Jumat, 28 Desember 2012

Princess Hours Episode 8

Shin dan Chae-gyeong kembali lagi ke istana. Chae-gyeong memeluk dayang-dayangnya. Dia sangat gembira bisa bertemu kembali dengan dayang yang sudah dianggap sebagai kakak untuknya.

Asisten Shin dan Choi Sang-gung berkata kalau mereka sangat merindukan Shin dan Chae-gyeong. Chae-gyeong juga bilang kalau dia sangat merindukan asisten Shin dan juga Choi Sang-gung tentunya. Chae-gyeong juga setengah memaksa Shin untuk berkata kalau dia juga kangen pada asistennya dan Choi Sang-gung.

Chae-gyeong mengajak dayang dan Sang-gungnya masuk diiringi tawa senangnya, sedangkan Shin  kembali menuju kamarnya. Di kamar masing-masing, mereka sama-sama tak bisa tidur dengan tenang. Shin sibuk dengan bonekanya, Chae-gyeong juga sibuk dengan boneka bantal bergambar Shin-nya. Kemudian secara hampir bersamaan mereka keluar dari kamar masing-masing dan kemudian ngobrol di beranda berdua.

“Berhentilah merasa sok sibuk. Bukan hanya kau yang terpisah dari orangtuamu. Hampir semua wanita yang sudah menikah mengalami hal itu” kata Shin. “Apa aku sama dengan yang lainnya? Aku baru 19 tahun sekarang” sangkal Chae-gyeong. “Di Negara ini, kau wanita peringkat 3 teratas. Dan kenapa tingkahmu masih saja kekanak-kanakan di depan mertuaku. Kau bahkan belum berhenti menyusu ya? Oh ya, Apa saat kau tidur, orangtuamu biasa meninabobo kan mu terlebih dulu?” ledek Shin.

“Jangan bicara seperti itu. Apa kau punya waktu saat ingin bertemu Raja dan Ratu?” tanya Chae-gyeong yang tak terima ledekan Shin. “Tidak. Tak pernah. Masalahnya adalah kenapa kau bertingkah begitu aneh” tambah Shin. “Benarkah?” tanya Chae-gyeong dengan dongkol.

“Kupikir kami akan jadi semakin dekat setelah kami menghabiskan waktu bersama. Tapi kenapa dia tiba-tiba jadi begitu jahat padaku? Apakah dia tahu bagaimana perasaanku padanya?” batin Chae-gyeong.

“Kenapa kau tiba-tiba jadi seperti itu?” tanya Shin tiba-tiba. Membuyarkan lamunan Chae-gyeong. “Apanya?” tanya Chae-gyeong yang tak mengerti maksud Shin. “Kubilang, kenapa kau tiba-tiba memelukku seperti itu?” tanya Shin sekali lagi. “Oh, itu…” kata Chae-gyeong dengan gugup.

“Kau tak bisa tidur malam itu kan?” selidik Shin. “Apa maksudmu malam itu?” tanya Chae-gyeong lagi. “Apa kau bertanya karna kau tak tahu? Kupikir kau memang aneh saat tiba-tiba ada di belakang punggungku dan mencoba untuk menggangguku” jelas Shin.

“Mengganggu? Apa maksudmu?” tanya Chae-gyeong yang berpura-pura tak mengerti karna sebenarnya dia malu. “Jangan khawatir. Sejujurnya aku juga tak bisa tidur malam itu.” Ungkap Shin. “Apa maksudmu kau tak bisa tidur?” Chae-gyeong masih saja bertanya.

“Lihat aku. Aku ini juga seorang laki-lakii” jawab Shin. “Apa maksudmu?” tanya Chae-gyeong lagi. Sekarang ganti Shin yang gugup menjawab pertanyaan Chae-gyeong. “Maksudku… Diusiaku  sekarang ini,  apakah gadis itu cantik atau tidak, saat seorang gadis tidur di balik punggungmu, hatimu akan merasa seakan terbakar dan berdebar-debar yang kan membuatmu akan sulit untuk tidur. “Kenapa kau biarkan perasaanmu membuatmu tak bisa tidur” tanya Chae-gyeong lagi. “Diam kau! Dan kemarin, hal itu sama saja seperti saat kau ingin memelukku dari belakang” kata Shin kemudian. Chae-gyeong terdiam, dia malu.

Tiba-tiba Shin membelakangi Chae-gyeong. “Ayo lakukanlah” perintah Shin. Chae-gyeong menolak dengan malu-malu. “Tinggal peluklah kalau kau mau, aku mengijinkannya. Tapi jangan berbuat licik” tambah Shin. Chae-gyeong tak mampu berkata apa-apa lagi saat dia melihat punggung Shin. Seperti seorang anak kecil yang tergiur melihat coklat. Atau seperti yang dikatakannya, bagaikan serigala yang merasa senang saat melihat bulan. Chae-gyeong hampir memeluk Shin dari belakang. Hanya saja, tiba-tiba asisten Shin datang dan mengacaukan suasana semi-romantis yang baru saja tercipta itu.

Asisten Shin mengira mereka berdua belum tidur karna harus menyesuaikan diri lagi dengan istana setelah beberapa hari tinggal di luar istana. Chae-gyeong berkata kalau mereka baik-baik saja. Kemudian asisten Shin pun pamitan pergi. Tapi saat Chae-gyeong hendak memeluk Shin lagi, asisten Shin datang kembali dan bertanya apa yang akan mereka lakukan untuk mengucapkan salam besok pagi. Shin pura-pura tak mendengarnya, Chae-gyeong merasa malu sekali. Kemudian asisten Shin pun pergi lagi karna merasa mungkin Shin dan Chae-gyeong hanya ingin berdua saja malam ini. Hfuuuuuh….ganggu ja. Dan saat Chae-gyeong kembali ingin memeluk Shin, Shin sudah berbalik lagi hingga membuat Chae-gyeong tak bisa lagi memeluk Shin dari belakang.

Pagi itu, Shin menghadap para tetua untuk memberi salam seperti biasanya. Shin bercerita saat-saat mereka berada di rumah Chae-gyeong. Shin bilang kalau dia sangat senang berada di tengah-tengah keluarga Chae-gyeong. Mereka menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan mereka menganggap semuanya seperti teman, jadi mereka sangat akrab sekali.

Di rumah Chae-gyeong, ayah Chae-gyeong malah sakit karna masih merindukan Chae-gyeong. Dia tak enak bangun dari tempat tidurnya karna memikirkan kalau Chae-gyeong sudah tak tingggal lagi bersama dengannya. Dia bahkan tak mau memasak hingga membuat Chae-jun kesal karna tak bisa sarapan. Ibunya juga bilang, kemarin dia merasa sangat terhibur dengan kehadiran Chae-gyeong, tapi sekarang, sejak Chae-gyeong pergi, dia merasa kosong. Ayahnya menambahkan, Chae-gyeong pulang ke rumah, tapi dia tak bisa melakukan apapun untuk Chae-gyeong.

Chae-jun mencoba membuat Ayahnya bersemangat lagi. Chae-jun bilang Ayahnya tlah membuatkan Sang Chu-sam kesukaan Chae-gyeong yang tak bisa di makannya di dalam istana. Ibunya ikut-ikutan dengan berkata kalau Chae-jun benar. Bahkan Putra Mahkota sangat menyukai masakan Ayah Chae-gyeong. Lalu tiba-tiba tercium bau gosong. Rupanya tadi Ayah Chae-gyeong sempat memasak tapi kemudian dia teringat Chae-gyeong dan sedih, jadi dia memutuskan untuk ke kamarnya saja.

Di istana, Shin sedang ngobrol berdua dengan Ratu tentang persiapan Penghargaan Penulis Kerajaan. Shin bilang semua sudah siap. Ratu menasehati Shin untuk selalu menjaga Ayahnya seperyi bayangan karna Ayahnya mungkin akan lebih sering merasa pusing. Shin tentu saja akan melakukannya dengan senang hati. Ratu sangat khawatir akan kesehatan Raja.

Tiba-tiba, Shin memanggil Ratu dengan sebutan Ibu. Bukan Yang Mulia Ibu (Omma Mama) seperti biasanya. Tentu saja Ratu kaget dan marah mendengarnya. Ratu bertanya kenapa Shin selemah itu hingga gampang dipengaruhi. Ratu menyalahkan hal itu pasti karna Shin berkunjung ke rumah istrinya. Ratu minta Shin berpikir tentang Yeol dan Ibunya. Meskipun sekarang belum terjadi apa-apa, tapi mereka tak tahu mulai kapan kedua orang itu akan bergerak untuk memulai rencana mereka yang mungkin akan menyerang posisi Shin sebagai Putra Mahkota. Dalam situasi seperti itu, Shin harus bisa mempertahankan posisinya.

Shin termenung di kediamannya sambil memegangi bonekanya ditangan kanannya dan membelai fotonya bersama teddy bear kecilnya di tangan kirinya. Sejak kecil, memang hanya boneka itu yang selalu menemani Shin. Shin teringat kejadian masa kecilnya. Ibunya bilang dia adalah seorang putra mahkota. Jadi Shin tak boleh bertingkah kekanak-kanakan lagi. Dan dia juga tak boleh memanggil Ibunya dengan sebutan ‘Ibu’ lagi. Semua orang akan memperhatikan Shin. Jadi Shin tak boleh lemah, karna dia berbeda dengan anak-anak lainnya. Seorang Putra Mahkota sangat spesial karna dia akan menjadi seorang Raja.

Shin yang sedang termenung tak menyadari kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong duduk di kursi di samping Shin. “Ada sesuatu yang mengganggumu ya? Apa itu” tanya Chae-gyeong. “Bukan apa-apa” jawab Shin singkat. “Apa maksudmu bukan apa-apa? Kau terlihat sangat sedih. “Kemarin waktu kau dilempar telur dan kau sedih, kau bilang kau butuh aku tuk membuatmu nyaman kan?” kata Chae-gyeong.

Chae-gyeong langsung memulai aksinya. Dia menirukan suara asisten Shin yang selalu saja berada disamping Shin untuk memberitahukan jadwal-jadwal Shin. Bahkan Chae-gyeong menirukan suara Ratu hingga membuat Shin tertawa senang.

Asisten Shin yang sedang membaca buku kaget mendengar teriakan Choi Sang-gung yang memanggil-manggil Chae-gyeong yang ternyata sedang bersepeda di dalam istana. Para dayang dan Choi Sang-gung terus saja mengejar Chae-gyeong agar berhenti bersepeda. Tapi Chae-gyeong masih tetap asyik hingga akhirnya Choi Sang-gung berteriak dengan tegas agar Chae-gyeong berhenti bersepeda dan mulai belajar. Tapi Chae-gyeong bilang dia mau belajar, tapi setelah dia selesai berkeliling sekali lagi. Hehehe…….

Chae-gyeong berkeliling istana sekali lagi, dan saat melihat Shin, Chae-gyeong langsung menghampirinya. Asisten Shin melarang Chae-gyeong mengendarai sepeda di dalam istana. Shin membela istrinya dengan mengatakan kalau di arena balap istana, Chae-gyeong boleh menaiki sepedanya. Tapi kemudian Shin juga bilang kalau sekarang bukankah saatnya Chae-gyeong untuk belajar? Jadi mau tak mau Chae-gyeong pun dengan lesu meninggalkan Shin dan sepedanya yang akan di urus oleh asisten Shin.

Asisten Shin membawa pergi sepeda Chae-gyeong sementara Shin dan Chae-gyeong sama-sama tersenyum. Tadinya asisten Shin mendorong sepeda itu karna di istana tidak boleh bersepeda. Tapi Asisten Shin penasaran dengan sepeda itu. Karnanya dia berusaha untuk mengendarainya. Karna tak bisa naik sepeda, asisten Shin hampir saja menabrak para dayang dan prajurit. Asisten Shin sukses menabrak seorang penjaga gerbang dan jatuh karnanya. Hehehe…

Shin sedang membaca buku di beranda. Chae-gyeong duduk di kursi di sebelahnya tapi terpisah oleh air mancur yang terletak di tengah-tengah kursi yang mereka duduki.

“Ceona…Seja Ceona” panggil Chae-gyeong. “Ada apa Bigung Mama” balas Shin. Shin tersenyum manis. Chae-gyeong pun ikut tersenyum. “Kau tahu, aku punya sebuah permintaan” kata Chae-gyeong. “Permintaan? Apa itu?” tanya Shin.

Chae-gyeong berkata, minggu depan ada ujian di kelas seni dan dia akan pulang paling akhir. Jadi dia tak mungkin pulang bersama Shin. Shin berpikir, apa Chae-gyeong ingin punya mobil sendiri. Chae-gyeong malah kaget mendengarnya. Shin berkata lupakan saja hal itu.

Chae-gyeong membela diri. Bukan itu yang dia maksud. Karna kecewa Chae-gyeong pun masuk dan meninggalkan Shin. Shin tertawa melihat kepergian Chae-gyeong.

Di rumah Chae-gyeong, ayah Chae-gyeong sedang menelpon seseorang sambil melihat-lihat foto pernikahan Chae-gyeong. Ayah Chae-gyeong merasa kesal karna banyak sekali telepon yang masuk saat dia ingin sekali melihat album foto anaknya.

Kembali ke istana, saat Chae-gyeong hendak berangkat sekolah kaget melihat Asisten Shin yang memakai penyangga leher. Chae-gyeong mencemaskannya, tapi Asisten Shin bilang kalau dia tak apa-apa. Asisten Shin hanya bilang kalau mereka akan naik mobil yang berbeda mulai sekarang. Asisten Shin bilang, mobil ini dulu dipakai oleh Ibu Suri dan sekarang diberikan pada Chae-gyeong karna Pangeran bilang kalau Chae-gyeong butuh mobil. Tentu saja Chae-gyeong sangat senang mendengarnya.

Ibu Suri datang bersama Sang-gung nya dengan naik sebuah vw combi dengan warna kuning. Ibu Suri bilang kalau sekarang mobil itu jadi milik Chae-gyeong. Ibu Suri melihat raut muka Chae-gyeong dan bertanya apa Chae-gyeong tak senang mendapatkan mobil itu. Chae-gyeong menyangkalnya. Bukan itu maksudnya. Dia hanya ingin tahu berapa usia mobil itu. Shin menyenggol Chae-gyeong karna merasa pertanyaan Chae-gyeong tidak sopan. Tapi Ibu Suri malah tertawa mendengarnya.

Sang-gung Ibu Suri berkata. Mobil itu keluaran tahun 1972. Jadi sekarang usianya 34 tahun. Chae-gyeong mengangguk-angguk. Jadi usia mobil itu 15 tahun lebih tua dari dirinya. Ibu Suri semakin geli dibuatnya. Sekretaris Kim yang juga ada disitu bilang, mobil itu selalu dirawat dengan baik oleh Ibu Suri. Karna itu mesinnya layaknya mesin mobil baru. Chae-gyeong mengucapkan terimakasih atas pemberian Ibu Suri.

Ibu Suri bilang kalau akhir-akhir ini mobil itu jarang dipakai, jadi mungkin akan ada sedikit masalah. Tapi, mobil itu memiliki kenangan yang sudah bagaikan bagian dari teman lama Ibu Suri. Jadi Ibu Suri berharap Putri akan menjaga dan merawat mobil itu dengan baik seperti hal nya yang selama ini Ibu Suri lakukan.

Chae-gyeong berkata dia kage melihat Ibu Suri pandai mengemudi mobil. Chae-gyeong sangat menyukai mobil itu dan dia akan menjaga baik-baik mobil itu dan mengucapkan terimakasih banyak atas pemberian Ibu Suri itu.

Di gerbang sekolah, para guru sibuk merazia murid-murid yang ‘kurang disiplin’. Maksudnya, mereka merazia murid-murid yang memakai rok sekaligus celana olahraganya ala Chae-gyeong! Bahkan juga memakai pensil yang ditusukkan di atas gelungan rambut di kepalanya hingga mirip Chae-gyeong, juga memakai lengan tambahan yang berwarna-warni di tangannya. Kedatangan mobil Shin dan Chae-gyeong membuat mereka semua minggir.    

Chae-gyeong yang keluar dari mobil sangat terkejut karna banyak sekali yang menirukan kebiasaannya itu. Chae-gyeong langsung masuk ke dalam bersama Shin. Ternyata memang banyak sekali yang menirukan kebiasaannya. Di sudut ruangan, mau tak mau Chae-gyeong merasa bangga akan hal itu. Wakkkkkkk……

Tiba-tiba, tiga sahabatnya datang dan berkata kalau semua anak junior meniru gaya pakaian Chae-gyeong. Hee-sung juga berkata kalau foto Chae-gyeong sudah muncul, tinggal Chae-gyeong tandatangani saja. Itu foto pernikahan Chae-gyeong. Sun-yeong bilang, Chae-gyeong sekarang benar-benar bagaikan seorang Putri. Hee-sung bahkan merasa kalau foto itu bukan foto Chae-gyeong karna Chae-gyeong terlihat sangat anggun.

“Aku merasa kau sekarang jadi orang yang berbeda” kata Kang-hyeon tiba-tiba. “Tidak. Aku masih sama. Jangan khawatir Kang-hyeon, aku takkan berubah” sangkal Chae-gyeong sambil memastikan pada Kang-hyeon. Kemudian Chae-gyeong pergi meninggalkan teman-temannya.

Shin naik ke kelasnya dan kaget saat tiba disana karna ternyata Hyo-rin tlah menunggunya. Hyo-rin tersenyum melihat kedatangan Shin. Sesaat mereka terdiam, tapi kemudian Hyo-rin berkata untuk membawa Chae-gyeong saat mereka bertemu di klub berkuda. Hyo-rin bilang kalau masih banyak tempat kosong di klub. Shin bilang, bukannya dia tak pernah berpikir tentang hal ini, hanya saja, dia merasa ini terlalu dini.

Hyo-rin menyangkalnya, dia bilang ini tak terlalu dini. Bukankah selama ini tuan putri sudah melakukan tugasnya di istana dengan baik. Shin hanya diam. Hyo-rin bertanya kenapa Shin diam. Apa Shin takut kalau Chae-gyeong ikut ke klub, orang-orang akan mengasingkan Chae-gyeong? Hyo-rin berkata Shin tak perlu khawatir, Hyo-rin akan menjaga Chae-gyeong untuk Shin. Shin masih saja diam. Tiba-tiba Shin kaget mendengar kata-kata Hyo-rin. “Bukankah Min Hyo-rin orang yang sangat baik?” kata Hyo-rin. Shin memandang Hyo-rin dengan perasaan aneh.

Teman-teman Shin agak kurang setuju mendengar gagasan Hyo-rin. Tapi Hyo-rin mengatakan,itu bukan hak Kang-in, Jang-gyeong maupun Ryu-hwan untuk ikut campur urusan Shin. Hyo-rin tlah membuat kesepakatan dengan Shin. Kang-in merasa dirinya jadi orang rendahan kalau sampai Chae-gyeong ikut masuk ke klub berkuda. Karna kesal, Kang-in pun pergi. Ryu-hwan pun menyusul Kang-in.

“Apa yang ingin coba kau lakukan?” tanya Jang-gyeong setelah mereka hanya tinggal berdua. “Apa maksudmu berkata, apa yang ingin coba kulakukan? Aku manajer klub. Jadi aku berhak melakukan apapun yang akan membuat klub jadi menarik. Aku sudah cerita padamu tentang Camilla sebelumnya, kan?” kata Hyo-rin. “Camilla? Oh, seseorang yang menunggu 35 tahun untuk jadi seorang Ratu” jawab Jang-gyeong dengan nada sinis.

“Dia masih belum menjadi Ratu. Dia masih seorang Putri” kata Hyo-rin membenarkan. “Ya, terserahlah. Tapi kenapa dengan dia?” tanya Jang-gyeong. “Apa kau tahu tentang rahasia Camilla? Untuk menjadi seorang teman keluarga” jawab Hyo-rin. “Teman keluarga?” Jang-gyeong masih tak mengerti.

“Camilla bahkan berkata pada Charles untuk menikahi Diana. Dia bahkan jadi teman baik Diana yang belum bisa beradaptasi dengan baik dengan Keluarga Kerajaan. Dia bahkan memberi masukan yang baik untuk Charles. Dan mereka juga senang berkuda. Bukankah kedengarannya menarik?” cerita Hyo-rin.

Shin sedang menyendiri di suatu tempat. Dia sedang memperhatikan foto. Dia tersenyum senang memandangi foto-foto itu satu-persatu. Foto tentang keindahan langit. Ada salah satu foto dengan tulisan, “Langit terbesar selalu ada di belakangmu”.

Asisten Shin ngobrol bersama beberapa orang prajurit yang ada di sekitar tempat Chae-gyeong belajar dan berkata kalau mereka tak bisa menemukannya. Chae-gyeong yang sedang belajar merasa penasaran mendengarnya. Asisten Shin bilang Shin menghilang begitu saja saat dia sedang belajar. Kemudian memerintahkan beberapa prajurit untuk segera menemukan Shin. Chae-gyeong jadi semakin tertarik mendengarnya.

Chae-gyeong menatap mereka semua, kemudian berkata pada Choi Sang-gung kalau dia ingin istirahat sebentar. Sebenarnya Choi Sang-gung tak suka melihat kepergian Chae-gyeong. Tapi dia diam saja. Chae-gyeong pun pergi meninggalkan Choi Sang-gung dan dayang-dayangnya.

Chae-gyeong menyelinap masuk ke dalam ruangan tempat Shin belajar. “Ini aneh sekali. Apa dia pergi ke bawah tanah atau naik ke atas langit ya?” kata Chae-gyeong pada dirinya sendiri. Dia memanggil-manggil Shin, tapi tentu saja tak ada jawaban, kemudian dia masuk ke sebuah kamar dan menemukan sebuah tangga. Chae-gyeong yang penasaran pun segera naik ke tangga itu kemudian membuka atap di ujung tangga.

Ternyata Shin ada di atas sana. Dan Shin kaget mendengar suara dari kap atap yang dibuka oleh Chae-gyeong dan tambah terkejut saat dia melihat Chae-gyeong ada di sana. Chae-gyeong masuk ke atap dan menghampiri Shin. Dia malah terpesona dengan pemandangan dari atas situ. Shin bingung, tak tahu harus berbuat apa.

Chae-gyeong mencoba menggoda Shin, tapi Shin tak suka. Chae-gyeong mengambil foto Shin, tapi Shin langsung membereskan foto-fotonya.

“Bolehkah aku bertanya sesuatu?” tanya Chae-gyeong kemudian. “Aku masih belum menghabiskan waktu yang lama di istana. Masih ada banyak hal yang membuatku penasaran. Kenapa kau punya begitu banyak rahasia? Apa arti teddy bear itu untukmu? Sudah koyak dan rusak, tapi kau masih tetap tak mau membuangnya” kata Chae-gyeong panjang lebar.

“Beruang yang sangat berharga” jawab Shin. “Berharga? Apa maksudmu?” tanya Chae-gyeong lagi. Tiba-tiba terdengar suara para prajurit yang berseru memanggil-manggil Shin. Tiba-tiba Chae-gyeong berteriak dan mengatakan kalau Putra Mahkota ada disini. Tentu saja Shin dengan sigap langsung membungkam mulut Chae-gyeong. Chae-gyeong berjanji takkan berteriak lagi. Jadi Shin melepaskan bekapan tangannya di mulut Chae-gyeong. Tapi begitu dilepas, Chae-gyeong berteriak lagi. Jadi Shin pun menjatuhkan Chae-gyeong dan secara reflek dia pun ikut jatuh menimpa tubuh Chae-gyeong.

Chae-gyeong pun terdiam. Tapi dalam hati dia berharap Shin melakukan sesuatu dengan dirinya. Menciumnya misalnya. Hahaha….ngarep.com. Tiba-tiba HP Shin berbunyi. Chae-gyeong menggoda Shin untuk mematikan HP-nya. Shin pun langsung bangkit dan duduk.

Chae-gyeong mengambil HP Shin yang masih terus bunyi dan dia berubah jadi sedih saat tahu siapa yang menelpon Shin. Ternyata Hyo-rin yang menelpon. Chae-gyeong mengatakannya pada Shin kemudian menyerahkan HP itu pada Shin.  

Hyo-rin tahu, Chae-gyeong ada di dekat Sin. Jadi dia bilang pada Shin kalau dia ingin bicara dengan Chae-gyeong. Kang-in kaget karna Hyo-rin menelpon Shin dan bilang ingin bicara dengan Chae-gyeong. Sementara itu, Shin menyerahkan HP nya pada Chae-gyeong dan berkata kalau Hyo-rin ingin bicara dengan Chae-gyeong.

Hyo-rin bilang kalau dia mengundang Chae-gyeong ke klub berkuda dan akan ada pertemuan minggu depan. Dia minta agar Chae-gyeong tidak stress atau cemas memikirkannya. Chae-gyeong hanya perlu datang saja. Kalaupun Chae-gyeong belum bisa berkuda, akan ada seorang professional yang akan mengajari Chae-gyeong cara berkuda. Hyo-rin juga bilang agar Chae-gyeong tak khawatir, dia juga akan turun tangan untuk mengajari Chae-gyeong.

“Sejak kapan Hyo-rin jadi akrab dengan bebek buruk rupa itu?” tanya Kang-in penasaran. Jang-gyeong hanya diam. Sedang Ryu-hwan hanya bengong.

Chae-gyeong mengakhiri percakapannya dengan Hyo-rin. Kemudian menyerahkan HP itu kembali pada Shin. Shin ngobrol lagi dengan Hyo-rin. Chae-gyeong terlihat sedih mendengar keakraban mereka di telepon.

Di klub berkuda, Hyo-rin sedang berdua bersama Yeol dan berterimakasih karna Yeol sudah mau datang. Yeol bilang tak perlu berterimakasih karna dia juga suka berkuda. “Aku tahu apa keinginanmu” kata Hyo-rin yang membuat Yeol kaget mendengarnya. “Apa maksudmu? Apa yang kuinginkan? Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti itu?” tanya Yeol penasaran.

“Maksudku, apa yang kau inginkan sekarang itu sama hal nya dengan apa yang aku inginkan. Kau harusnya jadi penerus tahta kan? Dan Shin harusnya menyerahkannya sekarang. Shin juga pasti lelah karna menduduki posisi yang tak layak untuknya. Dan juga harus menikah dengan seseorang yang tak dia sukai. Jika Shin bukan Putra Mahkota, dia tak perlu melanjutkan pernikahannya. Semuanya terasa hampa. Meskipun dia terbebas, tapi dia harus terima statusnya yang membingungkan itu. Jadi kau harus membantunya. Kau bukan mencuri posisi Shin, kau hanya membantunya” jelas Hyo-rin panjang lebar.

“Aku mengerti maksudmu. Tapi aku tak ingin Shin meninggalkan posisinya sekarang” kata Yeol dengan tersenyum penuh arti. Hyo-rin memandangi Yeol dan tak mengerti apa maksud Yeol. Yeol bilang dia akan menjelaskannya nanti karna keluarga kerajaan sudah datang.

Chae-gyeong datang bersama Shin tentunya. Kang-in memuji penampilan Chae-gyeong yang semakin cantik. Chae-gyeong senang mendengar pujian itu. Shin malah kesal dengan penampilan Chae-gyeong dengan baju seksinya. Chae-gyeong pikir dia akan menarik perhatian siapa dengan memakai baju seperti itu. Chae-gyeong mencoba membela dirinya, para pelayan selalu mempersiapkan baju apa yang harus dipakainya. Jadi dia-pun memakainya.

Chae-gyeong terkejut melihat kedatangan Yeol dan Hyo-rin. Hyo-rin menyapa Shin dan sennag melihat Chae-gyeong juga ikut datang.

Shin mengambil kudanya dan bertemu Hyo-rin di istal. Hyo-rin bilang walau Cuma sebentar tapi seperti sudah lama sekali tak melihat Shin. Shin sudah banyak berubah. Mereka sudah lama tak saling menyapa. Hyo-rin bilang Shin dingin sekali sekarang.

“Jadi, seharusnya kau setuju saat aku melamarmu. Kau sudah menyerah dan meminta maaf sekarang? Ini semua karna dia yang jadi Putri Mahkota sekarang, jadi kau merasa marah. Tapi bukankah sekarang semuanya jauh lebih baik? Aku merasa sangat beruntung” jawab Shin mendengar semua kata-kata Hyo-rin. Shin beranjak pergi meninggalkan Hyo-rin.

Ternyata Chae-gyeong memperhatikan mereka dari atas. Chae-gyeong sedang berdua bersama Yeol dan curhat pada Yeol, kenapa Hyo-rin hanya  ngobrol berdua dengan Shin dan tak berkuda sedari tadi. Yeol berkata, agar Chae-gyeong jangan terlalu berharap pada Shin. Semakin Chae-gyeong berharap, dia akan semakin terluka. Kadang-kadang Shin mungkin akan memperlakukan Chae-gyeong dengan baik. Tapi sebenarnya, Hyo-rin lah yang paling dia sukai. Shin takkan pernah memandang Chae-gyeong seperti Shin memandang Hyo-rin. Hati Shin itu milik oranglain.

Chae-gyeong sedih mendengar hal itu. Dia tahu apa yang dikatakan Yeol itu memang benar. Mereka berduaan di atas tanpa tahu Shin memandangi mereka berdua dengan tatapan tidak suka. Hiiiiiiiiiiiiiiiih……gemes banget deh.

“Aku merasa kalau Hyo-rin lebih baik. Sebenarnya Putri Mahkota sudah berubah jadi lebih baik, tapi masih jauh dari standar. Tapi semuanya sudah berakhir sekarang. Mereka sudah menikah. Aku tak mengira Hyo-rin akan melibatkan diri dalam hubungan pasangan itu. Ku dengar bahkan Putra Mahkota tlah melamarnya. Dia sendiri yang menyerahkan posisinya. Bagaimanapun juga, sekarang dia mencoba dekat lagi dengan Putra Mahkota. Bukankah dia berlebihan? Jika aku jadi dia, aku akan menyerah dan melupakan masa laluku. Tapi sebenarnya Hyo-rin memang tak layak jadi seorang putri. Dia datang dari keluarga kaya, tapi tak bisa dibandingkan dengan keluarga kerajaan. Dia seperti menyembunyikan sesuatu dan berpura-pura sok suci dan lebih tinggi derajatnya daripada kita. Tapi sebenarnya Hyo-rin itu bukan siapa-siapa. ” itu percakapan dua orang anggota klub berkuda yang didengar oleh Shin.

Shin berkuda berdua bersama Yeol. Saat berhenti, Yeol bertanya apa Shin besok punya waktu. Dia ingin bermain polo bersama Shin.

Keesokan harinya di istana, Ratu diberitahu oleh Sang-gung nya kalau Ibu Yeol dan Yeol datang berkunjung dan sedang ngobrol bersama Ibu Suri. Ratu kaget mendengarnya. Ratu tak mengerti apa yang sebenarnya sedang direncanakan oleh Ibu Yeol itu.

Ternyata Ibu Yeol, Yeol dan Ibu suri sedang membicarakan tentang penyakit neuroglycopenia yang di derita oleh Raja. Ibu Yeol mendengarkan dengan seksama kemudian mengatakan pada Ibu Suri kalau Raja perlu banyak istirahat dan jangan terlalu lelah. Ibu Suri setuju dengan nasehat Ibu Yeol.

Ibu Suri berkata, Raja sering membaca buku sampai larut malam, jadi kepalanya jadi sering pusing karna hal itu. Apapun yang dikatakan Ibu Suri maupun Ratu, Raja tak mau mendengarkannya. Yeol menambahkan, Raja sebelumnya juga menderita penyakit yang sama. Ibu Suri membenarkan perkataan Yeol.

Ibu Yeol berkata, Ratu pasti sangat repot. Ibu Suri membenarkannya, Ratu sangat sibuk guna menjaga kesehatan Raja. mulai dari dapur istana, hingga rumah sakit kerajaan. Mulai dari melayani makanannya sampai menatur kapan waktunya untuk Raja istirahat dan tidak terlalu memaksakan diri untuk membaca buku sampai larut malam. Hal itu pasti sangat melelahkan bagi Ratu.

Siang itu, Chae-gyeong berolahraga bersama Ratu dan Ibu Suri. Mereka bermain golf era Joseon. Seperti yang sebelumnya, Chae-gyeong berhasil memasukkan bolanya. Chae-gyeong bersorak dengan girang dengan gaya yang agak berlebihan. Ibu Suri tertawa melihat tingkah Chae-gyeong. Tapi lain hal-nya dengan Ratu, dia menganggap kalau tingkah Chae-gyeong itu terlalu berlebihan.

Ibu Suri juga berhasil memukul dengan baik. Ratu senang karna kesehatan Ibu Suri semakin baik dilihat dari kelenturan tubuh Ibu Suri saat memukul bola tadi. Tapi raut muka Ratu berubah suram saat mendengar Ibu Suri berkata kalau itu semua pasti karna gerakan yoga yang diajarkan oleh Ibu Yeol. Hye-jeong yang melakukan yoga setiap hari membuat dirinya menjadi 20 tahun lebih muda dari usianya yang sebenarnya.

Sementara itu, Yeol dan Shin sedang asyik bermain polo di bagian lapangan istana yang lain. Saat mereka berhenti sejenak, tiba-tiba Yeol bilang kalau dia meminta maaf pada Shin karna belum bisa melakukan olahraga yang baru diajarkan oleh Shin dengan baik.

Shin berkata tak masalah. Yeol bukannya harus ikut ujian dengan olahraga polo yang sedang dipelajarinya. Nama Yeol takkan di tulis di papan kalau dia tak lulus ujian. Yeol tertawa mendengar gurauan Shin.

Kemudian Yeol mempraktekkan sesuatu yang pernah diajarkan Chae-gyeong padanya. Shin tak mengerti gaya bercanda ‘aliran Chae-gyeong’ itu. Jadi Shin malah bilang Yeol aneh. Yeol bilang Chae-gyeong yang mengajari Yeol bercanda seperti itu.

Mereka ngobrol bertiga di sebuah taman. Ibu Suri mengutarakan idenya untuk menjadikan yoga sebagai bagian dari olahraga di istana dan mewajibkan para pengawal untuk mengikuti olahraga itu demi menjaga kesehatan. Tapi Ratu tak setuju dengan usul itu. Pakaian yang dipakai saat latihan yoga terlalu minim dan itu tak seuai dengan tata krama dan sopan santun di istana.

Chae-gyeong menuju tempat Shin dan Yeol latihan polo. Kedua dayang setianya mengikuti di belakang Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum melihat keasyikan Yeol dan Shin. Lalu beberapa saat kemudian dia kaget melihat keduanya terjatuh dari atas kuda.

Semua pengawal, dan orang-orang yang ada di sekitar tentu saja panic melihat Shin terjatuh, jadi mereka semua menghampiri Shin tanpa seorangpun memperhatikan keselamatan Yeol. Chae-gyeong bingung, tak tahu harus pergi menghampiri siapa. Apakah harus menolong Shin yang sepertinya terluka lebih parah dari Yeol, ataukah menghampiri Yeol yang luka ringan, tapi tak seorangpun yang mempedulikannya.

Akhirnya Chae-gyeong memutuskan untuk menghampiri Yeol karna dia pikir, sudah banyak orang yang mempedulikan Shin dan menjaga Shin sedangkan Yeol, tak seorang-pun yang peduli dengan keselamatannya. Saat Chae-gyeong menghampiri Yeol, Shin memperhatikannya dengan rasa iri dan cemburu hingga saking kesalnya Shin berkata kalau dia tak apa-apa.

Yeol duduk berdua bersama Chae-gyeong. Chae-gyeong memegang leher Yeol yang tadi terluka dan bertanya apa Yeol baik-baik saja. Yeol bilang dia tak apa-apa. Kemudian, dia bertanya kenapa Chae-gyeong menghampirinya dan bukannya mencemaskan keadaan Shin.

Chae-gyeong berkata, ada banyak orang yang sudah mengkhawatirkan keadaan Shin. Jadi Chae-gyeong tak cemas lagi. Tapi Yeol-gun sendirian. Chae-gyeong merasa ingin menolong Yeol. Chae-gyeong bertanya kenapa akhir-akhir ini Yeol di sekolah seakan berubah. Dia cuek pada Chae-gyeong.

“Mungkin itu karna Cinderella dan Pangeran hidup bahagia, jadi aku berubah menjadi seperti itu” jawab Yeol. Chae-gyeong tak mengerti maksud Yeol. Kemudian Yeol tertawa, jadi Chae-gyeong menganggap kata-kata Yeol tadi itu hanya bercanda tanpa mengerti maksud sebenarnya dari Yeol. “Kupikir, ekspresimu, kau terlihat sedang sedih. Dan itu mungkin karna aku berlari menghampirimu” kata Chae-gyeong. Yeol hanya tersenyum. Tanpa mereka tahu, Shin melihat mereka yang sedang asyik berduaan dengan tatapan sedih. “Tak boleh. Tak mungkin Chae-gyeong suka padanya” kata Shin perlahan.

Shin masuk ke kamarnya dengan kesal. Dia melepas sarung tangannya dengan mulutnya karna tangan yang satunya sakit. Tangannya diperban karna jatuh tadi.

Sementara itu, Chae-gyeong sedang berduaan bersama Yeol di taman belakang istana. Chae-gyeong mengamati buku yang sedang dibaca oleh Yeol. Yeol berkata, buku itu bercerita tentang seorang laki-laki yang menanam biji oak di tanah yang kurang subur. Setelah beberapa tahun lamanya menunggu, akhirnya biji itu berubah menjadi pohon. Mungkin bentuknya sederhana, tapi hal itu bisa mengubah dunia. Cerita itu bisa mengubah dunia menjadi lebih cantik. Yeol terus saja memperhatikan Chae-gyeong yang tersenyum melihat isi gambar dalam buku itu. Yeol merasa senang bisa berduaan dengan Chae-gyeong seperti itu.

Shin sedang sibuk mencetak foto di ruang rahasianya. Foto Hyo-rin. Dia mengamati foto itu, ada kesedihan terpancar di wajahnya. Chae-gyeong yang lewat di depan kamar Shin mencoba mengetuk pintu kamar Shin. Tapi sayang tak ada jawaban dari dalam. Jadi Chae-gyeong memutuskan untuk langsung masuk saja.

Chae-gyeong mengamati foto masa kecil Chae-gyeong bersama teddy bear-nya. Shin dangat lucu semasa kecil. Kemudian dia memegang teddy bear Shin yang terlihat tua dan usang. Saat menganggkat Teddy bear itu, Chae-gyeong menemukan sebuah remot di balik tubuh boneka kesayangan Shin itu. Dia–pun mencoba remot itu. Ruangan rahasia tempat Shin mencetak foto terbuka saat Chae-gyeong asal pencet.

Karna penasaran, Chae-gyeong pun masuk ke dalamnya. Ada banyak foto yang tergantung disana. Chae-gyeong sangat terkejut saat melihat Shin yang sedang duduk di sebuah kursi goyang. Tapi Shin hanya diam saja. Chae-gyeong menanyakan keadaan Shin. Apa Shin baik-baik saja setelah terjatuh. Apa tak ada yang terluka. Shin hanya diam.

Chae-gyeong melihat tangan Shin yang diperban. Dan dia setengah berteriak mencemaskan keadaan Shin. Dia mencoba meraih tangan Shin. Tapi Shin menolak sentuhan Chae-gyeong. Shin bertanya siapa yang mengijinkan Chae-gyeong untuk masuk ke dalam situ. Chae-gyeong bilang dia memanggil Shin dan Shin sama sekali tak menjawab. Dan saat Chae-gyeong masuk ke kediaman Shin, tak sengaja menemukan tempat itu.

Chae-gyeong berusaha memegang foto Hyo-rin yang baru saja dicetaknya, Shin berteriak mengusir Chae-gyeong keluar. Chae-gyeong yang kaget dan ketakutan pun langsung buru-buru keluar dari ruangan itu.

Raja memberikan penghargaan pada para pegawai yang telah mengabdi dan banyak berjasa bagi kerajaan. Shin berdiri di samping Raja untuk mendampingi Ayahnya sekaligus menjaga Ayahnya yang sedang sakit itu. Raja merasa sedikit pusing dan hampir saja terjatuh kalau saja Shin tak segera menangkap tubuh ayahnya. Raja meneruskan upacara pemberian penghargaan itu dengan Shin yang terus berada di belakangnya untuk menjagannya.

Ibu Suri agak kesal mendengar kabar dari Ratu kalau Raja menolak untuk dirawat di Rumah sakit istana. Raja butuh istirahat dan itu mutlak dan harus dilakukan. Akhir-akhir ini Raja merasa keadaannya membaik, karna itulah Raja merasa masih sanggup melakukan tugas-tugasnya.

Itulah kenapa Ratu mengusulkan untuk menggantikan tugas Raja yang harus mengadakan kunjungan kenegaraan di Thailand dengan pasangan kerajaan, Shin dan Chae-gyeong. Ibu Suri malah balik bertanya apakah Ratu sudah bertanya dulu pada Raja. ratu bilang Raja setuju dengan usulnya, hanya saja Raja ingin minta persetujuan Ibu Suri terlebih dahulu.

Untuk festival Hyeo Lee (festival busana), Pangeran William dari kerajaan Inggris akan berkunjung ke Korea. Karna itulah Ratu juga bingung apa yang harus dilakukan. Karna mereka juga harus mempersiapkan jamuan untuk Pangeran William di Korea. Mereka benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini.

 Raja ngobrol bertiga bersama Shin dan Chae-gyeong. Raja berkata kalau dia tak mungkin melakukan kunjungan kenegaraan ke Thailand. Jadi dia meminta Shin dan Chae-gyeong untuk menggantikan tugasnya. Chae-gyeong tentu saja senang karna kan diajak jalan-jalan ke luar negeri untuk pertama kalinya, apalagi perginya bersama Shin. Tapi Raja juga berkata kalau Raja masih bingung dengan persoalan siapa yang akan menjamu Pangeran William yang juga akan berkunjung ke Korea pada saat yang bersamaan.

Shin dengan segera membuyarkan impian Chae-gyeong. Shin bilang, sebaiknya kalau dia pergi ke Thailand sendiri, sedangkan Chae-gyeong tak perlu pergi. Masih banyak pelajaran Chae-gyeong yang terbengkalai dan nilai-nilaninya masih dibawah rata-rata.

Chae-gyeong bilang dia kenal baik dengan wali kelasnya. Wali kelasnya bilang dia akan membantu Chae-gyeong. Tentu saja Raja dan Shin tak suka mendengar penjelasan Chae-gyeong. Jadi, Raja memutuskan kalau Shin akan berangkat ke Thailand sendiri sedangkan Chae-gyeong harus fokus dengan pelajaran sekolahnya. Chae-gyeong hanya bisa mengiyakan perintah Raja dengan patuh.

Pagi harinya Chae-gyeong bersiap-siap berangkat sekolah. Saat bertemu Shin, dia mengucapkan selamat bersenang-senang pada Shin dan meminta maaf atas kelakuannya kemarin. Shin hanya menanggapinya dengan tertawa sinis. Lalu pergi untuk berpamitan pada para tetua.    

Bersambung…………………….

Princess Hours Episode 7

Pagi hari di istana, Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk membicarakan berita yang muncul di Koran. Kebanyakan mereka meliput tentang kedatangan Ibu Yeol. Ibu Suri merasa kesal kenapa Ibu Yeol datang tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Raja malah berkata tak ada salahnya mereka kembali setelah hidup sekian lama di Negara asing. Sambutlah mereka dengan hangat sebagai bagian dari anggota keluarga kerajaan.

Ibu Suri setuju dengan kata-kata Raja. Tapi dia merasa kalau kedatangan Ibu Yeol akan membuat punyusunan silsilah keluarga mereka dan masa depan istana menjadi kacau lagi. Mereka harus secepatnya mendapatkan keturunan Pangeran baru. Karna itu, mereka harus cepat-cepat menyuruh Shin untuk sekamar dengan Chae-gyeong agar silsilah keluarga jadi terlihat jelas. Tentu saja Ratu menentangnya karna Shin dan Chae-gyeong masih sangat muda. Mereka juga masih sekolah. Ibu Suri berkata mereka sudah cukup umur untuk melakukan hal itu. Raja hanya terdiam mendengarkan.

Sementara itu, Chae-gyeong masuk ke kediaman Shin dengan hati gembira karna peristiwa di pesta tadi malam. “Kita harus bersiap-siap untuk memberi salam, apa kau sudah siap?” tanya Chae-gyeong pada Shin yang sedang asyik membaca buku. Shin hanya diam tanpa mempedulikan ucapan Chae-gyeong.

“Tentang semalam, aku sangat tersanjung. Aku merasa seakan menjadi tokoh utama dalam cerita dongeng. Terutama di depan banyak orang, di depan banyak orang asing. Aku merasa seperti orang bodoh. Aku malu saat sepatuku terjatuh. Dan saat itu….” Kata Chae-gyeong dengan penuh semangat, tapi kata-kata Chae-gyeong terhenti mendengar ucapan Shin yang dingin. “Cerita dongeng itu tlah berakhir. Jadi, berhentilah bermimpi” kata Shin. Tentu saja Chae-gyeong sedih mendengarnya.

Apalagi Shin juga berkata agar Chae-gyeong tak mengenakan rok yang pendek karna kaki Chae-gyeong sangat besar. Bahkan seekor sapi pun bisa mati jika ditendang oleh Chae-gyeong. Wakkkkk…..Tentu saja Chae-gyeong tak terima mendengar ucapan Shin itu. Tapi saat dia hendak memarahi Shin, asisten Shin datang dan mengatakan mereka harus menyampaikan salam pada para tetua sekarang.

Di sekolah, Chae-gyeong masih jengkel dengan kata-kata Shin. Tapi Shin tak mempedulikannya. Chae-gyeong masuk ke dalam kelas, dia mencoba menyapa Yeol, tapi Yeol pergi begitu saja tanpa mempedulikannya. Tentu saja Chae-gyeong bingung karnanya. Salah seorang teman sekelasnya berkata kalau wali kelas Chae-gyeong menunggu Chae-gyeong di kantor.

Chae-gyeong menemui wali kelasnya si kantor. Wali kelasnya menyuruh Chae-gyeong untuk duduk. “Sam, aku benar-benar lupa kalau ada tes. Jadi aku belum siap. Sebenarnya ini karna harus selalu mengucapkan salam di pagi hari” kata Chae-gyeong. Wali kelas Chae-gyeong malah langsung memberikan kertas kosong pada Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong untuk tanda tangan. Tentu saja Chae-gyeong bingung menghadapinya.

“Tanda tangan apa?” tanya Chae-gyeong dengan bingung. “Keponakanku, ingin aku memberikannya tanda tangan putri” jelas wali kelas Chae-gyeong. “Benarkah?” tanya Chae-gyeong yang wajahnya kini berseri-seri. Wali kelas Chae-gyeong membenarkan ucapannya. Kemudian Chae-gyeong menandatangani kertas itu dengan semangat.

Sementara itu di kelas balet, teman-teman Hyo-rin sibuk membicarakan Hyo-rin yang sekarang ternyata tlah dicampakkan oleh Shin. Mereka juga berkata, kalau mereka adalah Pangeran, maka mereka akan memilih Min Hyo-rin daripada Shin Chae-gyeong. Mereka merasa kasihan pada Hyo-rin. Hyo-rin mendengarkan percakapan mereka dengan sedih.

Mereka juga berkata, mereka kasihan pada Hyo-rin yang harus selalu bertemu dengan Shin setiap hari di sekolah. Mereka bahkan juga satu klub di klub berkuda. Kalau mereka jadi Hyo-rin, mereka akan segera pindah agar tak melihat Shin dan Chae-gyeong selalu bersama.

Hyo-rin teringat kenangan masa lalunya dimana dia pernah pergi berdua dengan Shin naik kereta api. Shin terlihat senang dan Hyo-rin juga senang karna bisa melihat wajah Shin setiap saat.

“Hei, Hyo-rin, apa kau dengar berita yang berhubungan dengan kemunculan Yeol? Sebagai salah seorang  calon pewaris, Pangeran kedua tlah muncul sekarang” kata Kang-in yang muncul bersama dua orang rekannya. Membuat lamunan Hyo-rin jadi buyar.

Mereka juga berkata sangat menyukai penampilan alami Ibu Yeol saat di pesta kemarin malam. Kang-in juga berkata kalau Shin dan si bebek itu terlihat sangat cocok. Tentu saja ucapan mereka menyinggung Hyo-rin dan membuat Hyo-rin bangkit dari duduknya untuk pergi meninggalkan mereka.

Di istana, Chae-gyeong sedang sibuk menjahit sesuatu. Ternyata Chae-gyeong membuat sebuah bantal besar yang terdapat gambar Shin yang sedang tersenyum di salah satu sisi dan sedang marah di sisi yang lain. Begitu selesai, Chae-gyeong membawa bantal itu ke kamar Shin yang sedang sibuk membaca buku. Chae-gyeong duduk di depan Shin.

“Kau tahu? Shin-gun terlihat tampan saat tersenyum. Saat pertama kali aku melihat Shin-gun, aku penasaran kenapa dia tak pernah tersenyum. Tapi sekarang akhirnya aku sadari kalau ternyata dia sangat suka tersenyum. Sering-seringlah tersenyum, itu akan membuatmu jadi tampan. Dan juga, aku memasang gambar Shin di sisi yang lain” ucap Chae-gyeong sambil memperlihatkan kedua sisi bantal barunya. Sayangnya Shin cuek-cuek aja. Chae-gyeong pun terdiam.

“Ku harap kau tak lupa dengan ucapanmu” kata Chae-gyeong. “Apa?” Shin balik bertanya. “Apa maksudmu? Kau pernah bilang kau akan membiarkanku pulang ke rumahku. Aku tak bisa melihat orangtuaku saat mereka datang kemari” kata Chae-gyeong. Sayangnya Shin tak menyetujui usul Chae-gyeong karna Chae-gyeong belum selesai dengan pelajarannya. Kenapa Chae-gyeong sempat membuat boneka itu, sementara dia masih belum bisa menyelesaikan pelajarannya. Tentu saja Chae-gyeong kesal mendengar kata-kata Shin kemudian segera berlalu dari kamar Shin bersama boneka barunya.

Di kamarnya, Chae-gyeong yang kesal melampiaskan kekesalannya pada boneka Shin. Dia memukulinya dengan bertubi-tubi. Shin yang sedang mengamati kameranya merasa terganggu dengan suara berisik Chae-gyeong segera mencari asal suara berisik itu dan melihat Chae-gyeong sedang sibuk bergulat dengan boneka barunya. Tapi kemudian Shin malah membidikkan kameranya ke arah Chae-gyeong yang sedang marah.

Keesokan harinya, Chae-gyeong bersuap-siap untuk memberikan salam seperti biasanya. Saat dia menuju ke kediaman para tetua, ternyata Shin sudah datang. Ibu Suri memuji gaun Chae-gyeong yang cantik pagi ini. Raja pun ikut memuji Chae-gyeong yang membuat suasana pagi itu jadi segar dengan gaunnya yang berwarna hijau.

“Pangeran sudah beranjak jadi dewasa, Omma Mama. Dia datang padaku pagi-pagi sekali dan meminta ijin untuk tinggal di rumah Chae-gyeong untuk beberapa hari” kata Raja pada Ibu Suri. Chae-gyeong kaget dan senang mendengar ucapan Raja. “Bagiku, ini ide yang baik untuk Pangeran tinggal di tempat yang berbeda untuk beberapa hari. Ini akan baik untuk membantu mendapatkan seorang pewaris keluarga kerajaan yang baru. Bagaimana menurut Anda, Yang Mulia?” tambah Raja.

“Ini pernikahan yang baru, para mempelai memang seharusnya tinggal di rumah besan saat upacara pernikahan selesai. Bukankah seperti itu adat di negri kita? Aku juga berpikir mungkin Putri juga rindu akan rumah. Bagaimana pendapatmu Ratu?” tanya Ibu Suri. “Apa yang anda katakana sangat masuk akal, Yang Mulia. Jadi bagaimana menurut pendapatmu, Putri? Kau tak punya rencana lain, kan?” tanya Ratu pada Chae-gyeong.

Dengan wajah berseri-seri Chae-gyeong memandangi Shin. Tapi Shin cuek-cuek aja. “Tidak, aku sangat menyetujui usul itu” ungkap Chae-gyeong sambil tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada para tetua, hingga membuat Shin merasa kesal dengan tingkahnya.

Shin keluar mendului Chae-gyeong. Shin masih kesal dengan tingkah Chae-gyeong tadi. Chae-gyeong berusaha mengejar Shin. Seorang dayang yang berdiri di depan mereka mencoba mencegah Chae-gyeong berlari-lari di dalam istana. Tapi dia malah kaget melihat Yeol yang ternyata sudah ada di situ, memandangi kepergian Shin dan Chae-gyeong dengan tatapan tak suka. Yeol juga datang untuk mengucapkan salam pada para tetua.

Chae-gyeong terus mengejar Shin lalu kemudian memegang lengan Shin dan kemudian mengucapkan terimakasih pada Shin karna tlah meminta ijin pada Raja untuk pulang ke rumah Chae-gyeong selama beberapa hari. Shin dengan cuek malah bertanya berapa ruangan yang ada di rumah Chae-gyeong karna Shin butuh sebuah kamar untuk dirinya sendiri.

Iring-iringan yang membawa Shin dan Chae-gyeong menuju rumah Chae-gyeong tiba dengan selamat disana. Chae-gyeong sangat semangat sekali pulang ke rumahnya. Ayah dan Ibunya menyambut kedatangannya dengan suka cita. Sementara itu para wartawan sibuk meliput tentang keberadaan Shin dan Chae-gyeong di rumah orangtua Chae-gyeong. Seperti biasa, Chae-jun yang masih tergila-gila masuk tv sibuk cari perhatian ke media.

Malam harinya, mereka menjamu Shin. Ibu Chae-gyeong meminta Shin mencicipi masakan yang di masak oleh Ayah Chae-gyeong dan jangan hanya makan nasi putih saja. Chae-gyeong bercerita setiap hari Shin bertugas untuk mencicipi makanan yang akan disajikan untuk Raja.

Chae-jun menggoda kakaknya yang terus saja memanggil Shin dengan sebutan Shin-gun. Harusnya Chae-gyeong memanggil Shin dengan sebutan Pangeran atau Sayang. Shin tertawa senang mendengarnya dan setuju dengan usul Chae-jun. mereka berdua terlihat kompak.

Chae-gyeong bilang, di istana ada beberapa makanan yang tidak boleh dimakan oleh Keluarga Kerajaan. Seperti misalnya makanan kesukaan keluarga Chae-gyeong.  Sang Chu-sam (nasi, kimchi dan daging yang dibungkus dengan daun selada). Di istana juga tak boleh berlari-lari. Mereka harus berjalan tanpa suara. Ada begitu banyak aturan yang ada di istana.

Ibu Chae-gyeong tahu, aturan di istana memang ketat. Tapi kenapa tidak boleh makan Sang Chu-sam. Chae-gyeong berkata dia juga tak tahu kenapa hal itu dilarang. Mereka pun mengecam peraturan itu.

Sementara di istana, Raja sedang berdua di kediamannya dengan permaisurinya. “Aku khawatir dia tak bisa melakukannya dengan baik. Maksudku Pangeran” kata Ratu. Raja memandangi istrinya. Kemudian tertawa. “Dia bukan pergi ke tempat yang berbahaya. Sesuatu yang sulit akan jadi mudah untuk Shin sejak Putri ada bersamanya” jawab Raja.

“Selain pergi ke luar negeri, ini adalah pertama kalinya dia menghabiskan waktu di tempat yang baru” kata Ratu lagi. “Jika dia hanya pergi ke sekolah dan ada di istana, bukankah sosialisasinya dengan dunia luar jadi kurang? Kita berpikir yang positif saja untuk memberinya kesempatan bertemu dengan orang-orang yang baru di sisi dunia yang lain” jelas Raja. Ratu pun setuju pendapat Raja.

Shin sedang minum teh bersama keluarga Chae-gyeong di ruang tamu. Ayah Chae-gyeong berkata pada Shin untuk tidur di kamar utama, kamar Ayah dan Ibu Chae-gyeong karna itu kamar yang terbaik yang ada di situ. Tapi Shin menolaknya. Dia bilang jangan memperlakukannya terlalu formal. Dia hanya minta kamar yang biasa saja.

Shin minta keluarga Chae-gyeong memperlakukannya sebagai anggota baru keluarga mereka. Shin tak perlu perlakuan khusus. Dia hanya ingin menikmati hidup di tengah keluarga barunya. Itulah kenapa dia juga tak membawa sekretaris Kim, asisten pribadi maupun bodyguardnya.

Shin bilang dia ingin memakai kamar Chae-jun. Chae-jun kan bisa tidur di atap dengan menggelar tenda. Tentu saja Chae-jun kaget mendengarnya. Dia tak yakin akan bisa belajar menghadapi ujian dengan baik kalau dia harus tinggal di dalam tenda di atas atap yang dingin. Shin tertawa. Ternyata dia hanya bercanda. Mereka pun ikut tertawa karnanya.

“Kalau begitu itu berarti kami akan tidur di kamar yang sama” kata Shin tiba-tiba. Tentu saja semuanya kaget mendengar perkataannya. “Kenapa? Apa kalian takut sesuatu yang buruk akan terjadi?” tanya Shin sambil memandangi kekagetan mereka semua. Bahkan Ayah Chae-gyeong sampai tersedak saat hendak menjawabnya.

Ayah dan Chae-jun masuk ke dalam kamar. Ibu Chae-gyeong menyusulnya. Mereka tak tahu harus berkata apa untuk mencegah Shin dan Chae-gyeong untuk tidur sekamar karna mereka berdua masih sekolah, bagaimana kalau sesuatu yang tak diharapkan terjadi.

Chae-gyeong mengajak Shin masuk ke dalam kamarnya. Shin terkejut melihat kamar Chae-gyeong yang sempit. Chae-gyeong belajar, makan, tidur dan melakukan semua hal di dalam kamarnya. Chae-gyeong berkata, itulah kenapa dia ingin Shin tidur di kamar orangtuanya saja. Chae-gyeong minta Shin keluar untuk tidur di kamar ortunya saja. Tapi Shin tak setuju.

Shin bilang dia taka pa tidur di situ. Tapi ada masalah besar. Kasurnya Cuma ada satu. Tiba-tiba Shin merangkul Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget karnanya. “Kau dan aku adalah dua orang, sedangkan kasurnya cuma satu. Chae-gyeong kebingungan tak tahu harus bagaimana.

“Apa kau mulai gila sekarang? Aku sudah tidur di kasur ini selama 19 tahun. Kau tiodur saja di lantai” kata Chae-gyeong. “Selama 19 tahun, aku sudah tidur di kasur yang sebesar kamarmu” kata Shin sambil melepas jaketnya. “Hei, kenapa kau melepas jaketmu?” Chae-gyeong agak malu. Shin tertawa mengejek. Chae-gyeong mulai panik.

Kemudian Chae-gyeong langsung naik ke kasur dan berkata pada Shin untuk mengambil selimut dan tidur saja dilantai atau dimanapun Shin suka. “Kenapa aku harus tidur di lantai? Kalau begitu, kita tidur bersama saja” tantang Shin. Tentu saja Chae-gyeong kaget melihat aksi Shin yang langsung tidur di sampingnya.

“Jadi maksud kedatanganmu ke rumahku hanya untuk membuat hiodupku menderita?” tanya Chae-gyeong dengan marah. “Ya” jawab Shin singkat. “Apa kau merasa senang sudah mempermainkan aku?” tanya Chae-gyeong yang tambah marah. “Ya, kau benar. Kau itu seperti mainan baru yang membuat hidupku yang membosankan jadi berwarna” goda Shin. “Apa? Mainan? Lakukan terserah apa maumu, tapi jangan menyesalinya” hardik Chae-gyeong sambil tetap tidur di samping Shin.

“Aku kadang tak bisa tidur dengan tenang. Tapi jangan salahkan aku kalau aku menendangmu sampai jatuh” ancam Chae-gyeong. Kemudian mereka saling menendang di atas kasur Chae-gyeong yang sempit itu. Tak satupun yang mau mengalah.

Sementara itu, Hyo-rin dan Jang-gyeong yang sedang berdua di mobil mendengar siaran berita di radio tentang Shin yang menginap untuk beberapa hari di rumah Chae-gyeong. Hyo-rin terlihat sedih karna berita itu. Jang-gyeong pun langsung mematikan radio di mobilnya.

“Semua itu sangat sulit untukmu kan? Di saat kau ingin melupakannya, kabar tentag mereka malah semakin santer terdengar. “Semuanya akan baik-baik saja. Waktu yang akan menghapus semuanya” hibur Jang-gyeong.

Jang-gyeong menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tapi Hyo-rin hanya diam saja. “Apa kau tak apa-apa?” tanya Jang –gyeong. “Tak apa-apa. Aku tak apa-apa. Sejujurnya, sebenarnya aku tak begitu baik. Sejak awal, kupikir semua kan baik-baik saja. Tapi semakin berlalunya waktu, aku merasa hatiku sangat sakit seperti sedang berada di neraka. Turunkan aku di yoga center saja” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong mengabulkan keinginan Hyo-rin.

Hyo-rin berlatih yoga bersama dengan beberapa orang dengan Ibu Yeol sebagai instrukturnya.

Di kamarnya, Chae-gyeong tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tak bisa membenci Shin yang sangat menyebalkan itu. Kemudian dia melihat ke arah punggung Shin dan kemudian menempelkan kepalanya di punggung suaminya itu. Dia malah kaget dengan tindakannya sendiri kemudian bangkit dari tidurnya.

Dia semakin heran dengan dirinya sendiri. Dia sangat menyukai punggung Shin seperti seekor serigala yang sangat menyukai sinar bulan.

Shin terbangun dari tidurnya. Dia merasa punggungnya basah karna sesuatu. Saat dilihat, ternyata Chae-gyeong ngiler dan membasahi punggungnya. Shin tersenyum melihat Chae-gyeong. Wakkkkkk…..

Di apartemennya, Yeol sedang membaca buku Harry Potter. Ibunya masuk ke dalam kamarnya dan duduk di sampingnya . Kemudian mengambil salah satu dari buku Harry Potternya. “Apa dia sangat menyukai sihir?” tanya Ibunya. Yeol tersenyum tapi tak mengerti maksud Ibunya. “Buku ini, pengarang buku ini” lanjut Ibunya. “Sihir?” Yeol balik bertanya. “Apa kau pikir begitu? Seseorang yang tak punya kerjaan. Seseorang yang bercerai. Mereka masih tetap khawatir dengan hidup mereka. Seseorang, dengan tiba-tiba jadi pengarang yang terkenal di seantero dunia. Apakah dia membuat perjanjian dengan setan dan ini sebagai balasannya. Mungkinkah dia mengkhianati jiwanya sendiri” ceramah Ibu Yeol.

Yeol hanya tertawa mendengarnya. “Kau ceramah mengenai teori tentang manusia lagi” kata Yeol. Ibunya bangkit dari tempat duduknya dan kemudian memeluk Yeol dengan penuh saying.

“Jika dilihat dari jauh, istana terlihat sangat tenang dan damai. Aku sangat menginginkan kedamaian seperti itu. Jika kau bisa menjadi Raja, aku akan membuat perjanjian dengan setan. Ayahmu yang terlupakan, posisi yang seharusnya jadi milikmu. Aku harus mengembalikannya ke  tempatnya semula. Inilah alasannya kenapa aku harus tetap hidup” ungkap Ibunya.

Yeol selesai mandi. Dia mengambil handuk, kemudian berdiri di depan cermin. “Bayangan diriku, benar-benar kebalikan dari diriku. Tapi dia masih tetap bagian dari diriku. Aku merasa khawatir dan tak nyaman dengan bayanganku. Aku sedih dan kecewa” kata Yeol pada bayangannya sendiri.

Sementara itu, Shin sedang masuk ke dalam kamar mandi di rumah Chae-gyeong.  Shin ingin mengambil sikat gigi, tapi kemudian dia ingat sikat giginya belum di keluarkannya. Jadi dia keluar lagi dari kamar mandi. Saat keluar, dia mendengar suara Ayah Chae-gyeong. Lalu kemudian buru-buru masuk lagi ke kamar lagi.

Di kamar, ortu Chae-gyeong tidur bertiga dengan Chae-jun. Ayah Chae-gyeong  sedang membicarakan apa yang harus dilakukan untuk Shin. Apakah mengantar segelas jus atau apa. Di istana pasti lebih nyaman daripada di rumah mereka. Ibunya bilang kalau Ayah ingin melakukannya terserah saja. Tentu saja Ayah merasa tak nyaman kalau melakukannya sendiri. Jadi dia pun membangunkan istrinya dengan paksa.

Mereka berdua pergi ke kamar Chae-gyeong untuk mengantar minuman dan terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya. Mereka melihat Chae-gyeong tidur sambil memeluk Shin!

Ibu Chae-gyeong naik ke atas tempat tidur. Shin yang kaget berteriak hingga membuat Ibu Chae-gyeong terjatuh. Chae-gyeong terbangun karna ribut-ribut dan dia kaget hingga memukul dan mendorong Shin dari tempat tidur sampai Shin jatuh menimpa Ibunya yang sudah jatuh terlebih dahulu!

Ayah Chae-gyeong ingin Shin pindah ke kamarnya. Tapi Shin terus saja bilang untuk tak memperlakukannya secara istimewa. Kemudian Shin bertanya pada Chae-gyeong apa yang harus dilakukan. Chae-gyeong bilang hal itu takkan terjadi lagi. Tapi Shin tak percaya pada CHae-gyeong yang takkan tiba-tiba memeluknya saat tidur. Chae-gyeong yang ketakutan karna tadi tlah memukul dan mendorong Shin hingga jatuh mengalah dan berkata kalau dia akan tidur di bawah.

Tapi ternyata Shin tak sejahat itu, sebelum tidur lagi, Shin malah ngajak Chae-gyeong untuk suit. Tapi sayangnya Chae-gyeong kalah. Jadi Chae-gyeong terpaksa harus tidur di bawah. Hihihihi………chae-gyeong tak bisa tidur dengan tenang. Shin pun juga begitu.

Keesokan harinya, Ayah dan Ibu Chae-gyeong sedang sibuk memasak. Shin melihat mereka dengan tersenyum senang. Kedua orangtua Shin sangat mesra walaupun sedang ada di dapur. Chae-gyeong bilang dia ingin makan Sang Chu-sam. Ayah dan Ibunya menyetujuinya. Hanya saja Chae-gyeong harus mengambil daunnya. Chae-gyeong pun meminta Shin untuk menemaninya mengambil selada di kebun keluarga Chae-gyeong.

Chae-gyeong bilang mereka menanamnya tanpa pestisida. Jadi tanaman itu tumbuh secara alami. Jadi tidak berbahaya untuk kesehatan. Chae-gyeong minta Shin untuk mencicipinya karna daun itu bisa langsung dinikmati. Chae-gyeong meminta Shin membantunya mengambil daun-daun itu. Saat perjalanan pulang ke rumah, Chae-gyeong menunjukkan tanaman lain yag ditanam ayahnya, ada bawang merah, kubis, dll. Chae-gyeong bilang harusnya Shin yang membawa tanaman itu karna Shin seorang laki-laki. Shin yang diperintah bukannya marah tapi malah tersenyum. Dia merasa bahagia ada di rumah Chae-gyeong.

Keluarga Chae-gyeong makan Sang Chu-sam dengan nikmat. Mereka bahkan saling menyuapi. Shin yang hanya makan nasi dan daging sangat iri melihat keakraban mereka di meja makan. Chae-gyeong membungkuskan Sang Chu-sam untuk Shin. Tapi Shin merasa agak takut karna di istana, mereka tak boleh memakan itu. Chae-gyeong bilang, mereka sekarang bukan berada di istana, dan Chae-gyeong takkan mengatakan kalau Shin memakan Sang Chu-sam pada siapapun. Jadi Shin pun menikmatinya dengan tenang karna dia-pun jadi menyukainya.

Setelah makan, Chae-gyeong membagikan hadiah untuk keluarganya. Ada jam tangan untuk Ayahnya, kamera digital untuk Chae-jun, dll.

Sementara itu, di istana, para tetua juga sedang menikmati sarapan pagi. Ibu Suri bilang, pangeran pasti juga sedang menikmati sarapan pagi. Saat sarapan Ibu Suri berkata kalau dia ingin Yeol dan Ibunya juga bisa sarapan bersama mereka. Raja menyetujui usul itu. Tapi tidak dengan Ratu. Dia kecewa, tapi juga tak bisa menolaknya.

Di sekolah, Kang-hyeon kaget saat Chae-gyeong bercerita kalau dia tidur sekamar dengan Shin. Sama hal nya dengan teman-teman Shin yang kaget saat mendengar kalau Shin tidur di kamar yang sama dengan Chae-gyeong. Di kasur yang sama dan Shin bercerita dengan tersenyum senang.

Mereka menggoda Shin. Nanti malam mereka akan…. Tapi Shin berkata, mereka takkan sejauh itu. Di masa depan takkan lagi bisa seperti itu. Tentu saja teman-temannya kaget mendengarnya dan bertanya apa maksud Shin. Shin berkata itu bukan apa-apa.

Mereka berkata, Shin harus berhati-hati. Wanita jaman sekarang, kalau laki-laki diam, mereka yang akan beraksi. Jadi Shin harus tetap berhati-hati.

Tak ada bedanya dengan Sun-yeong dan Hee-sung yang terus saja menggoda Chae-gyeong. Dan memberi semangat Chae-gyeong sah-sah saja melakukan semua itu karna bagaimanapun juga mereka itu suami istri. Kang-hyeon yang marah membentak mereka. Sebagai wanita harusnya mereka punya harga diri. Bagaimana mungkin seorang wanita melakukan hal itu. Sungguh memalukan. Chae-gyeong setuju dengan kata-kata Kang-hyeon.

“Aku tak tahu apa yang terjadi. Ayah, Ibu dan bahkan Chae-jun berkata mereka punya banyak kerjaan dan hanya kami berdua yang tak melakukan apapun” batin Chae-gyeong saat dia hanya berdua bersama Shin yang sedang asyik membaca. Chae-gyeong merasa, sejak malam tadi dirinya tidur bersama Shin, dia merasa deg-deg an tiap kali melihat punggung Shin.

Tiba-tiba Shin bilang kalau dia lapar dan bertanya apakah ada yang bisa dimakan? Apakah di rumah Chae-gyeong ada Shin ramen? Wakkkkkk. Dengan agak takut Chae-gyeong mengiyakan. Shin memakan mie nya dengan lahap dan berkata kalau Chae-gyeong pandai sekali memasak mie dan rasanya enak. Ya iyalah, rang mie instant, dah da bumbunya dunk.

Shin membuka lemari es setelah selesai makan. Chae-gyeong melihat punggung Shin dan merasa ingin sekali memeluknya. Chae-gyeong merasa gugup. Dia benar-benar merasa ingin sekali memeluk Shin dari belakang. Tapi dia bukan wanita murahan, dia tak mungkin melakukan hal itu.

Saat batin Chae-gyeong sedang berkecamuk, Shin berkata kalau dia yang akan mencuci mangkuk yang dipakainya untuk makan mie tadi. Chae-gyeong bilang Shin tak perlu melakukan hal itu. Chae-gyeong yang akan melakukannya. Tapi Shin merasa kalau Chae-gyeong menganggap dirinya tak bisa melakukan apa-apa. Jadi Shin tetap ngotot kalau dia yang akan mencuci mangkoknya.

Shin minta Chae-gyeong untuk nonton tv saja saat Shin mencuci mangkok. Tapi Chae-gyeong yang sudah hampir pergi untuk nonton tv kembali lagi dan malah memeluk Shin dari belakang. Tentu saja Shin kaget karnanya. Dan Chae-gyeong pun tersadar tlah melakukan hal yang memalukan.

Di yoga center, Hyo-rin sedang minum the berdua dengan Ibu Yeol. Ibu Yeol berkata, tadi Hyo-rin berlatih yoga dengan sangat gugup, apakah Hyo-rin sedang ada masalah? Hyo-rin menyangkalnya, dia bilang dia hanya terlalu stress mempersiapkan ujian sekolah.

Kemudian tiba-tiba Hyo-rin bertanya tentang hidup Ibu Yeol di Inggris. Ibu Yeol berkata mereka hidup dengan baik disana. Tempat itu sangat cocok untuk dia dan Yeol. Inggris adalah Negara yang sangat menarik. Dimana orang-orang sangat menghormati keluarga kerajaan. Hyo-rin berkata hal itu sangat sama  dengan Negara kita.

Ibu Yeol berkata, baru-baru ini Pangeran Charles dan Camilla juga baru menikah. “Apakah kau pernah dengar tentang Camilla?” tanya Ibu Yeol. “Ya. Aku melihat di berita, mereka bilang wanita itu adalah seseorang yang Pangeran Charles cintai” jawab Hyo-rin.

“Mereka sudah saling jatuh cinta pada pandangan pertama sejak lama sebelum mereka menikah. Tapi karna tradisi kerajaan, Pangeran Charles tak bisa menikah dengan Camilla. Bagaimanapun juga, mereka mencoba mengatasi masalah mereka, Pangeran Charles berhubungan dengannya secara sembunyi-sembunyi. Camilla seperti seorang adik baginya” cerita Ibu Yeol.

“Saat semakin sulit menyangkal dari tuduhan Diana, hubungan mereka jadi semakin dekat. Dan pada akhirnya mereka mengakui kalau mereka saling mencintai dan pada akhirnya mereka pun bisa bersama” tambah Ibu Yeol.

Di mobil, Hyo-rin terus saja memikirkan kata-kata Ibu Yeol. “Diana pernah berkata, ‘Pernikahan kita jadi rumit karna ada orang ketiga, yaitu antara Pangeran, Putri dan Camilla. Hubungan cinta segitiga itu berlangsung hampir 30 tahun. Dan pada akhirnya, setelah 35 tahun menunggu, Camilla berhasil menikah dengan Pangeran Charles. Camilla akhirnya menemukan kembali cintanya’ cerita Ibu Yeol.

Jang-gyeong mengantar Hyo-rin sampai ke rumahnya. Tapi Hyo-rin sama sekali belum beranjak turun. Jang-gyeong menawarkan untuk mengajak Hyo-rin berkeliling. Tapi tiba-tiba Hyo-rin berkata, “Min Hyo-rin, tak bisa menyerah seperti ini”. “Apa maksudmu? Menyerah akan apa?” tanya Jang-gyeong. “Dia tak cocok untuk Shin. Shin membutuhkan aku disampingnya” kata Hyo-rin sambil turun dari mobil. Tiba-tiba Hyo-rin kembali lagi, “Tolong bantu aku untuk mendapatkan Shin lagi” pinta Hyo-rin. Jang-gyeong hanya diam. Jadi Hyo-rin melangkah pergi ke pintu rumahnya diiringi tatapan Jnag-gyeong yang merasa Hyo-rin aneh malam itu.

Di rumah keluarga Chae-gyeong, mereka semua sedang asyik bermain. Yang kalah harus siap di pukul. Shin tentu saja satu grup dengan Chae-gyeong. Ibu, Ayah dan Chae-jun berada dalam satu grup jadi lawan mereka. Sayangnya Chae-gyeong dan Shin kalah, lawannya bersorak kegirangan. Saat mereka sibuk bersorak, Shin dan Chae-gyeong berbuat curang dengan menyilakkan taplak hingga membuat gambarnya berubah dan mereka pun menang. Shin dan Chae-gyeong bersorak sambil berpelukan karna menang.

Tentu saja lawannya tak terima, jelas-jelas tadi yang keluar gambar anjing, jadi mereka yang menang, kenapa gambarnya tiba-tiba berubah? Pasti Shin dan Chae-gyeong curang. Tentu saja keduanya menyangkalnya. Jadi Ayah Chae-gyeong bilang, mereka berdua adalah pasangan penipu. Tentu saja mereka bilang mereka bukan penipu.

Ayah dan Ibu Chae-gyeong pun bersorak, kalau behitu, mereka yang menang. Shin dan Chae-gyeong hanya mengiyakan saja karna tak mau kalau disebut pasangan penipu. Hehehehe…..

Karna kalah, mereka harus siap-siap dipukul. Ayah dan Ibu memukul tangan Chae-gyeong dengan keras, tapi memukul tangan Shin dengan lembut agar Shin tak kesakitan. Hanya Chae-jun yang bersikap adil dan memukul Shin seperti dia memukul tangan kakaknya. Tentu saja Shin sangat kesakitan karnanya. Chae-gyeong memarahi adiknya yang memukul tangan Shin dengan keras. Tapi Shin bilang kalau dia taka pa-apa.

Keceriaan yang ada membuat Shin tersenyum senang. Kemudian dia mengamati foto masa kecil Chae-gyeong dan geli melihat foto itu. Dia juga melihat bagaimana keakraban Chae-gyeong dengan Chae-jun adiknya. Dia tertawa senang melihat mereka. Kebahagiaan yang belum pernah dilihatnya saat dia tinggal di dalam istana.

Bersambung………………………………

Princess Hours Episode 6

Pagi itu Shin sibuk mencicipi makanan. Chae-gyeong datang menghampirinya. Asistennya sibuk mencatat. Chae-gyeong menyapa mereka. Asisten pribadi Shin berkata kalau hari ini Chae-gyeong datang lebih awal dari biasanya.

“Aku tak telat kan?” kata Chae-gyeong. “Ya Yang Mulia. Anda 10 menit lebih awal dari biasanya” jawab asisten Shin. Chae-gyeong tersenyum sennag mendengarnya. “Kau tak tidur kan?” tambah Shin. “Bagaimana kau tahu?” tanya Chae-gyeong yang kaget karna Shin tahu semalaman Chae-gyeong tak tidur.

“Apa itu hal yang luar biasa? Kau dating dengan mata mirip mata kelinci” kata Shin dengan enteng sambil terus mencicipi makanan yang akan di hidangkan untuk Raja. “Benarkah? Apa mataku merah sekali? Apa benar mataku seperti itu?” Tanya Chae-gyeong pada para pengawal dan asisten Shin. Mereka semua mengiyakannya. “Lalu apa yang sedang kau lakukan?” Tanya Chae-gyeong pada Shin. Asisten Shin menjelaskan kalau Shin sedang mencicipi hidangan untuk Raja.

“Kenapa harus dicicipi? Apa takut kalau ada yang meracuni” kata-kata itu tiba-tiba saja meluncur dari bibir Chae-gyeong. Membuat asisten Shin kaget dan Shin yang kesal mendengarnya melempar sendok yang dipakainya untuk mencicipi.

Sudah sejak sepuluh tahun yang lalu Shin mencicipi hidangan yang akan disajikan untuk Raja dan itu berarti sejak Shin berusia 9 tahun dia sudah melakukan hal itu. Itu menyebabkan dia lebih peka merasakan makanan mana yang cocok untuk kesehatan Raja.

Chae-gyeong yang bosan kembali ke kediamannya. Tiba-tiba dia tersenyum. Ternyata dia melihat Yeol. Yeol sedang membaca sebuah buku dan tertarik karnanya. Tanpa sepengetahuan mereka berdua, Shin menatap mereka dengan muka masam.

Chae-gyeong dan Yeol bermain di istana belakang. Chae-gyeong sangat menikmatinya. Dia bahkan merasa sangat senang sekali bisa bermain-main disitu. Tapi Yeol tak hanya mengajaknya bermain tapi juga mengajarinya berbagai puisi. Chae-gyeong sangat senang karna dia bisa menghafalnya dengan mudah. Chae-gyeong pulang dengan senyum di wajahnya.

Chae-gyeong pulang dengan berseri-seri dan terhenyak saat melihat Shin yang sedang berlatih anggar. Dia mengintip Shin. Shin berbalik danmelihat Chae-gyeong dibalik pintu.

Chae-gyeong tersenyum dan masuk ke dalam. Shin berbalik badan. “Ini benar-benar memalukan. Kemana ilmu yang kau pelajari tentang mengendalikan diri?” kata Shin. “Apa maksudmu?” Tanya Chae-gyeong agak tersinggung. “Apa kau ingat apa yang pernah kukatakan? Ku bilang padamu untuk meningkatkan pengetahuanmu selama kau tinggal di istana” kata Shin. “Kenapa kau membicarakan hal itu dalam situasi seperti ini?” tanya Chae-gyeong tak suka dengan kata-kata Shin.

“Yang ku katakan sebelumnya itu dialog singkat dari Hamlet” kata Shin santai. “O…itu” Chae-gyeong gugup dan salah tingkah. “Kau tak butuh informasi itu saat kau menggambar?” Tanya Shin. “Apa maksudmu?” Tanya Chae-gyeong dengan nada tak suka. “Kau mungkin agak berbakat dalam melukis. Tapi dasar yang kau bawa itu sangat lemah. Benar begitu kan? Lupakan bahwa kau tak pernah membaca novel Shakespeare, tapi kau sepertinya akan mudah jatuh ke tangan orang lain seperti seekor kucing” sindir Shin.

“Hei! Apa maksudmu? Aku benar-benar tak bisa mempercayainya” kata Chae-gyeong setengah berteriak. Shin cuek mendengarnya. Dia meneruskan latihan anggarnya. “Baiklah, jika kau punya banyak pengetahuan yang hebat, kepribadian yang baik, lalu kenapa kau membuatku malu dan tak peduli padaku di hadapan teman-temanku di pesta ultah?” Chae-gyeong balik menyindir.

Shin tak mempedulikan kata-kata Chae-gyeong. “Sekarang ini, kupikir, itu semua bagian dari rencanamu. Kau mengundang Min Hyo-rin dan membuatku terlihat bodoh di depan teman-temanmu” sejenak Shin memandangi Chae-gyeong dengan rasa bersalahnya. “Jika kau benar-benar mencintai Min Hyo-rin, kau harus melakukan sesuatu untuk menikahinya. Kenapa kau harus membuat kesalahan seperti ini dan memperlakukanku seperti ini sekarang? Dasar kau laki-laki jahat dan egois” hardik Chae-gyeong.

“Apa kau bilang? Apa yang baru saja kau katakana?” tanya Shin. “Kau laki-laki yang jahat dan egois. Kenapa?” kata Chae-gyeong mengulang perkataannya barusan. Shin yang kesal mendekatkan dirinya pada Chae-gyeong. Chae-gyeong merasa sedikit grogi. Shin pun merasakan hal yang sama. Jadi dia mundur kemudian melanjutkan latihan anggarnya.

“Dengarkan aku baik-baik. Kita sangat tidak beruntung karna tak bisa saling melengkapi apa yang kita butuhkan. TAPI…..Tapi….kita harus merasakan teh bunga lili sekarang. Para tetua sedang menunggu kita. Cepatlah bersiap-siap” kata Shin tanpa bisa mengutarakanmaksud hatinya yang sebenarnya. 

Mereka menikmati teh lili di paviliun istana bersama Ibu Suri, Raja dan Ratu. “Putri, ini pertama kalinya kau menikmati the lili putih ini kan?” tanya Ibu Suri.  Chae-gyeong mengiyakan. Dia senang bisa menikmatinya. Ibu suri mengajak mereka semua untuk menikmati teh-nya. Chae-gyeong memperhatikan cara Shin meminum teh-nya dan mengikuti cara Shin minum teh.

Tiba-tiba Ibu suri mengucapkan sebuah puisi.  Raja menyambung puisi Ibu Suri, kemudian Shin pun menambahkannya pula. Tiba giliran Chae-gyeong untuk melanjutkannya. Mereka semua memandangi Chae-gyeong dengan tak sabar. Kemudian Chae-gyeong menyambung puisi itu dengan mudah. Shin bahkan sampai takjub mendengarnya. Disangkanya Chae-gyeong takkan bisa melakukan hal itu. Semua menyambut gembira kemajuan Chae-gyeong.

Ratu memperingatkan Chae-gyeong yang terlalu tinggi mengangkat roknya dan berlari-lari di lapangan. Ratu merasa frustasi dengan sopan santun Chae-gyeong yang masih saja aneh. Raja yang ada di sebelah Ratu hanya tersenyum memandangi tingkah laku Chae-gyeong yang lucu itu. Sementara itu, Shin masih ada di paviliun istana bersama Ibu Suri. Ibu Suri senang dengan kemajuan Chae-gyeong.
 
Di sekolah, Yeol sedang membereskan hiasan di dalam ruangan melukis. Chae-gyeong menghampirinya dan berdiri di sebelah Yeol. Yeol tersenyum melihat kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyeong mengucapkan terima kasih tentang kemaren. Karna Yeol tlah mengajarkannya puisi yang membuat kagum Ibu Suri. Chae-gyeong mengucapkan puisi dalam kalimat hanja itu. Teman-temannya sama sekali tak mengerti apa maksudnya. Salah satunya malah bilang, jelas saja berbeda karna mereka hidup di dunia yang berbeda.

Kang-hyeon menenangkan sahabat-sahabatnya dan mengajak mereka pergi ke kantin meninggalkan Chae-gyeong dan Yeol. Tapi tak seberapa lama kemudian, Chae-gyeong dan Yeol pun menyusul mereka ke kantin.

Chae-gyeong duduk berlima bersama teman-temannya dan Yeol. Mereka mengajari Yeol kata-kata yang biasa mereka pakai. Misalnya ‘kimddeok’. Itu adalah singkatan dari KIMbab dan TTEOKbokki. Kemudian mereka melewatkan hari dengan bercanda seperti anak kecil. Yeol senang karnanya.

Di istana, Ibu Suri merasa senang karna Yeol datang mengunjunginya. Tiba-tiba Ibu Suri terjatuh. Untung saja Yeol memeganginya. Yeol mencemaskan keadaan neneknya. Tapi Ibu Suri berkata dia taka pa-apa. Kemudian mereka berjalan kembali dan bertemu dengan Ratu di koridor. Ratu menyapa Ibu Suri dan memberikan salam hormatnya. Yeol melakukan hal yang sama untuk menghormati Ratu.

Ratu membicarakan tentang daftar orang-orang yang akan mendapat penghargaan di Festival Tarian Shin-gyeo yang akan segera berlangsung. Mereka membutuhkan juara yang akan di umumkan. Ibu Suri malah menyuruh Ratu untuk melibatkan Yeol karna Yeol juga seorang siswa jurusan seni. Ratu agak kecewa mendengar usul Ibu Suri.

Yeol memilih juara karya seni yang jadi juara. Ibu Suri menyetujui usul Yeol dan Ratu mengiyakan ucapan Ibu Suri untuk membuat orang itu keluar sebagai pemenangnnya. Yeol tersenyum senang karna pendapatnya disukai Ibu Suri.

Shin sedang bermain bersama Chae-gyeong. Mereka bermain ‘Kyeok-pha’ yang cara bermainnya hamper sama dengan permainan golf di era modern sekarang ini. Shin bermain. Semua dayang dan pengawal bertepuk tangan untuknya. Shin meminta Chae-gyeong untuk bermain. Tentu saja hal itu membuat Chae-gyeong gugup karna ini adalah saat pertama kalinya dia bermain permainan itu.

Shin mengajari Chae-gyeong dan mengaturnya untuk membenarkan posisi badannya yang membuat Chae-gyeong merasa kesal. Ratu menyaksikan mereka dari atas bersama Raja dan Ratu. Ibu Suri sangat suka melihat kebersamaan Shin dan Chae-gyeong. Apalagi dengan semangat jiwa muda mereka berdua. Raja setuju dengan pendapat Ibu Suri. “Memori masa muda akan selalu menyenangkan meskipun itu memori yang menyedihkan” ungkap Raja. “Untuk beberapa orang, memori masa muda mereka akan selalu terkenang di hati mereka” tambah Ibu Suri.

Shin mengarahkan ke arah mana Chae-gyeong harus memukul. Chae-gyeong yang merasa kesal karna sedari tadi harus menuruti kata-kata Shin, asal memukul saja. Chae-gyeong mengambil ancang-ancang dan memukulnya. Shin menertawakan tingkaj Chae-gyeong. Dan ternyata Chae-gyeong membuat keajaiban karna bisa melakukan ‘hole in one’. Semua orang menyambutnya dengan gembira. Yeol yang datang mendekatpun bertepuk tangan untuk Chae-gyeong.

Chae-gyeong melambaikan tangannya menyambut kedatangan Yeol. “Apa yang membawamu kemari?” tanya Shin. “Apa maksudmu? Kau bilang kau akan mengajariku bagaimana caranya memukul bola dari atas kuda” jawab Yeol. “Oh ya. Aku hamper saja lupa. Ayo kita pergi sekarang” ajak Shin kemudian.

Yeol agak kaget mendengar ajakan Shin yang tiba-tiba itu. Dia bilang dia bisa menunggu nanti kalau Shin sudah selesai melatih Chae-gyeong. Tapi Shin bilang dia sudah mulai bosan berada disitu dan meminta sekretaris Kim untuk menggantikan tugasnya mengajari Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong tak suka dengan tindakan Shin itu. Tapi toh dia tak bisa berbuat apa-apa karna Para Tetua sedang memperhatikan latihannya.

Yeol pun pergi bersama Shin. Sebelum pergi Yeol tersenyum pada Chae-gyeong. Chae-gyeong memandang kepergian mereka dengan rasa kecewa. Shin pun mengajari Yeol untuk memukul bola dari atas kuda.

Sementara itu di tempat lain, Hyo-rin yang sedang berkuda merasa sedih karna teringat Shin. Sekarang Shin sudah jarang datang untuk latihan berkuda.

“Aku merasa lega karna bisa sekelas dengan Chae-gyeong. Karnanya aku jadi mengenal lingkungan sekolah dan mengenal teman-teman baru” kata Yeol pada Shin saat mereka istirahat dari latihan. “Tapi kupikir kau harus hati-hati dengan apa yang akan kau katakan. Tak apa jika itu hanya diantara kita berdua. Tapi jangan di hadapan Para Tetua jangan memanggil ‘Chae-gyeong’. Terutama di depan Omma Mama (Omma= singkatan dari omoni (ibu). Mama= yang mulia. Ibu Ratu, Yang Mulia Ibu). “ nasehat Shin.

Yeol tersenyum mendengarnya. “Aku merasa agak tertekan. Kau benar, kalau tidak, mungkin Ibuku yang akan menasehatiku. Aku mengerti. Aku takkan melupakannya” jawab Yeol.  Shin tersenyum senang mendengar kata-kata Yeol. Kemudian mereka-pun memutuskan untuk belajar memukul bola dari atas kuda lagi.

Shin dan Chae-gyeong datang ke sebuah acara pembukaan Museum Seni. Chae-jun yang melihat kakaknya muncul di TV segera memanggil ayahnya. Ibunya pun ikut menontonnya. Mereka tertawa senang melihat Chae-gyeong dan Shin muncul di TV.

“Tuan Putri sangat cantik! Dia pasti sangat suka tinggal di istana” ucap Ayah Chae-gyeong. Ibunya tertawa mendengarnya. “Lihatlah tangannya. Dia pasti banyak berlatih akhir-akhir ini” kata Ibu Chae-gyeong. Mereka semua sangat senang melihat Chae-gyeong di TV.

Shin dan Chae-gyeong diberi kehormatan untuk memotong pita tanda museum seni itu tlah dibuka. Setelah itu, tiba-tiba dompet Chae-gyeong terjatuh. Bukannya membantu, Shin malah meloto kea rah Chae-gyeong. Chae-gyeong pun mengambil dompetnya. Acara diteruskan dengan melihat isi museum seni itu.

Sekretaris Kim mengatakan kalau beberapa orang wartawan ingin mengambil foto Shin yang hadir dalam rangka membuka museum seni itu. Shin pun mengikuti sekretaris Kim.

Kamera blitz langsung menyambut mereka. Chae-gyeong pun langsung pasang aksi. Shin gerah melihat tingkah laku Chae-gyeong dan berbisik di telinga istrinya itu untuk menurunkan tangannya karna perbuatannya sangat memalukan. Tapi Chae-gyeong yang tak mau mendengarkan kata-kata Shin membuat Shin kesal.

Lalu tiba-tiba terjadilah insiden itu. Ada seseorang yang melempar Shin dengan telur. Tentu saja semuanya kaget melihat kejadian itu. Chae-gyeong berusaha melindungi suaminya dari lemparan telur. Para wartawan tambah antusian meliput berita yang mneghebohkan itu. Para pengawal segera berdatangan untuk mengamankan Shin dan Chae-gyeong.

Di istana Raja menjadi sangat marah atas terjadinya insiden pelemparan telur itu. “Bagaimana bisa pengawal pangeran jadi begitu tak berguna?” hardik Raja sambil melempar laporan yang diberikan oleh asisten pribadi Shin. “Apa saja yang sebenarnya dimakan oleh para bodyguard itu? Kenapa mereka membiarkan Pangeran dilempari telur dihadapan jutaan pasang mata” teriak Raja yang marah.

“Maafkan kami yang mulia. Mungkin ini karna kita mengurangi jumlah bodyguard pangeran jadi 3 orang saja. Karna itulah pengawalannya jadi sangat lemah. Untuk menangkap pengacau itu, perdana Menteri sudah turun tangan sendiri. Pengamanan di istana pangeran juga sudah dilipat gandakan untuk melindungi Putra Mahkota ” jawab asisten pribadi Shin.

Sementara itu, dayang kepala milik Ratu juga melaporkan kejadiannya pada Ratu. “Pangeran sekarang sedang beristirahat dan menolak untuk menghubungi dunia luar, Yang Mulia” lapor Dayang Kepala. “Baiklah, kau boleh pergi sekarang” ucap Ratu. Ibu Suri terlihat sangat shock mendengar kabar itu.

“Apa benar Putri berusaha mencegah lemparan telur itu dengan tangannya?” tanya Ibu Suri pada Ratu. “Ya, itu benar, Yang Mulia” jawab Ratu. “Oh… Bagaimana hal ini bisa terjadi?” keluh Ibu Suri. “Kita harus segera mencari siapa yang melakukan hal ini secepatnya. Perdana Menteri sudah mulai menyelidikinya sendiri. Jadi kuharap hasilnya kan cepat muncul” kata Ratu.

“Pertemuan pemilihan Calon Raja akan segera berlangsung. Kau harus mencoba menenangkan Pangeran” nasehat Ibu Suri. “Ya, Yang Mulia” Ratu menyetujui usul Ibu Suri.

Sementara itu di suatu tempat, Ibu Yeol bertemu dengan teman dekat mendiang Ayah Yeol. “Media akan merasa kasihan pada Putra Mahkota. Apa yang harus aku lakukan? Sepertinya apa yang kita harapkan melenceng dari apa sebenarnya ku harapkan” kata teman Ayah Yeol.

“ Tidak. Kita harus bertahan seperti ini. Meskipun sekarang semua orang memihak padanya karna kasihan, tapi suatu saat nanti media perlahan-lahan akan mengubah pendapat mereka tentang Pangeran. Mereka akan mulai penasaran kenapa ada orang yang melempari dia dengan telur. Aku akan membuat mereka semua bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga, sekarang pasti sudah banyak orang yang penasaran. Apa benar Pangeran pantas menjadi Raja yang berikutnya?” kata Ibu Yeol dengan dingin.

“Jangan bicarakan hal ini dulu. Ku dengar Perdana Menteri sendiri yang turun tangan menghadapi kasus ini untuk menangkap pengacaunya. Apakah akan ada masalah dengan hal itu?” tanya Ibu Yeol lagi. “Siapa aku? Kau tak perlu khawatir tentang hal itu” jawab teman Ayah Yeol. Ibu Yeol tersenyum sennag mendengarnya.

Sementara itu, Chae-gyeong sedang ngobrol bersama Yeol di beranda kediamannya. “Siapapun itu, jika kutemukan mereka, mereka akan mati! Bagaimana bisa mereka…Dia pasti sangat terkejut. Tidak, aku tak bisa melakukanya. Aku harus melihatnya dengan mataku sendiri bagaimana perasaannya” curhat Chae-gyeong.

“Sebaiknya kau tak pergi. Kau tak tahu apapun tentang harga diri Shin. Sejak dia masih kecil, dia tak suka mendengar hal negative dari orang-orang. Dan orang itu, dalam tayangan siaran langsung di TV, tlah dipukul dengan telur yang membuatnya begitu kotor dan menyedihkan. Apa kau tahu bagaimana terkejutnya dia mengatasi hal itu? Aku hanya mencoba menyarankan padamu, bagaimana Shin jika hal buruk terjadi padanya.  Aku juga sudah ditolaknya saat pergi ke kamarnya” ungkap Yeol.

Chae-gyeong memandangi Yeol. “Benarkah itu?” tanya Chae-gyeong. Yeol mengangguk membenarkan ceritanya. “Kupikir lebih baik membiarkannya sendiri sementara waktu ini” nasehat Yeol lagi. “Tapi aku tak bisa melupakan ekspresi wajahnya saat dilempari telur” sambung Chae-gyeong. Dia tak terlihat marah. Dia seperti kehilangan sesuatu miliknya yang sangat berharga” kata Chae-gyeong lagi.

“Saat aku berkata seperti ini, sebuah perasaan mulai timbul dalam hatiku. Ini perasaan yang aneh yang belum pernah kurasakan. Sepertinya ini….” Batin Chae-gyeong.

Tiba-tiba Yeol menggenggam tangan Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget karnanya dan merasa tak nyaman dengan hal itu. “Kau merasa kesepian kan?” tanya Yeol. Chae-gyeong mencoba melepaskan genggaman tangan Yeol. “Meskipun kau terlihat peduli dan ada kegembiraan di wajahmu, tapi aku tahu sebenarnya tak seperti itu. Bergembiralah” hibur Yeol. “Terimakasih” jawab Chae-gyeong singkat.

Shin keluar dari kamarnya. Dan dia menyaksikan Yeol dan Chae-gyeong yang tengah ngobrol berdua. Ada raut wajah tak suka terpancar dari wajah Shin. Tak berapa lama kemudian, Chae-gyeong bangkit dari duduknya. Dia pikir, lebih baik dia melihat Shin sekarang. Tak masalah jika Shin akan mengusirnya keluar. Karna dia hanya ingin melihat dengan matanya sendiri kalau Shin baik-baik saja.

“Apa kau yakin hal ini takkan membuatnya marah. Jika…Jika Hyo-rin yang menemuinya, mungkin dia takkan marah” kata-kata Yeol membuat Chae-gyeong terkejut. Dia merasa kecewa. “Tak peduli apa yang Shin-gun pikirkan. Bagaimanapun juga, sekarang aku adalah istrinya. Aku harus ada untuknya, terutama pada saat-saat seperti sekarang ini. Aku merasa aku harus selalu ada di sampingnya” ungkap Chae-gyeong kemudian berlalu pergi meninggalkan Yeol yang kecewa nasehatnya tak di dengar Chae-gyeong.

“Kenapa aku tiba-tiba merasa aku ingin menangis?” batin Chae-gyeong. Dia melihat ke dalam kamar Shin. “Kau mau pergi kemana?” tegur Shin. Chae-gyeong yang terkejut berbalik sambil menghapus airmatanya. Shin datang menghampiri Chae-gyeong.

“Apa yang terjadi? Apa kau menangis?” tanya Shin. Chae-gyeong mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Apa wajahmu tak apa-apa?” tanya Chae-gyeong. Shin tersenyum mendengarnya. “Tentu saja aku tak apa-apa. Aku hanya dilempar sebuah telur, hal itu takkan membunuhku, kan?” jawab Shin.

“Kurasa kau memang baik-baik saja. Kupikir kau…” kata-kata Chae-gyeong dipotong oleh Shin. “Sebenarnya ini adalah yang pertama kalinya aku menghadapi hal semacam ini. Dan aku sedikit terkejut. Aku juga takut orang-orang disekitarku akan menghakimiku tapi tak seorangpun datang mendekatiku. Tapi sekarang malah kau yang datang. Apa kau bisa melakukannya dengan baik? Tak bisa membaca situasinya dan selalu merubah atmosfer yang ada. Sebenarnya aku berharap kau datang dan menghiburku. Kupikir mungkin semuanya kan lebih baik kalau kau melakukan hal itu” ungkap Shin. Chae-gyeong terisak mendengarnya.

Shin mendekati Chae-gyeong. Dia menarik-narik rambut Chae-gyeong dan mempermainkannya. “Kau ini sungguh memalukan. Kau tertawa dan bermain-main dengan saudara iparmu di depan para penjaga. Mungkin lebih baik aku pergi ke peternakan untuk berkuda” kata Shin sambil berlalu dari hadapan Chae-gyeong.

Tiba-tiba Chae-gyeong berlari dan memeluk Shin dari belakang. “Maafkan aku. Maaf” ungkap Chae-gyeong. Shin menggenggam sejenak tangan Chae-gyeong. Tapi kemudian segera melepaskan diri dari pelukan Chae-gyeong.

“Jadi kau sekarang merasa menyesal karna tlah bersenang-senang dengan saudara iparmu?” tanya Shin. Chae-gyeong terkejut mendengar ucapan Shin. Shin melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong yang sedang mengomel. “Pantas saja kau dilempar telur. Kau mirip Shin Ramen (Mie Shin) tradisional dengan tambahan telur!” hardik Chae-gyeong. Hahahahaha…Shin hanya tertawa mendengar omelan Chae-gyeong itu.

Paginya, Shin pergi ke peternakan untuk berkuda dengan di temani Chae-gyeong. Tapi sayangnya, Chae-gyeong tak diperbolehkan turun karna Shin ingin berkuda seorang diri. Shin turun dari mobil dan bertemu teman-temannya, dia  malah memeluk dengan akrab seorang wanita asing, teman wanitanya di klub berkuda yang membuat mata Chae-gyeonng yang lebar jadi semakin lebar. Chae-gyeong yang kecewa meminta pengawal yang mengantar mereka untuk mengantarnya ke sekolah menemui teman-temannya.

Shin mulai beraksi di atas kudanya dan Hyo-rin menatapnya dengan perasaan senang. Kang-in, Jang-gyeong dan Hyo-rin sedang ngobrol di lobby peternakan berkuda. Sementara itu Ryu-hwan malah asyik tertidur di bangku dekat mereka. “Dia selalu saja bisa tidur dimana saja. Ngomong-ngomong, jika semuanya berlangsung seperti ini, sama saja kan dengan seekor bebek berubah menjadi seekor angsa?” kata Kang-in. “Kau pikir semua orang bisa berubah jadi angsa? Dia hanya orang asing. Jika kau lihat dia dari kaki hingga kepala, dia memang benar-benar hanya orang asing” sangkal Jang-gyeong. Mereka berhenti bicara saat melihat Shin masuk ke situ sambil mengamati sebuah tapal kuda.

“Ada caranya seekor bebek bisa berubah jadi seekor angsa. Dengan ber-reinkarnasi” tambah Kang-in. Shin duduk di dekat Ryu-hwan yang tertidur. “Hei, anak-anak orang kaya. Apa kau ingin aku memberitahu kalian caranya berubah dari Shing-gu (kedua orangtuanya hanya orang biasa) menjadi Sheng-gu (kedua orangtuanya orang kaya)?” kata Shin. Kang-in dan Hyo-rin saling menatap. Mereka merasa Shin sedang marah.  “Ber-reinkarnasilah!” tambah Shin dengan sinis. Kang-in tertunduk malu. Jang-gyeong dan Hyo-rin hanya bisa diam.

“Pulanglah ke rumah, ambil kalender dan pilihlah harinya. Ini sudah tahun 2006” lanjut Shin lagi sambil memukulkan topi berkudanya pada Ryu-hwan yang tengah tertidur. Tentu saja Ryu-hwan kaget dan terbangun. Shin meninggalkan teman-temannya. Mereka terdiam memandang kepergian Shin.

Hyo-rin mengendarai kudanya dan kemudian berhenti di senelah kuda yang tadi di tunggangi oleh Shin. Hyo-rin menghampiri Shin yang tengah memandangi lapangan hijau di depannya. Shin hanya diam memandangi kedatangan Hyo-rin.

“Kami bicara hal yang buruk tentang istrimu. Kau tak suka kan? Aku tahu kau bukan orang yang ingin bergantung pada orangtuamu, tidak dengan status dan kekayaanmu. Seperti yang kau bilang tentang abad 21, sekarang ini tak ada lagi darah bangsawan. Tapi aku tak bisa menerima itu. Tidak. Aku tak menyukai fakta itu. Seseorang yang datang dengan tampilan berbeda di depan kamera. Seseorang yang tak punya selera dan kekanak-kanakan. Bukankah kau bilang harusnya aku yang ada disisimu? Seseorang yang tak layak mendampingimu ada di dekatmu membuatku marah. Aku tak bisa menerima hal itu” ungkap Hyo-rin. Shin hanya memandangi Hyorin dengan perasaan bingung tanpa berkata apapun.

Hyo-rin berdiri di depan klub berkuda. Dia sudah berganti baju dengan baju biasa. Jang-gyeong datang dengan mobilnya. Hyo-rin pun masuk ke dalam mobil. “Apakah kita akan menambah latihan sebentar lagi?” tanya Jang-gyeong. Hyo-rin hanya diam. “Kau masih tetap ingin pulang?” tambah Jang-gyeong. Hyo-rin masih tetap diam sambil memakai sabuk pengamannya. Jadi Jang-gyeong pun memakai sabuk pengaman kemudian pergi dari tempat itu tanpa berkata apa-apa lagi.

Sementara itu, Chae-gyeong tiba di sekolahnya. Ketiga temannya terpesona melihat mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah mereka. Lalu kemudian mereka melihat Chae-gyeong. Mereka sepakat untuk mengerjai Chae-gyeong. Mereka menyerbu Chae-gyeong, tapi belum sempat mereka mengerjainya, mereka tlah ditangkap oleh para bodyguard Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong kaget karnanya dan meminta para bodyguardnya untuk melepaskan teman-temannya.

Sementara itu, Hyo-rin dan guru baletnya datang ke sebuah acara pembukaan tempat latihan yoga baru yang ternyata di kelola oleh Ibu Yeol. Mereka menghampiri Ibu Yeol dan kemudian ngobrol dengannya. Guru Hyo-rin secara resmi memperkenalkan pada Ibu Yeol tentang siapa Hyo-rin. Tentang hobby mereka yang sama-sama menyukai balet dan juga tentang hadiah dari turnamen balet. Guru Hyo-rin juga bercerita kalau Hyo-rin baru saja memenangkan turnamen balet di Bangkok.

Ibu Yeol memuji Hyo-rin dan mengucapkan selamat padanya walapun terlambat. Hyo-rin merasa senang, kemudian Hyo-rin menyerahkan karangan bunga yang dibawa oleh gurunya pada Ibu Yeol. Kemudian Ibu Yeol melihat Hyo-rin dan memuji kecantikan Hyo-rin. Teman dekat ayah Yeol mengamati Hyo-rin.

Teman dekat ayah Yeol menyerahkan beberapa lembar foto Hyo-rin di pesta ultah Shin di Jeju pada Ibu Yeol.  “Itu memang dia. Tak salah lagi. Apa kau pernah bertemu dia sebelumnya?” kata teman dekat ayah Yeol. “Ya. Dia teman Yeol. Kami pernah bertemu sekali sebelumnya. Aku tak pernah mengira kalau dia benar-benar sama denganku. Bagaimana bisa hal ini terjadi” kata Ibu Yeol.

Ibu Yeol mengundang Hyo-rin datang ke tempat latihan yoganya dan membuatnya akrab dengan Hyo-rin. Ada banyak tips yang diberikan oleh Ibu Yeol pada Hyo-rin untuk mengasah lebih dalam potensi tubuhnya untuk menari balet. Ibu Yeol meminta Hyo-rin untuk datang setiap hari agar mereka lebih akrab. Hyo-rin senang mendengarnya.

“Kapanpun aku melihatmu, kau mengingatkanku akan masa laluku. Untuk menjadi seorang Putri Mahkota, aku menyerah pada mimpiku. Aku dulu juga seorang penari balet yang punya banyak kesempatan. Ini seperti aku melihat diriku sendiri yang masih berusia 19 tahun. Ini sepertinya sama. Akan sangat hebat kalau seseorang sepertimu menjadi seorang Putri Mahkota. Kau sangat elegan. Pemilihan Putri Mahkota kemaren benar-benar tak dipikirkan secara serius. Ini hanya pendapatku, jangan salah paham” ungkap Ibu Yeol. Dia memang sengaja memanas-manasi Hyo-rin. Hyo-rin hanya terdiam sambil berpikir tentang kata-kata Ibu Yeol.

Sementara itu, Chae-gyeong dan tiga sahabatnya sedang menikmati es krim di bangku taman sekolah mereka. “Ini hari minggu. Kenapa kau datang ke sekolah?” tanya Kang-hyeon. “Aku hanya kangen pada kalian” jawab Chae-gyeong. “Ini sangat cantik sekali, bolehkah aku memakainya sebentar saja?” tanya Sun-yeong sambil memegangi topi Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong langsung memberikan topinya. Dan Sun-yeong kegirangan karnanya.

Sementara Hee-sung ikut-ikutan meminta sarung tangan yang dikenakan oleh Chae-gyeong. Sun-yeong berkata kalau sekarang ini, Chae-gyeong adalah orang yang paling dicari di internet. Chae-gyeong tak mengerti apa maksud Sun-yeong. Sun-yeong menambahkan kalau Chae-gyeong punya fans klub yang anggotanya langsung 100ribu hanya dalam beberapa hari.

“Kau tahu apa nama  fans klub mu itu? ‘Cinderella Chae-gyeong’, “ kata Sun-yeong. “Sepertinya keren. Lalu apakah aku harus bertemu dengan fans-ku?” kata Chae-gyeong senang. “Hei, jangan senang dulu dengan hal itu. Kau juga punya anti fans yang anggotanya lebih dari 50ribu orang” kata Kang-hyeon kemudian. “Anti? Apa salahku?  Tanya Chae-gyeong lesu.

“Ada dua alasan mereka membencimu. Pertama itu karna rumor dan yang kedua itu karna keberadaanmu” kata Sun-yeong. “Lalu apa salahku?” tanya Chae-gyeong dengan lesu. “Karna kau menikah dengan Putra Mahkota” jawab Sun-yeong dengan enteng. Chae-gyeong jadi lemas mendengarnya. “Makanya kau harus hati-hati. Jika tertangkap anti-fans mu, kau akan berakhir” nasehat Kang-hyeon.

“Apa aku salah? Aku tak ingin hidup di bawah ancaman oranglain. Aku akan hidup dengan caraku sendiri. Untuk mereka yang tak menyukaiku, aku tak peduli, aku tak takut” kata Chae-gyeong. Tiba-tiba salah seorang bodyguard-nya berkata kalau sekarang saatnya untuk kembali ke istana.

Chae-gyeong-pun berpamitan pada sahabat-sahabatnya. Dia meminta mereka untuk menyimpan topi dan sarung tangan miliknya, kemudian memberikan pita leher yang dipakainya pada Kang-hyeon, tapi Kang-hyeon tak mau memakainya. Kemudian Chae-gyeong segera pergi meninggalkan teman-temannya untuk kembali ke istana.

Chae-gyeong termenung dengan sedih di dalam mobil. Dia mengingat rentetan peristiwa yang dialaminya bersama Shin. Saat di sekolah, saat pernikahannya, saat di istana, bertengkar dengan Shin, memeluk Shin, dll.

Chae-gyeong yang masuk ke dalam kediamannya disambut dua dayang setianya yang tlah mempersiapkan baju pesta untuknya. Kemudian mereka membantu Chae-gyeong untuk berganti baju. Malam ini akan diadakan pesta untuk menyambut pasangan baru si istana, Shin dan Chae-gyeong.

Shin masuk ke dalam kediaman Chae-gyeong dan terdiam memandangi Chae-gyeong yang terlihat sangat anggun malam itu. Chae-gyeong sedang asyik bercermin. Lalu kemudian dia menyadari kehadiran Shin dan menoleh ke arah-nya. Sementara Shin terus saja memandangi Chae-gyeong tanpa berkedip.

Sementara itu, Ratu ada di dapur istana bersama Sanggung-nya untuk mengecek persiapan jamuan yang akan disajikan. Kemudian Sang-gung Ratu berkata tentang Ibu Yeol. “Ada apa dengannya?” tanya Ratu. “Dia membuka yoga center dan pembukaannya berlangsung hari ini” kata Sang-gung Ratu. “Kau baru saja menerima berita itu?” tanya Ratu karna merasa beritanya sudah terasa basi. Sang-gung Ratu hanya bisa meminta maaf. “Dia seharusnya datang dan memberi salam pada para tetua di istana. Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?” selidik Ratu.

Sementara itu, Ibu Yeol sedang sibuk berdandan untuk mempersiapkan kemunculannya, atau lebih tepatnya kebangkitannya untuk yang pertama kalinya di hadapan orang-orang istana dengan sebaik-baiknya.

Pihak istana mengundang banyak duta besar dari Negara lain. Sebenarnya, bintang pestanya adalah Shin dan Chae-gyeong yang diperkenalkan sebagai anggota baru dalam keluarga istana. Tapi seperti biasanya, Chae-gyeong yang ceroboh selalu saja membuat kesalahan. Sebenarnya maksudnya baik, menawarkan makanan pada salah seorang tamu, tapi yang terjadi, makanan itu malah tumpah mengenai baju tamunya karna Chae-gyeong sangat gugup. Ckckckckck……

Ibu Suri, Raja dan Ratu sedang sibuk mengobrol dengan sepasang tamu saat tiba-tiba kedatangan Yeol dan Ibunya membuat para wartawan yang datang meliput menjadi heboh dan berebut untuk mengambil gambar mereka berdua. Shin dan Chae-gyeong pun mengalihkan perhatian mereka pada Yeol dan Ibunya.

Ibu Yeol memberi hormat pada Ibu Suri yang sangat terkejut melihat kedatangannya. Raja menelan ludah, sementara Ratu mencoba untuk tetap tenang. Kemudian mereka berkumpul di sebuah ruangan dan Ibu Yeol menyampaikan salam hormatnya untuk Ibu Suri yang menyambut kedatangannya dengan gembira. Ibu Suri merasa senang karna semua anggota keluarganya berkumpul lagi sekarang. Semuanya merasa senang, hanya Ratu yang merasa cemas karna kedatangan Ibu Yeol.

“Kenapa dia memilih hari ini untuk kembali ke istana. Apa yang sebenarnya direncanakan olehnya?” kata Ratu pada Raja. “Hye-jeong sepertinya hidup dengan baik. Dia tak mungkin menyimpan kesedihan dalam hatinya selamanya” jawab Raja. “Dia sama sekali tak memberi kabar selama 14 tahun ini lalu kemudian dia datang dengan tiba-tiba, dia memilih waktu untuk kembali dimana kami semua cemas akan kesehatan Anda. Dan juga dia memilih hari ini dimana pasangan baru istana muncul secara resmi di hadapan publik. Berlagak seperti ini pesta untuknya. Bukankah seperti itu?” kata Ratu yang merasa tak suka dengan kedatangan Ibu Yeol.

Sepasang tamu sedang asyik berdansa. Saat mereka selesai, tepuk tangan meriah menyambut mereka. Kemudian Shin bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Chae-gyeong. Chae-gyeong yang kaget berusaha menolaknya. Tentu saja Shin mengancamnya dibalik senyumnya agar Chae-gyeong segera bangkit dari tempat duduknya.

Lampu blitz langsung menghujani mereka. Yeol memandang mereka dengan tatapan tak suka. Sementara orang-orang yang ada di sekitar mereka menyambut mereka dengan antusias dan diiringi dengan tepuk tangan yang meriah. Walaupun agak kaku dan kacau, tapi dengan bimbingan Shin, Chae-gyeong pun berdansa dengan baik. Para tamu yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah saat mereka berdansa. Yeol memandang mereka dengan tatapan penuh arti.

Ibu Suri dan Ibu Yeol sedang membicarakan tentang masa lalu. Tentang tragedy menyedihkan yang merenggut nyawa Ayah Yeol. Ibu Suri berkata agar Ibu Yeol melupakan masa lalu dan berpikir tentang masa depan mereka saja. Ibu Yeol menanyakan tentang kesehatan Ibu Suri, tapi Ibu Suri berkata, sejak melihat keadaan Raja yang terus membaik, dia merasa lebih baik.

“Jadi, alasan pernikahan Pangeran Shin itu terjadi dengan alasan kesehatan Raja?” tanya Ibu Yeol. “Kurasa bisa disebut seperti itu” jawab Ibu Suri apa adanya. Kemudian Ibu Yeol menawari Ibu Suri untuk melakukan yoga demi menjaga kesehatannya. Ibu Suri menyambut tawaran itu dengan gembira.

Kembang api di nyalakan untuk memeriahkan pesta malam itu. Para tamu yang hadir merasa sangat terhibur melihatnya. Chae-gyeong merangsek masuk ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang menikmati keindahan kembang api itu, tanpa menyadari kalau orang yang didorong disebelahnya itu adalah Raja. Raja tersenyum memandangi Chae-gyeong yang malu saat menyadari kesalahannya.

Saat meminta maaf pada Rja, barulah Chae-gyeong sadar kalau sepatunya hilang sebelah. Kemudian dia berbalik ke belakang dan melihat sepatunya yang terlepas. Tiba-tiba, datang seseorang mengambil sepatu itu, kemudian menunduk dan memakaikan sepatu itu ke kaki Chae-gyeong. Orang itu adalah Shin. Perlakuan Shin yang romantis pada Chae-gyeong membuat para tamu bertepuk tangan untuk mereka berdua. Chae-gyeong tersipu-sipu malu sekaligus senang. Sedangkan Yeol menatap mereka dengan pandangan kecewa.

Bersambung……………………..