-in juga berkata kalau Shin dan si bebek itu
terlihat sangat cocok. Tentu saja ucapan mereka menyinggung Hyo-rin dan
membuat Hyo-rin bangkit dari duduknya untuk pergi meninggalkan mereka.
Di istana, Chae-gyeong sedang sibuk menjahit sesuatu. Ternyata
Chae-gyeong membuat sebuah bantal besar yang terdapat gambar Shin yang
sedang tersenyum di salah satu sisi dan sedang marah di sisi yang lain.
Begitu selesai, Chae-gyeong membawa bantal itu ke kamar Shin yang sedang
sibuk membaca buku. Chae-gyeong duduk di depan Shin.
“Kau tahu? Shin-gun terlihat tampan saat tersenyum. Saat pertama kali
aku melihat Shin-gun, aku penasaran kenapa dia tak pernah tersenyum.
Tapi sekarang akhirnya aku sadari kalau ternyata dia sangat suka
tersenyum. Sering-seringlah tersenyum, itu akan membuatmu jadi tampan.
Dan juga, aku memasang gambar Shin di sisi yang lain” ucap Chae-gyeong
sambil memperlihatkan kedua sisi bantal barunya. Sayangnya Shin
cuek-cuek aja. Chae-gyeong pun terdiam.
“Ku harap kau tak lupa dengan ucapanmu” kata Chae-gyeong. “Apa?” Shin
balik bertanya. “Apa maksudmu? Kau pernah bilang kau akan membiarkanku
pulang ke rumahku. Aku tak bisa melihat orangtuaku saat mereka datang
kemari” kata Chae-gyeong. Sayangnya Shin tak menyetujui usul Chae-gyeong
karna Chae-gyeong belum selesai dengan pelajarannya. Kenapa Chae-gyeong
sempat membuat boneka itu, sementara dia masih belum bisa menyelesaikan
pelajarannya. Tentu saja Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin
kemudian segera berlalu dari kamar Shin bersama boneka barunya.
Di kamarnya, Chae-gyeong yang kesal melampiaskan kekesalannya pada
boneka Shin. Dia memukulinya dengan bertubi-tubi. Shin yang sedang
mengamati kameranya merasa terganggu dengan suara berisik Chae-gyeong
segera mencari asal suara berisik itu dan melihat Chae-gyeong sedang
sibuk bergulat dengan boneka barunya. Tapi kemudian Shin malah
membidikkan kameranya ke arah Chae-gyeong yang sedang marah.
Keesokan harinya, Chae-gyeong bersuap-siap untuk memberikan salam
seperti biasanya. Saat dia menuju ke kediaman para tetua, ternyata Shin
sudah datang. Ibu Suri memuji gaun Chae-gyeong yang cantik pagi ini.
Raja pun ikut memuji Chae-gyeong yang membuat suasana pagi itu jadi
segar dengan gaunnya yang berwarna hijau.
“Pangeran sudah beranjak jadi dewasa, Omma Mama. Dia datang padaku
pagi-pagi sekali dan meminta ijin untuk tinggal di rumah Chae-gyeong
untuk beberapa hari” kata Raja pada Ibu Suri. Chae-gyeong kaget dan
senang mendengar ucapan Raja. “Bagiku, ini ide yang baik untuk Pangeran
tinggal di tempat yang berbeda untuk beberapa hari. Ini akan baik untuk
membantu mendapatkan seorang pewaris keluarga kerajaan yang baru.
Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?” tambah Raja.
“Ini pernikahan yang baru, para mempelai memang seharusnya tinggal di
rumah besan saat upacara pernikahan selesai. Bukankah seperti itu adat
di negri kita? Aku juga berpikir mungkin Putri juga rindu akan rumah.
Bagaimana pendapatmu Ratu?” tanya Ibu Suri. “Apa yang anda katakana
sangat masuk akal, Yang Mulia. Jadi bagaimana menurut pendapatmu, Putri?
Kau tak punya rencana lain, kan?” tanya Ratu pada Chae-gyeong.
Dengan wajah berseri-seri Chae-gyeong memandangi Shin. Tapi Shin
cuek-cuek aja. “Tidak, aku sangat menyetujui usul itu” ungkap
Chae-gyeong sambil tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada para
tetua, hingga membuat Shin merasa kesal dengan tingkahnya.
Shin keluar mendului Chae-gyeong. Shin masih kesal dengan tingkah
Chae-gyeong tadi. Chae-gyeong berusaha mengejar Shin. Seorang dayang
yang berdiri di depan mereka mencoba mencegah Chae-gyeong berlari-lari
di dalam istana. Tapi dia malah kaget melihat Yeol yang ternyata sudah
ada di situ, memandangi kepergian Shin dan Chae-gyeong dengan tatapan
tak suka. Yeol juga datang untuk mengucapkan salam pada para tetua.
Chae-gyeong terus mengejar Shin lalu kemudian memegang lengan Shin dan
kemudian mengucapkan terimakasih pada Shin karna tlah meminta ijin pada
Raja untuk pulang ke rumah Chae-gyeong selama beberapa hari. Shin dengan
cuek malah bertanya berapa ruangan yang ada di rumah Chae-gyeong karna
Shin butuh sebuah kamar untuk dirinya sendiri.
Iring-iringan yang membawa Shin dan Chae-gyeong menuju rumah Chae-gyeong
tiba dengan selamat disana. Chae-gyeong sangat semangat sekali pulang
ke rumahnya. Ayah dan Ibunya menyambut kedatangannya dengan suka cita.
Sementara itu para wartawan sibuk meliput tentang keberadaan Shin dan
Chae-gyeong di rumah orangtua Chae-gyeong. Seperti biasa, Chae-jun yang
masih tergila-gila masuk tv sibuk cari perhatian ke media.
Malam harinya, mereka menjamu Shin. Ibu Chae-gyeong meminta Shin
mencicipi masakan yang di masak oleh Ayah Chae-gyeong dan jangan hanya
makan nasi putih saja. Chae-gyeong bercerita setiap hari Shin bertugas
untuk mencicipi makanan yang akan disajikan untuk Raja.
Chae-jun menggoda kakaknya yang terus saja memanggil Shin dengan sebutan
Shin-gun. Harusnya Chae-gyeong memanggil Shin dengan sebutan Pangeran
atau Sayang. Shin tertawa senang mendengarnya dan setuju dengan usul
Chae-jun. mereka berdua terlihat kompak.
Chae-gyeong bilang, di istana ada beberapa makanan yang tidak boleh
dimakan oleh Keluarga Kerajaan. Seperti misalnya makanan kesukaan
keluarga Chae-gyeong. Sang Chu-sam (nasi, kimchi dan daging yang
dibungkus dengan daun selada). Di istana juga tak boleh berlari-lari.
Mereka harus berjalan tanpa suara. Ada begitu banyak aturan yang ada di
istana.
Ibu Chae-gyeong tahu, aturan di istana memang ketat. Tapi kenapa tidak
boleh makan Sang Chu-sam. Chae-gyeong berkata dia juga tak tahu kenapa
hal itu dilarang. Mereka pun mengecam peraturan itu.
Sementara di istana, Raja sedang berdua di kediamannya dengan
permaisurinya. “Aku khawatir dia tak bisa melakukannya dengan baik.
Maksudku Pangeran” kata Ratu. Raja memandangi istrinya. Kemudian
tertawa. “Dia bukan pergi ke tempat yang berbahaya. Sesuatu yang sulit
akan jadi mudah untuk Shin sejak Putri ada bersamanya” jawab Raja.
“Selain pergi ke luar negeri, ini adalah pertama kalinya dia
menghabiskan waktu di tempat yang baru” kata Ratu lagi. “Jika dia hanya
pergi ke sekolah dan ada di istana, bukankah sosialisasinya dengan dunia
luar jadi kurang? Kita berpikir yang positif saja untuk memberinya
kesempatan bertemu dengan orang-orang yang baru di sisi dunia yang lain”
jelas Raja. Ratu pun setuju pendapat Raja.
Shin sedang minum teh bersama keluarga Chae-gyeong di ruang tamu. Ayah
Chae-gyeong berkata pada Shin untuk tidur di kamar utama, kamar Ayah dan
Ibu Chae-gyeong karna itu kamar yang terbaik yang ada di situ. Tapi
Shin menolaknya. Dia bilang jangan memperlakukannya terlalu formal. Dia
hanya minta kamar yang biasa saja.
Shin minta keluarga Chae-gyeong memperlakukannya sebagai anggota baru
keluarga mereka. Shin tak perlu perlakuan khusus. Dia hanya ingin
menikmati hidup di tengah keluarga barunya. Itulah kenapa dia juga tak
membawa sekretaris Kim, asisten pribadi maupun bodyguardnya.
Shin bilang dia ingin memakai kamar Chae-jun. Chae-jun kan bisa tidur di
atap dengan menggelar tenda. Tentu saja Chae-jun kaget mendengarnya.
Dia tak yakin akan bisa belajar menghadapi ujian dengan baik kalau dia
harus tinggal di dalam tenda di atas atap yang dingin. Shin tertawa.
Ternyata dia hanya bercanda. Mereka pun ikut tertawa karnanya.
“Kalau begitu itu berarti kami akan tidur di kamar yang sama” kata Shin
tiba-tiba. Tentu saja semuanya kaget mendengar perkataannya. “Kenapa?
Apa kalian takut sesuatu yang buruk akan terjadi?” tanya Shin sambil
memandangi kekagetan mereka semua. Bahkan Ayah Chae-gyeong sampai
tersedak saat hendak menjawabnya.
Ayah dan Chae-jun masuk ke dalam kamar. Ibu Chae-gyeong menyusulnya.
Mereka tak tahu harus berkata apa untuk mencegah Shin dan Chae-gyeong
untuk tidur sekamar karna mereka berdua masih sekolah, bagaimana kalau
sesuatu yang tak diharapkan terjadi.
Chae-gyeong mengajak Shin masuk ke dalam kamarnya. Shin terkejut melihat
kamar Chae-gyeong yang sempit. Chae-gyeong belajar, makan, tidur dan
melakukan semua hal di dalam kamarnya. Chae-gyeong berkata, itulah
kenapa dia ingin Shin tidur di kamar orangtuanya saja. Chae-gyeong minta
Shin keluar untuk tidur di kamar ortunya saja. Tapi Shin tak setuju.
Shin bilang dia taka pa tidur di situ. Tapi ada masalah besar. Kasurnya
Cuma ada satu. Tiba-tiba Shin merangkul Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget
karnanya. “Kau dan aku adalah dua orang, sedangkan kasurnya cuma satu.
Chae-gyeong kebingungan tak tahu harus bagaimana.
“Apa kau mulai gila sekarang? Aku sudah tidur di kasur ini selama 19
tahun. Kau tiodur saja di lantai” kata Chae-gyeong. “Selama 19 tahun,
aku sudah tidur di kasur yang sebesar kamarmu” kata Shin sambil melepas
jaketnya. “Hei, kenapa kau melepas jaketmu?” Chae-gyeong agak malu. Shin
tertawa mengejek. Chae-gyeong mulai panik.
Kemudian Chae-gyeong langsung naik ke kasur dan berkata pada Shin untuk
mengambil selimut dan tidur saja dilantai atau dimanapun Shin suka.
“Kenapa aku harus tidur di lantai? Kalau begitu, kita tidur bersama
saja” tantang Shin. Tentu saja Chae-gyeong kaget melihat aksi Shin yang
langsung tidur di sampingnya.
“Jadi maksud kedatanganmu ke rumahku hanya untuk membuat hiodupku
menderita?” tanya Chae-gyeong dengan marah. “Ya” jawab Shin singkat.
“Apa kau merasa senang sudah mempermainkan aku?” tanya Chae-gyeong yang
tambah marah. “Ya, kau benar. Kau itu seperti mainan baru yang membuat
hidupku yang membosankan jadi berwarna” goda Shin. “Apa? Mainan? Lakukan
terserah apa maumu, tapi jangan menyesalinya” hardik Chae-gyeong sambil
tetap tidur di samping Shin.
“Aku kadang tak bisa tidur dengan tenang. Tapi jangan salahkan aku kalau
aku menendangmu sampai jatuh” ancam Chae-gyeong. Kemudian mereka saling
menendang di atas kasur Chae-gyeong yang sempit itu. Tak satupun yang
mau mengalah.
Sementara itu, Hyo-rin dan Jang-gyeong yang sedang berdua di mobil
mendengar siaran berita di radio tentang Shin yang menginap untuk
beberapa hari di rumah Chae-gyeong. Hyo-rin terlihat sedih karna berita
itu. Jang-gyeong pun langsung mematikan radio di mobilnya.
“Semua itu sangat sulit untukmu kan? Di saat kau ingin melupakannya,
kabar tentag mereka malah semakin santer terdengar. “Semuanya akan
baik-baik saja. Waktu yang akan menghapus semuanya” hibur Jang-gyeong.
Jang-gyeong menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tapi Hyo-rin hanya
diam saja. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Jang –gyeong. “Tak apa-apa. Aku
tak apa-apa. Sejujurnya, sebenarnya aku tak begitu baik. Sejak awal,
kupikir semua kan baik-baik saja. Tapi semakin berlalunya waktu, aku
merasa hatiku sangat sakit seperti sedang berada di neraka. Turunkan aku
di yoga center saja” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong mengabulkan keinginan
Hyo-rin.
Hyo-rin berlatih yoga bersama dengan beberapa orang dengan Ibu Yeol sebagai instrukturnya.
Di kamarnya, Chae-gyeong tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia heran dengan
dirinya sendiri. Kenapa dia tak bisa membenci Shin yang sangat
menyebalkan itu. Kemudian dia melihat ke arah punggung Shin dan kemudian
menempelkan kepalanya di punggung suaminya itu. Dia malah kaget dengan
tindakannya sendiri kemudian bangkit dari tidurnya.
Dia semakin heran dengan dirinya sendiri. Dia sangat menyukai punggung
Shin seperti seekor serigala yang sangat menyukai sinar bulan.
Shin terbangun dari tidurnya. Dia merasa punggungnya basah karna
sesuatu. Saat dilihat, ternyata Chae-gyeong ngiler dan membasahi
punggungnya. Shin tersenyum melihat Chae-gyeong. Wakkkkkk…..
Di apartemennya, Yeol sedang membaca buku Harry Potter. Ibunya masuk ke
dalam kamarnya dan duduk di sampingnya . Kemudian mengambil salah satu
dari buku Harry Potternya. “Apa dia sangat menyukai sihir?” tanya
Ibunya. Yeol tersenyum tapi tak mengerti maksud Ibunya. “Buku ini,
pengarang buku ini” lanjut Ibunya. “Sihir?” Yeol balik bertanya. “Apa
kau pikir begitu? Seseorang yang tak punya kerjaan. Seseorang yang
bercerai. Mereka masih tetap khawatir dengan hidup mereka. Seseorang,
dengan tiba-tiba jadi pengarang yang terkenal di seantero dunia. Apakah
dia membuat perjanjian dengan setan dan ini sebagai balasannya.
Mungkinkah dia mengkhianati jiwanya sendiri” ceramah Ibu Yeol.
Yeol hanya tertawa mendengarnya. “Kau ceramah mengenai teori tentang
manusia lagi” kata Yeol. Ibunya bangkit dari tempat duduknya dan
kemudian memeluk Yeol dengan penuh saying.
“Jika dilihat dari jauh, istana terlihat sangat tenang dan damai. Aku
sangat menginginkan kedamaian seperti itu. Jika kau bisa menjadi Raja,
aku akan membuat perjanjian dengan setan. Ayahmu yang terlupakan, posisi
yang seharusnya jadi milikmu. Aku harus mengembalikannya ke tempatnya
semula. Inilah alasannya kenapa aku harus tetap hidup” ungkap Ibunya.
Yeol selesai mandi. Dia mengambil handuk, kemudian berdiri di depan
cermin. “Bayangan diriku, benar-benar kebalikan dari diriku. Tapi dia
masih tetap bagian dari diriku. Aku merasa khawatir dan tak nyaman
dengan bayanganku. Aku sedih dan kecewa” kata Yeol pada bayangannya
sendiri.
Sementara itu, Shin sedang masuk ke dalam kamar mandi di rumah
Chae-gyeong. Shin ingin mengambil sikat gigi, tapi kemudian dia ingat
sikat giginya belum di keluarkannya. Jadi dia keluar lagi dari kamar
mandi. Saat keluar, dia mendengar suara Ayah Chae-gyeong. Lalu kemudian
buru-buru masuk lagi ke kamar lagi.
Di kamar, ortu Chae-gyeong tidur bertiga dengan Chae-jun. Ayah
Chae-gyeong sedang membicarakan apa yang harus dilakukan untuk Shin.
Apakah mengantar segelas jus atau apa. Di istana pasti lebih nyaman
daripada di rumah mereka. Ibunya bilang kalau Ayah ingin melakukannya
terserah saja. Tentu saja Ayah merasa tak nyaman kalau melakukannya
sendiri. Jadi dia pun membangunkan istrinya dengan paksa.
Mereka berdua pergi ke kamar Chae-gyeong untuk mengantar minuman dan
terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Mereka melihat Chae-gyeong
tidur sambil memeluk Shin!
Ibu Chae-gyeong naik ke atas tempat tidur. Shin yang kaget berteriak
hingga membuat Ibu Chae-gyeong terjatuh. Chae-gyeong terbangun karna
ribut-ribut dan dia kaget hingga memukul dan mendorong Shin dari tempat
tidur sampai Shin jatuh menimpa Ibunya yang sudah jatuh terlebih dahulu!
Ayah Chae-gyeong ingin Shin pindah ke kamarnya. Tapi Shin terus saja
bilang untuk tak memperlakukannya secara istimewa. Kemudian Shin
bertanya pada Chae-gyeong apa yang harus dilakukan. Chae-gyeong bilang
hal itu takkan terjadi lagi. Tapi Shin tak percaya pada CHae-gyeong yang
takkan tiba-tiba memeluknya saat tidur. Chae-gyeong yang ketakutan
karna tadi tlah memukul dan mendorong Shin hingga jatuh mengalah dan
berkata kalau dia akan tidur di bawah.
Tapi ternyata Shin tak sejahat itu, sebelum tidur lagi, Shin malah
ngajak Chae-gyeong untuk suit. Tapi sayangnya Chae-gyeong kalah. Jadi
Chae-gyeong terpaksa harus tidur di bawah. Hihihihi………chae-gyeong tak
bisa tidur dengan tenang. Shin pun juga begitu.
Keesokan harinya, Ayah dan Ibu Chae-gyeong sedang sibuk memasak. Shin
melihat mereka dengan tersenyum senang. Kedua orangtua Shin sangat mesra
walaupun sedang ada di dapur. Chae-gyeong bilang dia ingin makan Sang
Chu-sam. Ayah dan Ibunya menyetujuinya. Hanya saja Chae-gyeong harus
mengambil daunnya. Chae-gyeong pun meminta Shin untuk menemaninya
mengambil selada di kebun keluarga Chae-gyeong.
Chae-gyeong bilang mereka menanamnya tanpa pestisida. Jadi tanaman itu
tumbuh secara alami. Jadi tidak berbahaya untuk kesehatan. Chae-gyeong
minta Shin untuk mencicipinya karna daun itu bisa langsung dinikmati.
Chae-gyeong meminta Shin membantunya mengambil daun-daun itu. Saat
perjalanan pulang ke rumah, Chae-gyeong menunjukkan tanaman lain yag
ditanam ayahnya, ada bawang merah, kubis, dll. Chae-gyeong bilang
harusnya Shin yang membawa tanaman itu karna Shin seorang laki-laki.
Shin yang diperintah bukannya marah tapi malah tersenyum. Dia merasa
bahagia ada di rumah Chae-gyeong.
Keluarga Chae-gyeong makan Sang Chu-sam dengan nikmat. Mereka bahkan
saling menyuapi. Shin yang hanya makan nasi dan daging sangat iri
melihat keakraban mereka di meja makan. Chae-gyeong membungkuskan Sang
Chu-sam untuk Shin. Tapi Shin merasa agak takut karna di istana, mereka
tak boleh memakan itu. Chae-gyeong bilang, mereka sekarang bukan berada
di istana, dan Chae-gyeong takkan mengatakan kalau Shin memakan Sang
Chu-sam pada siapapun. Jadi Shin pun menikmatinya dengan tenang karna
dia-pun jadi menyukainya.
Setelah makan, Chae-gyeong membagikan hadiah untuk keluarganya. Ada jam
tangan untuk Ayahnya, kamera digital untuk Chae-jun, dll.
Sementara itu, di istana, para tetua juga sedang menikmati sarapan pagi.
Ibu Suri bilang, pangeran pasti juga sedang menikmati sarapan pagi.
Saat sarapan Ibu Suri berkata kalau dia ingin Yeol dan Ibunya juga bisa
sarapan bersama mereka. Raja menyetujui usul itu. Tapi tidak dengan
Ratu. Dia kecewa, tapi juga tak bisa menolaknya.
Di sekolah, Kang-hyeon kaget saat Chae-gyeong bercerita kalau dia tidur
sekamar dengan Shin. Sama hal nya dengan teman-teman Shin yang kaget
saat mendengar kalau Shin tidur di kamar yang sama dengan Chae-gyeong.
Di kasur yang sama dan Shin bercerita dengan tersenyum senang.
Mereka menggoda Shin. Nanti malam mereka akan…. Tapi Shin berkata,
mereka takkan sejauh itu. Di masa depan takkan lagi bisa seperti itu.
Tentu saja teman-temannya kaget mendengarnya dan bertanya apa maksud
Shin. Shin berkata itu bukan apa-apa.
Mereka berkata, Shin harus berhati-hati. Wanita jaman sekarang, kalau
laki-laki diam, mereka yang akan beraksi. Jadi Shin harus tetap
berhati-hati.
Tak ada bedanya dengan Sun-yeong dan Hee-sung yang terus saja menggoda
Chae-gyeong. Dan memberi semangat Chae-gyeong sah-sah saja melakukan
semua itu karna bagaimanapun juga mereka itu suami istri. Kang-hyeon
yang marah membentak mereka. Sebagai wanita harusnya mereka punya harga
diri. Bagaimana mungkin seorang wanita melakukan hal itu. Sungguh
memalukan. Chae-gyeong setuju dengan kata-kata Kang-hyeon.
“Aku tak tahu apa yang terjadi. Ayah, Ibu dan bahkan Chae-jun berkata
mereka punya banyak kerjaan dan hanya kami berdua yang tak melakukan
apapun” batin Chae-gyeong saat dia hanya berdua bersama Shin yang sedang
asyik membaca. Chae-gyeong merasa, sejak malam tadi dirinya tidur
bersama Shin, dia merasa deg-deg an tiap kali melihat punggung Shin.
Tiba-tiba Shin bilang kalau dia lapar dan bertanya apakah ada yang bisa
dimakan? Apakah di rumah Chae-gyeong ada Shin ramen? Wakkkkkk. Dengan
agak takut Chae-gyeong mengiyakan. Shin memakan mie nya dengan lahap dan
berkata kalau Chae-gyeong pandai sekali memasak mie dan rasanya enak.
Ya iyalah, rang mie instant, dah da bumbunya dunk.
Shin membuka lemari es setelah selesai makan. Chae-gyeong melihat
punggung Shin dan merasa ingin sekali memeluknya. Chae-gyeong merasa
gugup. Dia benar-benar merasa ingin sekali memeluk Shin dari belakang.
Tapi dia bukan wanita murahan, dia tak mungkin melakukan hal itu.
Saat batin Chae-gyeong sedang berkecamuk, Shin berkata kalau dia yang
akan mencuci mangkuk yang dipakainya untuk makan mie tadi. Chae-gyeong
bilang Shin tak perlu melakukan hal itu. Chae-gyeong yang akan
melakukannya. Tapi Shin merasa kalau Chae-gyeong menganggap dirinya tak
bisa melakukan apa-apa. Jadi Shin tetap ngotot kalau dia yang akan
mencuci mangkoknya.
Shin minta Chae-gyeong untuk nonton tv saja saat Shin mencuci mangkok.
Tapi Chae-gyeong yang sudah hampir pergi untuk nonton tv kembali lagi
dan malah memeluk Shin dari belakang. Tentu saja Shin kaget karnanya.
Dan Chae-gyeong pun tersadar tlah melakukan hal yang memalukan.
Di yoga center, Hyo-rin sedang minum the berdua dengan Ibu Yeol. Ibu
Yeol berkata, tadi Hyo-rin berlatih yoga dengan sangat gugup, apakah
Hyo-rin sedang ada masalah? Hyo-rin menyangkalnya, dia bilang dia hanya
terlalu stress mempersiapkan ujian sekolah.
Kemudian tiba-tiba Hyo-rin bertanya tentang hidup Ibu Yeol di Inggris.
Ibu Yeol berkata mereka hidup dengan baik disana. Tempat itu sangat
cocok untuk dia dan Yeol. Inggris adalah Negara yang sangat menarik.
Dimana orang-orang sangat menghormati keluarga kerajaan. Hyo-rin berkata
hal itu sangat sama dengan Negara kita.
Ibu Yeol berkata, baru-baru ini Pangeran Charles dan Camilla juga baru
menikah. “Apakah kau pernah dengar tentang Camilla?” tanya Ibu Yeol.
“Ya. Aku melihat di berita, mereka bilang wanita itu adalah seseorang
yang Pangeran Charles cintai” jawab Hyo-rin.
“Mereka sudah saling jatuh cinta pada pandangan pertama sejak lama
sebelum mereka menikah. Tapi karna tradisi kerajaan, Pangeran Charles
tak bisa menikah dengan Camilla. Bagaimanapun juga, mereka mencoba
mengatasi masalah mereka, Pangeran Charles berhubungan dengannya secara
sembunyi-sembunyi. Camilla seperti seorang adik baginya” cerita Ibu
Yeol.
“Saat semakin sulit menyangkal dari tuduhan Diana, hubungan mereka jadi
semakin dekat. Dan pada akhirnya mereka mengakui kalau mereka saling
mencintai dan pada akhirnya mereka pun bisa bersama” tambah Ibu Yeol.
Di mobil, Hyo-rin terus saja memikirkan kata-kata Ibu Yeol. “Diana
pernah berkata, ‘Pernikahan kita jadi rumit karna ada orang ketiga,
yaitu antara Pangeran, Putri dan Camilla. Hubungan cinta segitiga itu
berlangsung hampir 30 tahun. Dan pada akhirnya, setelah 35 tahun
menunggu, Camilla berhasil menikah dengan Pangeran Charles. Camilla
akhirnya menemukan kembali cintanya’ cerita Ibu Yeol.
Jang-gyeong mengantar Hyo-rin sampai ke rumahnya. Tapi Hyo-rin sama
sekali belum beranjak turun. Jang-gyeong menawarkan untuk mengajak
Hyo-rin berkeliling. Tapi tiba-tiba Hyo-rin berkata, “Min Hyo-rin, tak
bisa menyerah seperti ini”. “Apa maksudmu? Menyerah akan apa?” tanya
Jang-gyeong. “Dia tak cocok untuk Shin. Shin membutuhkan aku
disampingnya” kata Hyo-rin sambil turun dari mobil. Tiba-tiba Hyo-rin
kembali lagi, “Tolong bantu aku untuk mendapatkan Shin lagi” pinta
Hyo-rin. Jang-gyeong hanya diam. Jadi Hyo-rin melangkah pergi ke pintu
rumahnya diiringi tatapan Jnag-gyeong yang merasa Hyo-rin aneh malam
itu.
Di rumah keluarga Chae-gyeong, mereka semua sedang asyik bermain. Yang
kalah harus siap di pukul. Shin tentu saja satu grup dengan Chae-gyeong.
Ibu, Ayah dan Chae-jun berada dalam satu grup jadi lawan mereka.
Sayangnya Chae-gyeong dan Shin kalah, lawannya bersorak kegirangan. Saat
mereka sibuk bersorak, Shin dan Chae-gyeong berbuat curang dengan
menyilakkan taplak hingga membuat gambarnya berubah dan mereka pun
menang. Shin dan Chae-gyeong bersorak sambil berpelukan karna menang.
Tentu saja lawannya tak terima, jelas-jelas tadi yang keluar gambar
anjing, jadi mereka yang menang, kenapa gambarnya tiba-tiba berubah?
Pasti Shin dan Chae-gyeong curang. Tentu saja keduanya menyangkalnya.
Jadi Ayah Chae-gyeong bilang, mereka berdua adalah pasangan penipu.
Tentu saja mereka bilang mereka bukan penipu.
Ayah dan Ibu Chae-gyeong pun bersorak, kalau behitu, mereka yang menang.
Shin dan Chae-gyeong hanya mengiyakan saja karna tak mau kalau disebut
pasangan penipu. Hehehehe…..
Karna kalah, mereka harus siap-siap dipukul. Ayah dan Ibu memukul tangan
Chae-gyeong dengan keras, tapi memukul tangan Shin dengan lembut agar
Shin tak kesakitan. Hanya Chae-jun yang bersikap adil dan memukul Shin
seperti dia memukul tangan kakaknya. Tentu saja Shin sangat kesakitan
karnanya. Chae-gyeong memarahi adiknya yang memukul tangan Shin dengan
keras. Tapi Shin bilang kalau dia taka pa-apa.
Keceriaan yang ada membuat Shin tersenyum senang. Kemudian dia mengamati
foto masa kecil Chae-gyeong dan geli melihat foto itu. Dia juga melihat
bagaimana keakraban Chae-gyeong dengan Chae-jun adiknya. Dia tertawa
senang melihat mereka. Kebahagiaan yang belum pernah dilihatnya saat dia
tinggal di dalam istana.
Bersambung………………………………
Pagi
itu Shin sibuk mencicipi makanan. Chae-gyeong datang menghampirinya.
Asistennya sibuk mencatat. Chae-gyeong menyapa mereka. Asisten pribadi
Shin berkata kalau hari ini Chae-gyeong datang lebih awal dari biasanya.
“Aku tak telat kan?” kata Chae-gyeong. “Ya Yang Mulia. Anda 10 menit
lebih awal dari biasanya” jawab asisten Shin. Chae-gyeong tersenyum
sennag mendengarnya. “Kau tak tidur kan?” tambah Shin. “Bagaimana kau
tahu?” tanya Chae-gyeong yang kaget karna Shin tahu semalaman
Chae-gyeong tak tidur.
“Apa itu hal yang luar biasa? Kau dating dengan mata mirip mata kelinci”
kata Shin dengan enteng sambil terus mencicipi makanan yang akan di
hidangkan untuk Raja. “Benarkah? Apa mataku merah sekali? Apa benar
mataku seperti itu?” Tanya Chae-gyeong pada para pengawal dan asisten
Shin. Mereka semua mengiyakannya. “Lalu apa yang sedang kau lakukan?”
Tanya Chae-gyeong pada Shin. Asisten Shin menjelaskan kalau Shin sedang
mencicipi hidangan untuk Raja.
“Kenapa harus dicicipi? Apa takut kalau ada yang meracuni” kata-kata itu
tiba-tiba saja meluncur dari bibir Chae-gyeong. Membuat asisten Shin
kaget dan Shin yang kesal mendengarnya melempar sendok yang dipakainya
untuk mencicipi.
Sudah sejak sepuluh tahun yang lalu Shin mencicipi hidangan yang akan
disajikan untuk Raja dan itu berarti sejak Shin berusia 9 tahun dia
sudah melakukan hal itu. Itu menyebabkan dia lebih peka merasakan
makanan mana yang cocok untuk kesehatan Raja.
Chae-gyeong yang bosan kembali ke kediamannya. Tiba-tiba dia tersenyum.
Ternyata dia melihat Yeol. Yeol sedang membaca sebuah buku dan tertarik
karnanya. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, Shin menatap mereka dengan
muka masam.
Chae-gyeong dan Yeol bermain di istana belakang. Chae-gyeong sangat
menikmatinya. Dia bahkan merasa sangat senang sekali bisa bermain-main
disitu. Tapi Yeol tak hanya mengajaknya bermain tapi juga mengajarinya
berbagai puisi. Chae-gyeong sangat senang karna dia bisa menghafalnya
dengan mudah. Chae-gyeong pulang dengan senyum di wajahnya.
Chae-gyeong pulang dengan berseri-seri dan terhenyak saat melihat Shin
yang sedang berlatih anggar. Dia mengintip Shin. Shin berbalik
danmelihat Chae-gyeong dibalik pintu.
Chae-gyeong tersenyum dan masuk ke dalam. Shin berbalik badan. “Ini
benar-benar memalukan. Kemana ilmu yang kau pelajari tentang
mengendalikan diri?” kata Shin. “Apa maksudmu?” Tanya Chae-gyeong agak
tersinggung. “Apa kau ingat apa yang pernah kukatakan? Ku bilang padamu
untuk meningkatkan pengetahuanmu selama kau tinggal di istana” kata
Shin. “Kenapa kau membicarakan hal itu dalam situasi seperti ini?” tanya
Chae-gyeong tak suka dengan kata-kata Shin.
“Yang ku katakan sebelumnya itu dialog singkat dari Hamlet” kata Shin
santai. “O…itu” Chae-gyeong gugup dan salah tingkah. “Kau tak butuh
informasi itu saat kau menggambar?” Tanya Shin. “Apa maksudmu?” Tanya
Chae-gyeong dengan nada tak suka. “Kau mungkin agak berbakat dalam
melukis. Tapi dasar yang kau bawa itu sangat lemah. Benar begitu kan?
Lupakan bahwa kau tak pernah membaca novel Shakespeare, tapi kau
sepertinya akan mudah jatuh ke tangan orang lain seperti seekor kucing”
sindir Shin.
“Hei! Apa maksudmu? Aku benar-benar tak bisa mempercayainya” kata
Chae-gyeong setengah berteriak. Shin cuek mendengarnya. Dia meneruskan
latihan anggarnya. “Baiklah, jika kau punya banyak pengetahuan yang
hebat, kepribadian yang baik, lalu kenapa kau membuatku malu dan tak
peduli padaku di hadapan teman-temanku di pesta ultah?” Chae-gyeong
balik menyindir.
Shin tak mempedulikan kata-kata Chae-gyeong. “Sekarang ini, kupikir, itu
semua bagian dari rencanamu. Kau mengundang Min Hyo-rin dan membuatku
terlihat bodoh di depan teman-temanmu” sejenak Shin memandangi
Chae-gyeong dengan rasa bersalahnya. “Jika kau benar-benar mencintai Min
Hyo-rin, kau harus melakukan sesuatu untuk menikahinya. Kenapa kau
harus membuat kesalahan seperti ini dan memperlakukanku seperti ini
sekarang? Dasar kau laki-laki jahat dan egois” hardik Chae-gyeong.
“Apa kau bilang? Apa yang baru saja kau katakana?” tanya Shin. “Kau
laki-laki yang jahat dan egois. Kenapa?” kata Chae-gyeong mengulang
perkataannya barusan. Shin yang kesal mendekatkan dirinya pada
Chae-gyeong. Chae-gyeong merasa sedikit grogi. Shin pun merasakan hal
yang sama. Jadi dia mundur kemudian melanjutkan latihan anggarnya.
“Dengarkan aku baik-baik. Kita sangat tidak beruntung karna tak bisa
saling melengkapi apa yang kita butuhkan. TAPI…..Tapi….kita harus
merasakan teh bunga lili sekarang. Para tetua sedang menunggu kita.
Cepatlah bersiap-siap” kata Shin tanpa bisa mengutarakanmaksud hatinya
yang sebenarnya.
Mereka menikmati teh lili di paviliun istana bersama Ibu Suri, Raja dan
Ratu. “Putri, ini pertama kalinya kau menikmati the lili putih ini kan?”
tanya Ibu Suri. Chae-gyeong mengiyakan. Dia senang bisa menikmatinya.
Ibu suri mengajak mereka semua untuk menikmati teh-nya. Chae-gyeong
memperhatikan cara Shin meminum teh-nya dan mengikuti cara Shin minum
teh.
Tiba-tiba Ibu suri mengucapkan sebuah puisi. Raja menyambung puisi Ibu
Suri, kemudian Shin pun menambahkannya pula. Tiba giliran Chae-gyeong
untuk melanjutkannya. Mereka semua memandangi Chae-gyeong dengan tak
sabar. Kemudian Chae-gyeong menyambung puisi itu dengan mudah. Shin
bahkan sampai takjub mendengarnya. Disangkanya Chae-gyeong takkan bisa
melakukan hal itu. Semua menyambut gembira kemajuan Chae-gyeong.
Ratu memperingatkan Chae-gyeong yang terlalu tinggi mengangkat roknya
dan berlari-lari di lapangan. Ratu merasa frustasi dengan sopan santun
Chae-gyeong yang masih saja aneh. Raja yang ada di sebelah Ratu hanya
tersenyum memandangi tingkah laku Chae-gyeong yang lucu itu. Sementara
itu, Shin masih ada di paviliun istana bersama Ibu Suri. Ibu Suri senang
dengan kemajuan Chae-gyeong.
Di sekolah, Yeol sedang membereskan hiasan di dalam ruangan melukis.
Chae-gyeong menghampirinya dan berdiri di sebelah Yeol. Yeol tersenyum
melihat kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong mengucapkan terima kasih
tentang kemaren. Karna Yeol tlah mengajarkannya puisi yang membuat kagum
Ibu Suri. Chae-gyeong mengucapkan puisi dalam kalimat hanja itu.
Teman-temannya sama sekali tak mengerti apa maksudnya. Salah satunya
malah bilang, jelas saja berbeda karna mereka hidup di dunia yang
berbeda.
Kang-hyeon menenangkan sahabat-sahabatnya dan mengajak mereka pergi ke
kantin meninggalkan Chae-gyeong dan Yeol. Tapi tak seberapa lama
kemudian, Chae-gyeong dan Yeol pun menyusul mereka ke kantin.
Chae-gyeong duduk berlima bersama teman-temannya dan Yeol. Mereka
mengajari Yeol kata-kata yang biasa mereka pakai. Misalnya ‘kimddeok’.
Itu adalah singkatan dari KIMbab dan TTEOKbokki. Kemudian mereka
melewatkan hari dengan bercanda seperti anak kecil. Yeol senang
karnanya.
Di istana, Ibu Suri merasa senang karna Yeol datang mengunjunginya.
Tiba-tiba Ibu Suri terjatuh. Untung saja Yeol memeganginya. Yeol
mencemaskan keadaan neneknya. Tapi Ibu Suri berkata dia taka pa-apa.
Kemudian mereka berjalan kembali dan bertemu dengan Ratu di koridor.
Ratu menyapa Ibu Suri dan memberikan salam hormatnya. Yeol melakukan hal
yang sama untuk menghormati Ratu.
Ratu membicarakan tentang daftar orang-orang yang akan mendapat
penghargaan di Festival Tarian Shin-gyeo yang akan segera berlangsung.
Mereka membutuhkan juara yang akan di umumkan. Ibu Suri malah menyuruh
Ratu untuk melibatkan Yeol karna Yeol juga seorang siswa jurusan seni.
Ratu agak kecewa mendengar usul Ibu Suri.
Yeol memilih juara karya seni yang jadi juara. Ibu Suri menyetujui usul
Yeol dan Ratu mengiyakan ucapan Ibu Suri untuk membuat orang itu keluar
sebagai pemenangnnya. Yeol tersenyum senang karna pendapatnya disukai
Ibu Suri.
Shin sedang bermain bersama Chae-gyeong. Mereka bermain ‘Kyeok-pha’ yang
cara bermainnya hamper sama dengan permainan golf di era modern
sekarang ini. Shin bermain. Semua dayang dan pengawal bertepuk tangan
untuknya. Shin meminta Chae-gyeong untuk bermain. Tentu saja hal itu
membuat Chae-gyeong gugup karna ini adalah saat pertama kalinya dia
bermain permainan itu.
Shin mengajari Chae-gyeong dan mengaturnya untuk membenarkan posisi
badannya yang membuat Chae-gyeong merasa kesal. Ratu menyaksikan mereka
dari atas bersama Raja dan Ratu. Ibu Suri sangat suka melihat
kebersamaan Shin dan Chae-gyeong. Apalagi dengan semangat jiwa muda
mereka berdua. Raja setuju dengan pendapat Ibu Suri. “Memori masa muda
akan selalu menyenangkan meskipun itu memori yang menyedihkan” ungkap
Raja. “Untuk beberapa orang, memori masa muda mereka akan selalu
terkenang di hati mereka” tambah Ibu Suri.
Shin mengarahkan ke arah mana Chae-gyeong harus memukul. Chae-gyeong
yang merasa kesal karna sedari tadi harus menuruti kata-kata Shin, asal
memukul saja. Chae-gyeong mengambil ancang-ancang dan memukulnya. Shin
menertawakan tingkaj Chae-gyeong. Dan ternyata Chae-gyeong membuat
keajaiban karna bisa melakukan ‘hole in one’. Semua orang menyambutnya
dengan gembira. Yeol yang datang mendekatpun bertepuk tangan untuk
Chae-gyeong.
Chae-gyeong melambaikan tangannya menyambut kedatangan Yeol. “Apa yang
membawamu kemari?” tanya Shin. “Apa maksudmu? Kau bilang kau akan
mengajariku bagaimana caranya memukul bola dari atas kuda” jawab Yeol.
“Oh ya. Aku hamper saja lupa. Ayo kita pergi sekarang” ajak Shin
kemudian.
Yeol agak kaget mendengar ajakan Shin yang tiba-tiba itu. Dia bilang dia
bisa menunggu nanti kalau Shin sudah selesai melatih Chae-gyeong. Tapi
Shin bilang dia sudah mulai bosan berada disitu dan meminta sekretaris
Kim untuk menggantikan tugasnya mengajari Chae-gyeong. Tentu saja
Chae-gyeong tak suka dengan tindakan Shin itu. Tapi toh dia tak bisa
berbuat apa-apa karna Para Tetua sedang memperhatikan latihannya.
Yeol pun pergi bersama Shin. Sebelum pergi Yeol tersenyum pada
Chae-gyeong. Chae-gyeong memandang kepergian mereka dengan rasa kecewa.
Shin pun mengajari Yeol untuk memukul bola dari atas kuda.
Sementara itu di tempat lain, Hyo-rin yang sedang berkuda merasa sedih
karna teringat Shin. Sekarang Shin sudah jarang datang untuk latihan
berkuda.
“Aku merasa lega karna bisa sekelas dengan Chae-gyeong. Karnanya aku
jadi mengenal lingkungan sekolah dan mengenal teman-teman baru” kata
Yeol pada Shin saat mereka istirahat dari latihan. “Tapi kupikir kau
harus hati-hati dengan apa yang akan kau katakan. Tak apa jika itu hanya
diantara kita berdua. Tapi jangan di hadapan Para Tetua jangan
memanggil ‘Chae-gyeong’. Terutama di depan Omma Mama (Omma= singkatan
dari omoni (ibu). Mama= yang mulia. Ibu Ratu, Yang Mulia Ibu). “ nasehat
Shin.
Yeol tersenyum mendengarnya. “Aku merasa agak tertekan. Kau benar, kalau
tidak, mungkin Ibuku yang akan menasehatiku. Aku mengerti. Aku takkan
melupakannya” jawab Yeol. Shin tersenyum senang mendengar kata-kata
Yeol. Kemudian mereka-pun memutuskan untuk belajar memukul bola dari
atas kuda lagi.
Shin dan Chae-gyeong datang ke sebuah acara pembukaan Museum Seni.
Chae-jun yang melihat kakaknya muncul di TV segera memanggil ayahnya.
Ibunya pun ikut menontonnya. Mereka tertawa senang melihat Chae-gyeong
dan Shin muncul di TV.
“Tuan Putri sangat cantik! Dia pasti sangat suka tinggal di istana” ucap
Ayah Chae-gyeong. Ibunya tertawa mendengarnya. “Lihatlah tangannya. Dia
pasti banyak berlatih akhir-akhir ini” kata Ibu Chae-gyeong. Mereka
semua sangat senang melihat Chae-gyeong di TV.
Shin dan Chae-gyeong diberi kehormatan untuk memotong pita tanda museum
seni itu tlah dibuka. Setelah itu, tiba-tiba dompet Chae-gyeong
terjatuh. Bukannya membantu, Shin malah meloto kea rah Chae-gyeong.
Chae-gyeong pun mengambil dompetnya. Acara diteruskan dengan melihat isi
museum seni itu.
Sekretaris Kim mengatakan kalau beberapa orang wartawan ingin mengambil
foto Shin yang hadir dalam rangka membuka museum seni itu. Shin pun
mengikuti sekretaris Kim.
Kamera blitz langsung menyambut mereka. Chae-gyeong pun langsung pasang
aksi. Shin gerah melihat tingkah laku Chae-gyeong dan berbisik di
telinga istrinya itu untuk menurunkan tangannya karna perbuatannya
sangat memalukan. Tapi Chae-gyeong yang tak mau mendengarkan kata-kata
Shin membuat Shin kesal.
Lalu tiba-tiba terjadilah insiden itu. Ada seseorang yang melempar Shin
dengan telur. Tentu saja semuanya kaget melihat kejadian itu.
Chae-gyeong berusaha melindungi suaminya dari lemparan telur. Para
wartawan tambah antusian meliput berita yang mneghebohkan itu. Para
pengawal segera berdatangan untuk mengamankan Shin dan Chae-gyeong.
Di istana Raja menjadi sangat marah atas terjadinya insiden pelemparan
telur itu. “Bagaimana bisa pengawal pangeran jadi begitu tak berguna?”
hardik Raja sambil melempar laporan yang diberikan oleh asisten pribadi
Shin. “Apa saja yang sebenarnya dimakan oleh para bodyguard itu? Kenapa
mereka membiarkan Pangeran dilempari telur dihadapan jutaan pasang mata”
teriak Raja yang marah.
“Maafkan kami yang mulia. Mungkin ini karna kita mengurangi jumlah
bodyguard pangeran jadi 3 orang saja. Karna itulah pengawalannya jadi
sangat lemah. Untuk menangkap pengacau itu, perdana Menteri sudah turun
tangan sendiri. Pengamanan di istana pangeran juga sudah dilipat
gandakan untuk melindungi Putra Mahkota ” jawab asisten pribadi Shin.
Sementara itu, dayang kepala milik Ratu juga melaporkan kejadiannya pada
Ratu. “Pangeran sekarang sedang beristirahat dan menolak untuk
menghubungi dunia luar, Yang Mulia” lapor Dayang Kepala. “Baiklah, kau
boleh pergi sekarang” ucap Ratu. Ibu Suri terlihat sangat shock
mendengar kabar itu.
“Apa benar Putri berusaha mencegah lemparan telur itu dengan tangannya?”
tanya Ibu Suri pada Ratu. “Ya, itu benar, Yang Mulia” jawab Ratu. “Oh…
Bagaimana hal ini bisa terjadi?” keluh Ibu Suri. “Kita harus segera
mencari siapa yang melakukan hal ini secepatnya. Perdana Menteri sudah
mulai menyelidikinya sendiri. Jadi kuharap hasilnya kan cepat muncul”
kata Ratu.
“Pertemuan pemilihan Calon Raja akan segera berlangsung. Kau harus
mencoba menenangkan Pangeran” nasehat Ibu Suri. “Ya, Yang Mulia” Ratu
menyetujui usul Ibu Suri.
Sementara itu di suatu tempat, Ibu Yeol bertemu dengan teman dekat
mendiang Ayah Yeol. “Media akan merasa kasihan pada Putra Mahkota. Apa
yang harus aku lakukan? Sepertinya apa yang kita harapkan melenceng dari
apa sebenarnya ku harapkan” kata teman Ayah Yeol.
“ Tidak. Kita harus bertahan seperti ini. Meskipun sekarang semua orang
memihak padanya karna kasihan, tapi suatu saat nanti media
perlahan-lahan akan mengubah pendapat mereka tentang Pangeran. Mereka
akan mulai penasaran kenapa ada orang yang melempari dia dengan telur.
Aku akan membuat mereka semua bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga,
sekarang pasti sudah banyak orang yang penasaran. Apa benar Pangeran
pantas menjadi Raja yang berikutnya?” kata Ibu Yeol dengan dingin.
“Jangan bicarakan hal ini dulu. Ku dengar Perdana Menteri sendiri yang
turun tangan menghadapi kasus ini untuk menangkap pengacaunya. Apakah
akan ada masalah dengan hal itu?” tanya Ibu Yeol lagi. “Siapa aku? Kau
tak perlu khawatir tentang hal itu” jawab teman Ayah Yeol. Ibu Yeol
tersenyum sennag mendengarnya.
Sementara itu, Chae-gyeong sedang ngobrol bersama Yeol di beranda
kediamannya. “Siapapun itu, jika kutemukan mereka, mereka akan mati!
Bagaimana bisa mereka…Dia pasti sangat terkejut. Tidak, aku tak bisa
melakukanya. Aku harus melihatnya dengan mataku sendiri bagaimana
perasaannya” curhat Chae-gyeong.
“Sebaiknya kau tak pergi. Kau tak tahu apapun tentang harga diri Shin.
Sejak dia masih kecil, dia tak suka mendengar hal negative dari
orang-orang. Dan orang itu, dalam tayangan siaran langsung di TV, tlah
dipukul dengan telur yang membuatnya begitu kotor dan menyedihkan. Apa
kau tahu bagaimana terkejutnya dia mengatasi hal itu? Aku hanya mencoba
menyarankan padamu, bagaimana Shin jika hal buruk terjadi padanya. Aku
juga sudah ditolaknya saat pergi ke kamarnya” ungkap Yeol.
Chae-gyeong memandangi Yeol. “Benarkah itu?” tanya Chae-gyeong. Yeol
mengangguk membenarkan ceritanya. “Kupikir lebih baik membiarkannya
sendiri sementara waktu ini” nasehat Yeol lagi. “Tapi aku tak bisa
melupakan ekspresi wajahnya saat dilempari telur” sambung Chae-gyeong.
Dia tak terlihat marah. Dia seperti kehilangan sesuatu miliknya yang
sangat berharga” kata Chae-gyeong lagi.
“Saat aku berkata seperti ini, sebuah perasaan mulai timbul dalam
hatiku. Ini perasaan yang aneh yang belum pernah kurasakan. Sepertinya
ini….” Batin Chae-gyeong.
Tiba-tiba Yeol menggenggam tangan Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget
karnanya dan merasa tak nyaman dengan hal itu. “Kau merasa kesepian
kan?” tanya Yeol. Chae-gyeong mencoba melepaskan genggaman tangan Yeol.
“Meskipun kau terlihat peduli dan ada kegembiraan di wajahmu, tapi aku
tahu sebenarnya tak seperti itu. Bergembiralah” hibur Yeol.
“Terimakasih” jawab Chae-gyeong singkat.
Shin keluar dari kamarnya. Dan dia menyaksikan Yeol dan Chae-gyeong yang
tengah ngobrol berdua. Ada raut wajah tak suka terpancar dari wajah
Shin. Tak berapa lama kemudian, Chae-gyeong bangkit dari duduknya. Dia
pikir, lebih baik dia melihat Shin sekarang. Tak masalah jika Shin akan
mengusirnya keluar. Karna dia hanya ingin melihat dengan matanya sendiri
kalau Shin baik-baik saja.
“Apa kau yakin hal ini takkan membuatnya marah. Jika…Jika Hyo-rin yang
menemuinya, mungkin dia takkan marah” kata-kata Yeol membuat Chae-gyeong
terkejut. Dia merasa kecewa. “Tak peduli apa yang Shin-gun pikirkan.
Bagaimanapun juga, sekarang aku adalah istrinya. Aku harus ada untuknya,
terutama pada saat-saat seperti sekarang ini. Aku merasa aku harus
selalu ada di sampingnya” ungkap Chae-gyeong kemudian berlalu pergi
meninggalkan Yeol yang kecewa nasehatnya tak di dengar Chae-gyeong.
“Kenapa aku tiba-tiba merasa aku ingin menangis?” batin Chae-gyeong. Dia
melihat ke dalam kamar Shin. “Kau mau pergi kemana?” tegur Shin.
Chae-gyeong yang terkejut berbalik sambil menghapus airmatanya. Shin
datang menghampiri Chae-gyeong.
“Apa yang terjadi? Apa kau menangis?” tanya Shin. Chae-gyeong mencoba
menenangkan dirinya sendiri. “Apa wajahmu tak apa-apa?” tanya
Chae-gyeong. Shin tersenyum mendengarnya. “Tentu saja aku tak apa-apa.
Aku hanya dilempar sebuah telur, hal itu takkan membunuhku, kan?” jawab
Shin.
“Kurasa kau memang baik-baik saja. Kupikir kau…” kata-kata Chae-gyeong
dipotong oleh Shin. “Sebenarnya ini adalah yang pertama kalinya aku
menghadapi hal semacam ini. Dan aku sedikit terkejut. Aku juga takut
orang-orang disekitarku akan menghakimiku tapi tak seorangpun datang
mendekatiku. Tapi sekarang malah kau yang datang. Apa kau bisa
melakukannya dengan baik? Tak bisa membaca situasinya dan selalu merubah
atmosfer yang ada. Sebenarnya aku berharap kau datang dan menghiburku.
Kupikir mungkin semuanya kan lebih baik kalau kau melakukan hal itu”
ungkap Shin. Chae-gyeong terisak mendengarnya.
Shin mendekati Chae-gyeong. Dia menarik-narik rambut Chae-gyeong dan
mempermainkannya. “Kau ini sungguh memalukan. Kau tertawa dan
bermain-main dengan saudara iparmu di depan para penjaga. Mungkin lebih
baik aku pergi ke peternakan untuk berkuda” kata Shin sambil berlalu
dari hadapan Chae-gyeong.
Tiba-tiba Chae-gyeong berlari dan memeluk Shin dari belakang. “Maafkan
aku. Maaf” ungkap Chae-gyeong. Shin menggenggam sejenak tangan
Chae-gyeong. Tapi kemudian segera melepaskan diri dari pelukan
Chae-gyeong.
“Jadi kau sekarang merasa menyesal karna tlah bersenang-senang dengan
saudara iparmu?” tanya Shin. Chae-gyeong terkejut mendengar ucapan Shin.
Shin melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong yang sedang mengomel.
“Pantas saja kau dilempar telur. Kau mirip Shin Ramen (Mie Shin)
tradisional dengan tambahan telur!” hardik Chae-gyeong. Hahahahaha…Shin
hanya tertawa mendengar omelan Chae-gyeong itu.
Paginya, Shin pergi ke peternakan untuk berkuda dengan di temani
Chae-gyeong. Tapi sayangnya, Chae-gyeong tak diperbolehkan turun karna
Shin ingin berkuda seorang diri. Shin turun dari mobil dan bertemu
teman-temannya, dia malah memeluk dengan akrab seorang wanita asing,
teman wanitanya di klub berkuda yang membuat mata Chae-gyeonng yang
lebar jadi semakin lebar. Chae-gyeong yang kecewa meminta pengawal yang
mengantar mereka untuk mengantarnya ke sekolah menemui teman-temannya.
Shin mulai beraksi di atas kudanya dan Hyo-rin menatapnya dengan
perasaan senang. Kang-in, Jang-gyeong dan Hyo-rin sedang ngobrol di
lobby peternakan berkuda. Sementara itu Ryu-hwan malah asyik tertidur di
bangku dekat mereka. “Dia selalu saja bisa tidur dimana saja.
Ngomong-ngomong, jika semuanya berlangsung seperti ini, sama saja kan
dengan seekor bebek berubah menjadi seekor angsa?” kata Kang-in. “Kau
pikir semua orang bisa berubah jadi angsa? Dia hanya orang asing. Jika
kau lihat dia dari kaki hingga kepala, dia memang benar-benar hanya
orang asing” sangkal Jang-gyeong. Mereka berhenti bicara saat melihat
Shin masuk ke situ sambil mengamati sebuah tapal kuda.
“Ada caranya seekor bebek bisa berubah jadi seekor angsa. Dengan
ber-reinkarnasi” tambah Kang-in. Shin duduk di dekat Ryu-hwan yang
tertidur. “Hei, anak-anak orang kaya. Apa kau ingin aku memberitahu
kalian caranya berubah dari Shing-gu (kedua orangtuanya hanya orang
biasa) menjadi Sheng-gu (kedua orangtuanya orang kaya)?” kata Shin.
Kang-in dan Hyo-rin saling menatap. Mereka merasa Shin sedang marah.
“Ber-reinkarnasilah!” tambah Shin dengan sinis. Kang-in tertunduk malu.
Jang-gyeong dan Hyo-rin hanya bisa diam.
“Pulanglah ke rumah, ambil kalender dan pilihlah harinya. Ini sudah
tahun 2006” lanjut Shin lagi sambil memukulkan topi berkudanya pada
Ryu-hwan yang tengah tertidur. Tentu saja Ryu-hwan kaget dan terbangun.
Shin meninggalkan teman-temannya. Mereka terdiam memandang kepergian
Shin.
Hyo-rin mengendarai kudanya dan kemudian berhenti di senelah kuda yang
tadi di tunggangi oleh Shin. Hyo-rin menghampiri Shin yang tengah
memandangi lapangan hijau di depannya. Shin hanya diam memandangi
kedatangan Hyo-rin.
“Kami bicara hal yang buruk tentang istrimu. Kau tak suka kan? Aku tahu
kau bukan orang yang ingin bergantung pada orangtuamu, tidak dengan
status dan kekayaanmu. Seperti yang kau bilang tentang abad 21, sekarang
ini tak ada lagi darah bangsawan. Tapi aku tak bisa menerima itu.
Tidak. Aku tak menyukai fakta itu. Seseorang yang datang dengan tampilan
berbeda di depan kamera. Seseorang yang tak punya selera dan
kekanak-kanakan. Bukankah kau bilang harusnya aku yang ada disisimu?
Seseorang yang tak layak mendampingimu ada di dekatmu membuatku marah.
Aku tak bisa menerima hal itu” ungkap Hyo-rin. Shin hanya memandangi
Hyorin dengan perasaan bingung tanpa berkata apapun.
Hyo-rin berdiri di depan klub berkuda. Dia sudah berganti baju dengan
baju biasa. Jang-gyeong datang dengan mobilnya. Hyo-rin pun masuk ke
dalam mobil. “Apakah kita akan menambah latihan sebentar lagi?” tanya
Jang-gyeong. Hyo-rin hanya diam. “Kau masih tetap ingin pulang?” tambah
Jang-gyeong. Hyo-rin masih tetap diam sambil memakai sabuk pengamannya.
Jadi Jang-gyeong pun memakai sabuk pengaman kemudian pergi dari tempat
itu tanpa berkata apa-apa lagi.
Sementara itu, Chae-gyeong tiba di sekolahnya. Ketiga temannya terpesona
melihat mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah mereka. Lalu
kemudian mereka melihat Chae-gyeong. Mereka sepakat untuk mengerjai
Chae-gyeong. Mereka menyerbu Chae-gyeong, tapi belum sempat mereka
mengerjainya, mereka tlah ditangkap oleh para bodyguard Chae-gyeong.
Tentu saja Chae-gyeong kaget karnanya dan meminta para bodyguardnya
untuk melepaskan teman-temannya.
Sementara itu, Hyo-rin dan guru baletnya datang ke sebuah acara
pembukaan tempat latihan yoga baru yang ternyata di kelola oleh Ibu
Yeol. Mereka menghampiri Ibu Yeol dan kemudian ngobrol dengannya. Guru
Hyo-rin secara resmi memperkenalkan pada Ibu Yeol tentang siapa Hyo-rin.
Tentang hobby mereka yang sama-sama menyukai balet dan juga tentang
hadiah dari turnamen balet. Guru Hyo-rin juga bercerita kalau Hyo-rin
baru saja memenangkan turnamen balet di Bangkok.
Ibu Yeol memuji Hyo-rin dan mengucapkan selamat padanya walapun
terlambat. Hyo-rin merasa senang, kemudian Hyo-rin menyerahkan karangan
bunga yang dibawa oleh gurunya pada Ibu Yeol. Kemudian Ibu Yeol melihat
Hyo-rin dan memuji kecantikan Hyo-rin. Teman dekat ayah Yeol mengamati
Hyo-rin.
Teman dekat ayah Yeol menyerahkan beberapa lembar foto Hyo-rin di pesta
ultah Shin di Jeju pada Ibu Yeol. “Itu memang dia. Tak salah lagi. Apa
kau pernah bertemu dia sebelumnya?” kata teman dekat ayah Yeol. “Ya. Dia
teman Yeol. Kami pernah bertemu sekali sebelumnya. Aku tak pernah
mengira kalau dia benar-benar sama denganku. Bagaimana bisa hal ini
terjadi” kata Ibu Yeol.
Ibu Yeol mengundang Hyo-rin datang ke tempat latihan yoganya dan
membuatnya akrab dengan Hyo-rin. Ada banyak tips yang diberikan oleh Ibu
Yeol pada Hyo-rin untuk mengasah lebih dalam potensi tubuhnya untuk
menari balet. Ibu Yeol meminta Hyo-rin untuk datang setiap hari agar
mereka lebih akrab. Hyo-rin senang mendengarnya.
“Kapanpun aku melihatmu, kau mengingatkanku akan masa laluku. Untuk
menjadi seorang Putri Mahkota, aku menyerah pada mimpiku. Aku dulu juga
seorang penari balet yang punya banyak kesempatan. Ini seperti aku
melihat diriku sendiri yang masih berusia 19 tahun. Ini sepertinya sama.
Akan sangat hebat kalau seseorang sepertimu menjadi seorang Putri
Mahkota. Kau sangat elegan. Pemilihan Putri Mahkota kemaren benar-benar
tak dipikirkan secara serius. Ini hanya pendapatku, jangan salah paham”
ungkap Ibu Yeol. Dia memang sengaja memanas-manasi Hyo-rin. Hyo-rin
hanya terdiam sambil berpikir tentang kata-kata Ibu Yeol.
Sementara itu, Chae-gyeong dan tiga sahabatnya sedang menikmati es krim
di bangku taman sekolah mereka. “Ini hari minggu. Kenapa kau datang ke
sekolah?” tanya Kang-hyeon. “Aku hanya kangen pada kalian” jawab
Chae-gyeong. “Ini sangat cantik sekali, bolehkah aku memakainya sebentar
saja?” tanya Sun-yeong sambil memegangi topi Chae-gyeong. Tentu saja
Chae-gyeong langsung memberikan topinya. Dan Sun-yeong kegirangan
karnanya.
Sementara Hee-sung ikut-ikutan meminta sarung tangan yang dikenakan oleh
Chae-gyeong. Sun-yeong berkata kalau sekarang ini, Chae-gyeong adalah
orang yang paling dicari di internet. Chae-gyeong tak mengerti apa
maksud Sun-yeong. Sun-yeong menambahkan kalau Chae-gyeong punya fans
klub yang anggotanya langsung 100ribu hanya dalam beberapa hari.
“Kau tahu apa nama fans klub mu itu? ‘Cinderella Chae-gyeong’, “ kata
Sun-yeong. “Sepertinya keren. Lalu apakah aku harus bertemu dengan
fans-ku?” kata Chae-gyeong senang. “Hei, jangan senang dulu dengan hal
itu. Kau juga punya anti fans yang anggotanya lebih dari 50ribu orang”
kata Kang-hyeon kemudian. “Anti? Apa salahku? Tanya Chae-gyeong lesu.
“Ada dua alasan mereka membencimu. Pertama itu karna rumor dan yang
kedua itu karna keberadaanmu” kata Sun-yeong. “Lalu apa salahku?” tanya
Chae-gyeong dengan lesu. “Karna kau menikah dengan Putra Mahkota” jawab
Sun-yeong dengan enteng. Chae-gyeong jadi lemas mendengarnya. “Makanya
kau harus hati-hati. Jika tertangkap anti-fans mu, kau akan berakhir”
nasehat Kang-hyeon.
“Apa aku salah? Aku tak ingin hidup di bawah ancaman oranglain. Aku akan
hidup dengan caraku sendiri. Untuk mereka yang tak menyukaiku, aku tak
peduli, aku tak takut” kata Chae-gyeong. Tiba-tiba salah seorang
bodyguard-nya berkata kalau sekarang saatnya untuk kembali ke istana.
Chae-gyeong-pun berpamitan pada sahabat-sahabatnya. Dia meminta mereka
untuk menyimpan topi dan sarung tangan miliknya, kemudian memberikan
pita leher yang dipakainya pada Kang-hyeon, tapi Kang-hyeon tak mau
memakainya. Kemudian Chae-gyeong segera pergi meninggalkan
teman-temannya untuk kembali ke istana.
Chae-gyeong termenung dengan sedih di dalam mobil. Dia mengingat
rentetan peristiwa yang dialaminya bersama Shin. Saat di sekolah, saat
pernikahannya, saat di istana, bertengkar dengan Shin, memeluk Shin,
dll.
Chae-gyeong yang masuk ke dalam kediamannya disambut dua dayang setianya
yang tlah mempersiapkan baju pesta untuknya. Kemudian mereka membantu
Chae-gyeong untuk berganti baju. Malam ini akan diadakan pesta untuk
menyambut pasangan baru si istana, Shin dan Chae-gyeong.
Shin masuk ke dalam kediaman Chae-gyeong dan terdiam memandangi
Chae-gyeong yang terlihat sangat anggun malam itu. Chae-gyeong sedang
asyik bercermin. Lalu kemudian dia menyadari kehadiran Shin dan menoleh
ke arah-nya. Sementara Shin terus saja memandangi Chae-gyeong tanpa
berkedip.
Sementara itu, Ratu ada di dapur istana bersama Sanggung-nya untuk
mengecek persiapan jamuan yang akan disajikan. Kemudian Sang-gung Ratu
berkata tentang Ibu Yeol. “Ada apa dengannya?” tanya Ratu. “Dia membuka
yoga center dan pembukaannya berlangsung hari ini” kata Sang-gung Ratu.
“Kau baru saja menerima berita itu?” tanya Ratu karna merasa beritanya
sudah terasa basi. Sang-gung Ratu hanya bisa meminta maaf. “Dia
seharusnya datang dan memberi salam pada para tetua di istana. Apa yang
sebenarnya dia sembunyikan?” selidik Ratu.
Sementara itu, Ibu Yeol sedang sibuk berdandan untuk mempersiapkan
kemunculannya, atau lebih tepatnya kebangkitannya untuk yang pertama
kalinya di hadapan orang-orang istana dengan sebaik-baiknya.
Pihak istana mengundang banyak duta besar dari Negara lain. Sebenarnya,
bintang pestanya adalah Shin dan Chae-gyeong yang diperkenalkan sebagai
anggota baru dalam keluarga istana. Tapi seperti biasanya, Chae-gyeong
yang ceroboh selalu saja membuat kesalahan. Sebenarnya maksudnya baik,
menawarkan makanan pada salah seorang tamu, tapi yang terjadi, makanan
itu malah tumpah mengenai baju tamunya karna Chae-gyeong sangat gugup.
Ckckckckck……
Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk mengobrol dengan sepasang tamu saat
tiba-tiba kedatangan Yeol dan Ibunya membuat para wartawan yang datang
meliput menjadi heboh dan berebut untuk mengambil gambar mereka berdua.
Shin dan Chae-gyeong pun mengalihkan perhatian mereka pada Yeol dan
Ibunya.
Ibu Yeol memberi hormat pada Ibu Suri yang sangat terkejut melihat
kedatangannya. Raja menelan ludah, sementara Ratu mencoba untuk tetap
tenang. Kemudian mereka berkumpul di sebuah ruangan dan Ibu Yeol
menyampaikan salam hormatnya untuk Ibu Suri yang menyambut kedatangannya
dengan gembira. Ibu Suri merasa senang karna semua anggota keluarganya
berkumpul lagi sekarang. Semuanya merasa senang, hanya Ratu yang merasa
cemas karna kedatangan Ibu Yeol.
“Kenapa dia memilih hari ini untuk kembali ke istana. Apa yang
sebenarnya direncanakan olehnya?” kata Ratu pada Raja. “Hye-jeong
sepertinya hidup dengan baik. Dia tak mungkin menyimpan kesedihan dalam
hatinya selamanya” jawab Raja. “Dia sama sekali tak memberi kabar selama
14 tahun ini lalu kemudian dia datang dengan tiba-tiba, dia memilih
waktu untuk kembali dimana kami semua cemas akan kesehatan Anda. Dan
juga dia memilih hari ini dimana pasangan baru istana muncul secara
resmi di hadapan publik. Berlagak seperti ini pesta untuknya. Bukankah
seperti itu?” kata Ratu yang merasa tak suka dengan kedatangan Ibu Yeol.
Sepasang tamu sedang asyik berdansa. Saat mereka selesai, tepuk tangan
meriah menyambut mereka. Kemudian Shin bangkit dari tempat duduknya dan
menghampiri Chae-gyeong. Chae-gyeong yang kaget berusaha menolaknya.
Tentu saja Shin mengancamnya dibalik senyumnya agar Chae-gyeong segera
bangkit dari tempat duduknya.
Lampu blitz langsung menghujani mereka. Yeol memandang mereka dengan
tatapan tak suka. Sementara orang-orang yang ada di sekitar mereka
menyambut mereka dengan antusias dan diiringi dengan tepuk tangan yang
meriah. Walaupun agak kaku dan kacau, tapi dengan bimbingan Shin,
Chae-gyeong pun berdansa dengan baik. Para tamu yang hadir memberikan
tepuk tangan yang meriah saat mereka berdansa. Yeol memandang mereka
dengan tatapan penuh arti.
Ibu Suri dan Ibu Yeol sedang membicarakan tentang masa lalu. Tentang
tragedy menyedihkan yang merenggut nyawa Ayah Yeol. Ibu Suri berkata
agar Ibu Yeol melupakan masa lalu dan berpikir tentang masa depan mereka
saja. Ibu Yeol menanyakan tentang kesehatan Ibu Suri, tapi Ibu Suri
berkata, sejak melihat keadaan Raja yang terus membaik, dia merasa lebih
baik.
“Jadi, alasan pernikahan Pangeran Shin itu terjadi dengan alasan
kesehatan Raja?” tanya Ibu Yeol. “Kurasa bisa disebut seperti itu” jawab
Ibu Suri apa adanya. Kemudian Ibu Yeol menawari Ibu Suri untuk
melakukan yoga demi menjaga kesehatannya. Ibu Suri menyambut tawaran itu
dengan gembira.
Kembang api di nyalakan untuk memeriahkan pesta malam itu. Para tamu
yang hadir merasa sangat terhibur melihatnya. Chae-gyeong merangsek
masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang menikmati keindahan
kembang api itu, tanpa menyadari kalau orang yang didorong disebelahnya
itu adalah Raja. Raja tersenyum memandangi Chae-gyeong yang malu saat
menyadari kesalahannya.
Saat meminta maaf pada Rja, barulah Chae-gyeong sadar kalau sepatunya
hilang sebelah. Kemudian dia berbalik ke belakang dan melihat sepatunya
yang terlepas. Tiba-tiba, datang seseorang mengambil sepatu itu,
kemudian menunduk dan memakaikan sepatu itu ke kaki Chae-gyeong. Orang
itu adalah Shin. Perlakuan Shin yang romantis pada Chae-gyeong membuat
para tamu bertepuk tangan untuk mereka berdua. Chae-gyeong tersipu-sipu
malu sekaligus senang. Sedangkan Yeol menatap mereka dengan pandangan
kecewa.
Bersambung……………………..