Chae-gyoeng
ada di beranda kamarnya sambil termenung memandangi pemandangan indah
di depannya. Chae-gyeong menghela nafas. Tiba-tiba, salah satu dayangnya
menegurnya. Ada seseorang yang datang. Chae-gyeong berbalik dan melihat
Sang-gung Ibu Suri sudah ada di belakangnya. Sang-gung Ibu Suri bilang,
kalau Ibu Suri ingin Chae-gyeong datang ke kamarnya.
Chae-gyeong
langsung melangkah menuju kamar Ibu Suri dan kaget saat melihat Shin
masih bersama Ibu Suri. Chae-gyeong masih merasa kesal dengan Shin. Ibu
Suri senang sekali melihat kedatangan Chae-gyeong. Chae-gyoeng duduk di
depan Shin.
Ibu
Suri berkata, kalau dia merasa segar setelah berada di tempat ini. Ibu
Suri menanyakan bagaimana dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia
juga merasakan hal yang sama. Ibu Suri mengusulkan, bagaimana kalau
mereka keluar jalan-jalan tanpa di kenali orang dan menghirup udara
segar bersama-sama. Ibu Suri bilang, Shin juga sudah meminjam mobil pada
seseorang yang di kenalnya.
Tapi
Chae-gyeong bilang, dia takut dengan hukum istana yang tak
memperbolehkan hal ini. Ibu Suri dan Shin memandangi Chae-gyeong. “Siapa
yang peduli dengan hukum istana dalam situasi seperti ini. Sepertinya
Choi Sang-gung mendidiknya dengan baik karena Putri sangat peduli dengan
hukum istana” kata Ibu Suri sambil tertawa.
“Sepertinya
melanggar hukum itu adalah sesuatu yang menarik. Untuk orang-orang yang
belum pernah melakukannya, mereka pasti takkan pernah tahu bagaimana
rasanya” tambah Ibu Suri. Chae-gyeong tersenyum mendengarnya. “Jadi, apa
yang sudah nenek lakukan sebelumnya?” tanya Shin. “Ssssst…Jangan
tanyakan itu. Diam saja dan ayo kita pergi” jawab Ibu Suri sambil
tersipu-sipu malu dan tertawa dengan ceria.
Mereka
naik mobil menuju ke pantai sambil bernyanyi dengan gembira. Mereka
menyamar dengan dandanan ala kadarnya. Shin tersenyum melihat keceriaan
nenek dan istrinya.
Chae-gyeong
bilang, Ibu Suri menyanyi kurang bagus. Jadi Ibu Suri minta Chae-gyeong
untuk memberikan contoh bagaimana cara menyanyi yang bagus. Tapi saat
Chae-gyeong selesai menyanyi, Ibu Suri berkomentar, Chae-gyeong juga tak
bisa menyanyi dengan bagus! Ibu Suri mendesah dan Shin tertawa
mendengarnya.
“Saat
seperti ini, akan lebih baik jika cucu laki-lakiku melakukan sesuatu
untukku” keluh Ibu Suri. “Cucu laki-laki?” tanya Chae-gyeong sambil
memandangi Shin dan Ibu Suri secara bergantian. “Beberapa waktu yang
lalu, di depanku, dia menari dan berputar-putar. Dia sangat lucu sekali.
Itu adalah hari terindah dalam hidupku” kata Ibu Suri sambil tersenyum
memandangi Shin. Shin malu mendengarnya.
Shin
keluar dari mobil dan mulai menghibur neneknya dengan bernyanyi. Tapi
Ibu Suri protes. Tubuh Shin sama sekali tak bergerak. Saat Shin masih
kecil, dia terus bergerak kesana kemari dan Ibu Suri suka itu. Shin malu
melakukannya. Tapi Ibu Suri jadi tak bersemangat. Akhirnya Shin
menyanyi sambil bergerak. Ibu Suri dan Chae-gyeong tertawa
terpingkal-pingkal melihat aksi Shin. Shin berhenti menyanyi, dia malu
dan bilang dia tak bisa melakukan seperti ini. Ibu Suri agak kecewa.
Tapi kemudian Chae-gyeong bilang, dia akan menyanyi dan menari bersama
Shin.
Mereka
mulai bernyanyi dan menari. Ibu Suri bertepuk tangan untuk mereka. Lalu
Shin dan Chae-gyeong mengajak Ibu Suri bernyanyu dan menari bersama
mereka. mereka bersenang-senang bertiga. Ibu Suri yang kelelahan
kemudian tertidur di mobil. Shin mengajak Chae-gyeong pergi tak jauh
dari mobil mereka. Mereka duduk ngobrol berdua.
Chae-gyeong
bercerita tentang kunjungannya ke museum. Dia bercerita kalau dia
melihat teman-teman Alfred yang ada banyak sekali di museum itu.
Chae-gyeong bilang, dia penasaran kenapa Alfred sangat berarti untuk
Shin. Tapi Chae-gyeong tak mau memaksa Shin untuk cerita.
Shin
bercerita, saat dia berusia 5 tahun, Raja yang terpilih (Suami Ibu
Suri)memberikan Alfred untuknya. Raja itu berkata kalau Ratu Elizabeth
yang memberikan Alfred padanya untuk cucunya. Shin tak yakin itu benar
atau tidak. Chae-gyeong bilang itu pasti benar. Shin bilang, dia tak
peduli itu benar atau tidak, tapi Alfred sangat berarti untuknya. Dia
baru berusia 5 tahun saat Ayah Yul meninggal, Shin dan keluarganya harus
pindah dari rumah pribadi ke Istana. Saat itu, Shin jadi Cucu Mahkota.
“Kakek
merasakan ketakutan yang ku alami dalam istana. Itulah sebabnya dia
datang dan memberikan Alfred padaku dan menceritakan hal itu. Kakek
bilang, ‘Shin, boneka beruang ini akan jadi teman baikmu’. Sejak itulah
Alfred jadi bagian dari diriku. Kapanpun aku bicara tentang semuanya
pada Alfred, aku merasa lebih baik. Karena Alfred lebih mengenalku dari
pada diriku sendiri” cerita Shin.
Chae-gyeong
berkata dalam hati, “Dia pasti benar-benar kesepian. Sepertinya, hanya
Alfred satu-satunya temannya”. “Maafkan aku” kata Shin tiba-tiba.
Chae-gyeong kaget mendengarnya. “Bagiku, tak ada hal macam itu yang bisa
kujadikan sebagai rahasia. Seluruh dunia tahu tentang rahasiaku. Itu
sepertinya tak berarti apa-apa. Tapi ku harap ada sesuatu yang hanya aku
saja yang tahu”.
“Ngomong-ngomong,
apa rahasia itu juga termasuk Hyo-rin? Kau tak pernah mau mengatakan
hal itu padaku” sindir Chae-gyeong. Shin hanya bisa menunduk. “Lalu
bagaimana dengan yang ini, apa kau benar-benar akan berhenti jadi
seorang pangeran?” tambah Chae-gyeong. Shin memandangi istrinya dan
tersenyum. “Aku tak bodoh untuk bercanda seperti itu” kata Shin.
“Jangan
berhenti. Kupikir, hanya kau yang pantas menjadi seorang pangeran
daripada yang lainnya. Sangat menarik sekali melihatmu tersenyum pada
orang-orang hingga parade usai. Aku pikir, kau harus seperti itu untuk
jadi seorang pangeran” kata Chae-gyeong. “Semua orang bisa melakukan hal
itu” timpal Shin. “Dan juga setelah 2 atau 3 tahun, kita akan jadi
teman dekat. Dan meskipun kita tak berhubungan lagi, saat kau masih jadi
seorang pangeran, aku masih bisa melihatmu melalui TV” ungkap
Chae-gyeong.
“Apa
kau itu tak punya hati. Setelah kau berpisah denganku, kau pasti akan
berhenti untuk tahu kabarku walaupun hanya melalui TV. Tapi coba tebak,
aku takkan membiarkanmu melakukan hal itu” sangkal Shin. “Lalu bagaimana
denganmu? Apa kau berencana melalui hidupmu tanpa memberi kabar?” tanya
Chae-gyeong dengan cemas. “Apa? Dengan hal itu, aku akan punya reputasi
buruk karena jadi seorang pangeran yang bercerai dan orang-orang akan
meninggalkanku. Jadi kau satu-satunya yang ada untukku” jawab Shin.
Chae-gyeong tersenyum malu-malu mendengarnya. “Ini membosankan. Jika aku
berhenti jadi Pangeran, aku tak punya apapun yang bisa kulakukan”
lanjut Shin.
Mereka
hendak meninggalkan pantai. Tapi mobil mereka mogok. Shin bilang mereka
harus menghubungi seseorang. Ibu Suri bilang, bagaimana kalau mereka
coba memperbaiki sendiri terlebih dahulu. Tapi kahirnya mereka meminta
bantuan seseorang untuk memanggil mobil derek. Mereka akhirnya kembali
ke hotel dengan mobil derek. Sepanjang perjalanan Shin dan Chae-gyeong
bertengkar. Chae-gyeong menyalahkan Shin karena tidak meminjam mobil
yang bagus. Dan Shin tak terima disalahkan begitu saja. Ibu Suri hanya
bisa diam mendengar pertengkaran itu.
Sang-gung
dan para dayang mencemaskan mereka. Ibu Suri bilang mereka tidak
apa-apa dan meminta dayang dan Sang-gung agar tak membiarkan berita ini
tersebar ke orang lain. Mereka mengerti akan hal itu. Ternyata Yul juga
ada disitu dan memperhatikan mereka.
Chae-gyeong
dan Shin kembali ke sekolah. Yul juga ke sekolah dengan statusnya
sebagai seorang pangeran. Chae-gyeong tersenyum melihat Yul. Shin
memandangi mereka dengan tatapan iri.
Hyo-rin
ada di ruang balet. Saat dia hendak keluar, teman-temannya menabraknya
tanpa merasa bersalah. Sekarang teman-temannya tak ada yang respek
padanya. Itu karena berita yang tersebar bahwa Hyo-rin ingin merebut
posisi milik Chae-gyeong. Mereka semua malah sibuk membicarakan tentang
kejelekan Hyo-rin yang malah dibilang kalau Hyo-rin menang di Thailand
karena dia menyogok jurinya. Hyo-rin menyetel musik dan berlatih
sendirian. Tapi kemudian salah seorang temannya datang dan mengambil CD
musik yang ternyata milik temannya itu.
Chae-gyeong
usil sendiri di kamarnya. Kemudian dia jalan keluar dan melihat Shin
ada di ruangan ayahnya. Chae-gyeong menghampiri Shin. Kasim Kong bilang,
Shin sedang mengerjakan tugas ayahnya. Chae-gyeong bilang dia ingin
bertanya sesuatu pada Shin, tapi itu tak penting jadi dia permisi pergi.
Shin menahan kepegian Chae-gyeong dan meminta Kasim Kong pergi
sebentar.
Chae-gyeong
langsung duduk dengan gembira di sebelah Shin. Dia mulai usil dengan
mengambil peralatan yang ada di depan Shin. Lalu Chae-gyeong mengambil
stempel kerajaan dan memukulkannya sendiri ke kepalanya. Tentu saja dia
kesakitan karenanya. Shin tersenyum simpul melihatnya. Chae-gyeong
bilang, itu pasti cocok untuk memecah kacang kenari. Shin merebut
stempel itu dan meletakkannya di depannya lagi.
“Kau,
waktu itu, saat kita ada di Pulau Jeju, kenapa kau terlihat begitu
marah? Apa karena kau merasa bersalah padaku? Kau tak pernah merasa
kalau kau salah kan? Karena kau tak tahu apa yang harus dilakukan.
Itulah kenapa kau marah, kan?” tanya Chae-gyeong. “Jika kau kesini hanya
untuk bicara omong kosong seperti itu, pergilah dan jangan ganggu aku”
jawab Shin. “Tentang surat Hyo-rin, kau masih belum bicara apapun
padaku.” Lanjut Chae-gyeong.
Shin
sama sekali tak menjawab pertanyaan Chae-gyeong. Jadi Chae-gyeong
beranjak pergi dari situ. “Jangan sedih karena surat-surat itu” kata
Shin. “Jika bukan aku, apa benar kau jadi bosan?” tanya Chae-gyeong
lagi. “Semua akan terasa kosong” jawab Shin. Chae-gyeong kaget dan
senang sekali mendengar hal itu. Lalu kemudian pergi meninggalkan Shin.
Shin tersenyum melihat kelakuan Chae-gyeong.
Hye-jeong
di kediamannya sedang mengamati foto-foto Shin dan Hyo-rin di Thailand.
Yul masuk ke dalam dan ibunya langsung meletakkan foto-foto itu. Yul
bertanya apa ibunya memanggilnya. Hye-jeong membenarkan hal itu. “Kau
adalah Pangeran kedua yang akan diangkat sebagai Raja setelah Putra
Mahkota. Saat Putra Mahkota tak ada untuk menempati posisi itu, kau
adalah orang yang akan menempati posisi itu untuk menempati posisi
kosong itu. Jadi kenapa kau harus keluar dari istana tanpa membuktikan
sesuatu? Apa yang kau pikirkan? Kau tahu alasan kenapa aku berheti
memakai gaun modern yang indah dan memakai baju adat ini? Ini seperti
berburu harimau yang mengaum dan terus saja mengaum. Kita sekarang ada
dalam situasi yang sama. Kau adalah orang yang akan jadi Raja di masa
mendatang. Jangan lakukan hal bodoh dan merusak semuanya lagi! Apa kau
mengerti?” tegas Ibunya. Yul hanya diam dan mengiyakan perkataan ibunya.
Ibu
Suri masih bingung karena Hye-jeong belum memiliki tempat tinggal yang
bagus. Tapi dia tak bisa menghentikan Hye-jeong yang ingin menempati
istana yang rusak yang dulu di tempatinya bersama mendiang suaminya.
Itulah gaya Hye-jeong yang selalu bisa menerima apa adanya.
Seo
Sang-gung ikut bicara. Seo Sang-gung mengingatkan Ibu Suri bahwa
setelah upacara Chu Jeon, bukankah seharusnya Hye-jeong di panggil Ratu
Hye-jeong. Ibu Suri tertawa dan berkata dia lupa hal itu. Ratu yang ada
di antara mereka terlihat hanya diam saja. “Ratu, kau pasti sangat tidak
bahagia setrelah upacara Chu Jeon” kata Ibu Suri.
Ratu
menyangkalnya. Tapi Ibu Suri tahu bukan itu yang dirasakan Ratu. Chu
Jeon bukan untuk Hye-jeong atau Yul. Itu adalah hadiah dari seorang Ibu
untuk anaknya yang telah pergi mendahuluinya. Ibu Suri berharap Ratu
mengerti hal itu dengan pandangan terbuka. Ratu meminta maaf akan hal
itu.
“Selama
14 tahun Hye-jeong telah hidup dalam kesepian di Inggris. Meskipun kau
merasa tak nyaman, tolong cobalah tunjukkan padanya kalau kau juga
menyayanginya” kata Ibu Suri. Ratu mengiyakan pernyataan Ibu Suri.
Ibu
dan Ayah Chae-gyeong sedang sibuk menata barang-barang di rumahnya.
Chae-jun mengeluh karena dia tak boleh ikut pergi bersama kedua
orangtuanya. “Shin Chae-jun, apa kau pikir ibu ingin senang-senang di
istana” tegur ibunya. Ayahnya bilang mereka akan berbisnis dengan
orang-orang yang ada di dalam istana.
Ayah
dan Ibu Chae-gyeong ke istana dan menemui Ibu Suri juga Ratu untuk
memasarkan produk asuransi, yaitu barang-barang yang berhubungan dengan
kesehatan. Ratu terlihat tak suka. Tapi Ibu Suri menyukai mereka. Mereka
bilang, mereka juga khawatir mendengar keadaan Raja dan bilang,
bagaimana kalau barang-barang kesehatan itu untuk hadiah bagi keluarga
kerajaan dari mereka. ratu menolak dengan halus. Tapi kedua orangtua
Chae-gyeong memaksa memberikan barang-barang itu. Ibu Chae-gyeong bilang
barang-barang itu memang seperti barang yang tak berarti, tapi
sebenarnya punya banyak manfaat.
Ratu
tertawa juga melihat kelakuan ayah Chae-gyeong yang konyol saat
memperagakan fungsi dari alat-alat itu. Saat sedang sibuk mempromosikan
agar para anggota keluarga kerajan yang lain juga ikut asuransi, HP Ibu
Chae-gyeong berdering. Tak berapa lama kemudian, HP yang lainnya ikut
berbunyi. Ibu Chae-gyeong benar-benar sibuk dengan pekerjaannya.
Ayah
Chae-gyeong bilang, istrinya memang sangat sibuk. Ratu bertanya
bagaimana dengan Ayah Chae-gyeong, apa sudah dapat pekerjaan atau belum.
Ayah Chae-gyeong bilang dia belum mendapat pekerjaan yang baru. Tapi
dia sekarang bekerja sebagai “Bapak Rumah Tangga”! Ratu tersenyum
mendengar cerita Ayah Chae-gyeong.
Ibu
Suri berkata, melihat keluarga Chae-gyeong yang hidup penuh dengan
cinta, membuatnya merasa begitu senang. Ratu ikut mengiyakan perkataan
Ibu Suri. Kemudian ayah Chae-gyeong bertanya dimana Chae-gyeong sekarang
ini. Ratu memerintah Park Sang-gung untuk mencari tahu keberadaan
Putri Mahkota. Park Sang-gung berkata, kalau sekarang Bi-gung Mama
sedang belajar di aula barat bersama Choi Sang-gung.
Ratu
bilang agar Park Sang-gung kesana dan berkata agar Putri berhenti
belajar dulu karena orangtuanya datang berkunjung. Tapi ibu Chae-gyeong
mencegah Ratu melakukan hal itu. Sebaiknya biarkan saja Chae-gyeong
belajar. Ibu Chae-gyeong bilang, mereka akan segera pamitan pergi karena
ada begitu banyak pelanggan yang sedang menunggu mereka. sebenarnya
Ayah Chae-gyeong tak mau pergi. Dia ingin bertemu Chae-gyeong karena dia
sangat merindukannya. Mereka pamitan pergi. Ibu Suri masih ayik
bermain-main dengan barang yang dibawa oleh orangtua Chae-gyeong.
Chae-gyeong
sedang belajar, tapi dia mengendap-endap keluar saat mendengar Choi
Sang-gung yang sedang bicara bersama Sang-gung dari istana Hye-jeong dan
juga kedua dayang Chae-gyeong.
Choi
Sang-gung menegaskan, kalau sekarang ini Bi-gung Mama sedang sibuk
belajar, jadi jangan mengganggunya. Sang-gung Hye-jeong tak terima dan
berkata kalau sekarang ini Hye-jeong meminta Chae-gyeong untuk datang ke
kediamannya. Choi Sang-gung juga masih ngotot agar pelajaran
Chae-gyeong tak terganggu.
Sang-gung
Hye-jeong berkata dengan sok kalau dia diperintah langsung oleh
Hye-jeong dan beraninya Choi Sang-gung membantah perintah itu. Dia akan
bilang pada Hye-jeong kalau Choi Sang-gung berani membantah perintah
Ratu Agung Hye-jeong! Choi Sang-gung menegaskan sekali lagi, “Ini semua
adalah perintah Ratu yang mengharuskan Chae-gyeong untuk belajar. Jadi
lebih baik kau segera pergi”. “Aku heran kau berani menentang perintah
Ratu agung yang rankingnya jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Ratu” kata Sang-gung Hye-jeong.
“Apa,
apa yang kau bilang sekarang? Bagaimana kau bisa berkata tanpa ada
sopan santun seperti itu disini!” teriak Choi Sang-gung. “Ratu agung
yang memerintahkanku. Jadi aku tak perlu bersopan santun padamu karena
aku melayani orang yang rankingnya lebih tinggi. Dan kau tak bisa
memanggilku dengan namaku saja” sangkal Sang-gung Hye-jeong. “Tradisi
takkan bisa dirubah hanya dalam waktu 1 atau 2 hari saja. Sebagai
Sang-gung sebelumnya pernah melayani Ratu, kenapa kau sama sekali tak
tahu akan hal ini?” kata Choi Sang-gung. Chae-gyeong takut mendengar
pertengkaran itu.
Sang-gung
Hye-jeong pulang dan mengadu pada Hye-jeong. Hye-jeong marah
mendengarnya dan langsung beranjak pergi dari kediamannya menuju aula
barat. Sang-gung Hye-jeong ikut bersamanya.
Chae-gyeong
agak ketakutan melihat Hye-jeong. Hye-jeong bertanya kenapa Chae-gyeong
masih harus belajar setelah begitu lama masuk ke dalam istana. Choi
Sang-gung mencoba menjawabnya untuk Chae-gyeong, tapi Hye-jeong
menghardiknya dan bilang dengan sinis kalau dia tak bertanya pada Choi
Sang-gung.
Chae-gyeong
mencoba menjawab, tapi dia gugup, Choi Sang-gung menjawabnya untuk
Chae-gyeong. Hye-jeong ingin menguji kemampuan Chae-gyeong, dia bertanya
apa yang dimaksud dengan frasa. Awalnya Chae-gyeong tak tahu, tapi
kemudian dia bisa menjawabnya dengan benar. Kemudian Hye-jeong berkata,
dia adalah Ratuu Agung, jadi dia juga berhak mengecek tentang hasil
pelajaran Chae-gyeong.
Kemudian
Hye-jeong meminta dayang-dayang Chae-gyeong untuk mengambil buku-buku
yang pernah dipelajari Chae-gyeong. Chae-gyeong jadi ketakutan
karenannya. Kedua dayang Chae-gyeong mengeluh karena bukunya banyak
sekali. Yul melihat mereka yang keberatan membawa buku-buku itu dan
kemudian membantu mereka. Dia bertanya kenapa mereka membawa buku-buku
itu, mereka bilang ibu Yul yang memerintahkannya. Yul mengikuti mereka.
Hye-jeong
membuka buku-buku itu dan kemudian bertanya pada Chae-gyeong. Hye-jeong
bertanya bagaimana interaksi Chae-gyeong dengan kehidupan sosial di
masyarakat. Cahe-gyeong bilang, belum saatnya dia melakukan hal itu
karena dia masih seorang pelajar. Hye-jeong membentak Chae-gyeong dan
berkata seharusnya Chae-gyeong melakukan tugasnya sebagai seorang Putri
Mahkota dan bukannya belajar saja sepanjang hari.
Tiba-tiba
Yul masuk ke dalam dan meminta semua Sang-gung dan dayang keluar dari
situ. Yul tak suka ibunya ikut campur dalam pendidikan Chae-gyeong. Yul
membawa Chae-gyeong pergi meninggalkan ibunya yang memandanginya dengan
kesal. Yul mengajak Chae-gyeong ke sebuah loteng. Chae-gyeong senang
sekali ada di sana. Chae-gyeong mengambil sebuah mandolin (mirip gitar
kecil) dan memainkannya dengan senang.
Yul
memandanginya dengan penuh perasaan. Dia kemudian teringat semua
pertemuannya dan semua hal yang di lewatinya bersama Chae-gyeong dan
teman-temannya. Dia juga ingat saat mereka berdua ada di rumah kaca. Dia
tersenyum melihat Chae-gyeong bahagia.
Sementara
itu, Choi Sang-gung melaporkan kejadian tadi pada Ratu yang terkejut
mendengar berita itu. Ratu kesal mendengarnya. Karena Hye-jeong sekarang
sudah berani ikut campur dengan urusan Putri Mahkota yang bukan
wewenangnya, karena bagaimanapun juga, Chae-gyeong itu istri dari
anaknya, menantu Ratu dan tak ada hubungannya dengan Hye-jeong.
Ratu
memerintahkan Choi Sang-gung untuk mengatakan padanya tentang semua
yang dikatakan Hye-jeong pada-nya. Choi Sang-gung mengiyakannya. Tapi
tak berapa lama kemudian, Ratu memutuskan untuk bertemu dengan
Hye-jeong. Choi sng-gung dan Park Sang-gung mengikuti langkah Ratu
keluar dari kediamannya.
Sekarang
Sang-gung Hye-jeong gantian musuhan dengan Park Sang-gung, Sang-gung
Ratu. Sementara Choi Sang-gung diam di belakang mereka yang saling
melirik dengan sinis satu sama lain. Ratu berkata pada Hye-jeong,
masalah Chae-gyeong, adalah masalahnya, jadi lebih baik biarkan dia saja
yang menanganinya. “Masalah menantu, diatasi oleh mertuanya, apa kau
coba mengatakan hal ini?” tanya Hye-jeong dengan sinis.
“Bi-gung
bukan hanya menantumu. Aku juga berhak menganggapnya sebagai menantuku.
Apa aku salah jika aku menganggapnya seperti itu? Ratu pikir, aku
menggunakan kekuatanku sebagai ratu agung. Apa kau berpikir seperti
itu?” tanya Hye-jeong. “Apa maksudmu?” Ratu balik bertanya.
“14
tahun yang lalu, aku tak pernah menggunakan kekuatanku sebagai Putri
Mahkota untuk melawan Ratu. Tapi Raja kala itu berkata, kau berhak
menggunakan kekuatan itu. Dan kau tiba-tiba jadi seorang putri mahkota
dan masuk ke istana. Aku ingat kalau aku pernah mengatakan banyak hal
yang baik tentangmu di hadapan mendiang Raja. meskipun kau punya
kesalahan, orang yang percaya kalau kau akan sukses adalah aku. Tapi
setelah waktu berlalu dan aku harus meninggalkan istana karena peraturan
istana, apa yang Ratu lakukan setelah itu?” tanya Hye-jeong
“Tak
ada yang bisa kulakukan” kata Ratu. “Ya, itulah kehidupan. Kehidupanku
dan kehidupan Ratu hampir sama. Tapi sekarang sepertinya terbalik” kata
Hye-jeong. “Itu mungkin karena ada banyak hal yang berubah. Tapi ada
juga beberapa hal yang tak berubah” kata Ratu. Hye-jeong tak bisa
berkata apa-apa lagi.
Yul
menyanyikan lagu untuk Chae-gyeong di loteng. Chae-gyeong menikmatinya.
Kemudian mereka duduk di beranda loteng dan bernyanyi dengan gembira.
Gantian Chae-gyeong yang bernyanyi dan Yul tersenyum mendengar lagu
Chae-gyeong yang konyol. Shin memandangi mereka dari bawah dengan
perasaan iri.
Hye-jeong
sedang menelepon seseorang sambil menatap laptopnya yang berisi berita
tentang Shin dan Hyo-rin di Thailand. Hye-jeong merasa senang dengan
hasil kerja mereka dan mengucapkan terimakasih banyak atas semua bantuan
yang telah di dapatkannya.
Ratu
berjalan di koridor istana dan Park Sang-gung seperti biasanya
mengikuti di belakang Ratu. Mereka bertemu Choi Sang-gung dan kemudian
Ratu bertanya apa benar rumor yang beredar tentang keretakan antara
Putri Mahkota dan Putra Mahkota. Choi Sang-gung berkata, berita itulah
yang baru saja didengarnya. Ratu ingin Choi Sang-gung ikut dengannya ke
istananya.
Ratu
tak menyangka kalau rumor itu akan beredar dengan luas di internet
seperti sekarang ini. Ratu bingung dan tak tahu apa yang harus
dilakukannya sekarang. Rumor itu akan jadi semakin besar dan akan
membuat kekacauan. Dia tak mengira hal ini bisa terjadi. Apalagi yang
bisa mereka lakukan sekarang.
Choi
Sang-gung memberikan pendapatnya, “Dari apa yang kulihat, untuk
mengatasi rumor ini agar tak menjatuhkan pasangan keluarga kerajaan,
cara yang terbaik adalah mempercepat Putra Mahkota dan Putri Mahkota
agar tidur dalam satu kamar”. Park Sang-gung kaget mendengar usul itu. Ratu juga kaget, tapi kemudian Ratu ingat, beberapa waktu yang lalu, Ibu Suri juga sangat menginginkan hal itu.
Chae-gyeong
kembali ke kamarnya dan bertemu Shin di depan kediaman mereka.
Chae-gyeong menyapa Shin, tapi Shin diam saja. Shin yang cemburu karena
adegan yang dilihatnya tadi langsung masuk ke kamarnya begitu saja.
Tentu saja Chae-gyeong kesal dan mengomel melihat kelakukan Shin yang
cepat sekali berubah itu. Kadang peduli, kadang tidak.
Hye-myeong
ada di kediaman pribadi Raja dan melayani ayahnya dengan baik. Tapi
Raja merasa hidupnya agak sedikit membosankan karena dia tak bisa
melakukan apa-apa selain istirahat. Bahkan koran saja tak ada ditempat
itu. Hye-jeong tersenyum memandangi ayahnya. Hye-myeong membawakan buku
untuk ayahnya. Sama bagusnya dengan koran kan? Raja tersenyum
melihatnya.
Sementara
itu, Ratu mengajukan usul yang di dapatnya dari Choi Sang-gung pada Ibu
Suri. Tak ada banyak hal yang dilakukan sekarang untuk mengatasi
masalah yang timbul di internet. Lagi pula, Shin punya banyak waktu
luang yang bisa dipakai sekarang.
Ibu
Suri mengusulkan, bagaimana kalau mengadakan konfrensi Pers dan
mengklarifikasi semuanya. Kasim Kong bilang, para penduduk mungkin tak
akan percaya apa yang akan mereka katakan, karena mereka sudah melihat
foto-nya jauh-jauh hari. Dan mereka pasti akan salah mengerti dan tak
percaya lagi pada keluarga kerajaan.
Kasim
Kong menambahkan, dengan tidur bersama dalam satu kamar, akan
mempererat hubungan mereka dan secara tak langsung mereka akan semakin
mesra. Dan dengan kemesraan mereka, akan bisa menyingkirkan gosip yang
beredar tentang keretakan rumah tangga pasangan keluarga kerajaan. Kasim
Kong menambahkan, yang paling penting adalah, mereka akan secepatnya
memperoleh keturunan keluarga kerajaan. Ibu Suri senang
sekali mendengarnya walaupun Ratu terlihat kaget mendengarnya karena
Putra Mahkota dan Putri Mahkota belum cukup umur. Ibu suri akhirnya
setuju untuk melakukan malam pertama bagi Putra Mahkota dan Putri
Mahkota.
Ratu
ingin menghalanginya, karena mengingat usia keduanya. Tapi kemudian Ibu
Suri berkata, bukankah Ratu juga tak langsung hamil saat pertama
menempati satu kamar bersama Raja. Ratu malu mendengarnya. Akhirnya semua setuju dan ibu suri memerintahkan agar mempersiapkan semuanya secepatnya.
Kasim
Kong membawakan minuman herbal untuk Shin agar Shin meminumnya. Kasim
Kong bilang, Ibu Suri yang memerintahkannya. Shin protes, kenapa dia
harus meminumnya kalau dia tak tahu apa saja yang ada di dalam minuman
itu. Kasim Kong bilang, minuman itu bagus untuk kesehatan Shin dan lebih
baik kalau segera diminum. Shin bilang, Kasim Kong aneh sekali hari
ini, tapi dia langsung meminum obat yang dibawakan Kasim Kong itu.
Sementara
itu, di kediaman Chae-gyeong, kedua dayang Chae-gyeong sedang sibuk
mani-paddi untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong juga bingung kenapa tiba-tiba
mereka berbuat seperti itu. Choi Sang-gung memberikan alasan, ada
sesuatu maksud kenapa mereka melakukan hal itu dan hal itu hanya terjadi
sekali seumur hidup. Mereka meminta maaf karena tak bisa mengatakan
apa-apa pada Chae-gyeong.
Hye-jeong
duudk berdua dengan Yul dan bertanya pada Yul, apa Yul sudah mendengar
kabar yang beredar di internet. Yul tahu itu dan dia agak marah melihat
kelakuan ibunya itu. Hye-jeong mencoba membela diri, bagaimana mungkin
dia hanya duduk diam begitu saja. Lalu Hye-jeong bercerita, saat ini,
kerajaan sedang sibuk mempersiapkan malam pertama bagi Shin dan
Chae-gyeong untuk tidur dalam satu kamar malam ini. Tentu saja Yul kaget
mendengarnya.
Hye-jeong
bilang, mereka ingin membuat cucu keluarga kerajaan untuk membungkam
opini publik tentang mereka. Tapi dalam waktu dekat mereka semua akan
tahu kalau apa yang mereka lakukan akan sia-sia.
Chae-gyeong
sudah berdandan memakai hanbok seperti saat dia menikah. Dia bingung
karena ada di sebuah kamar yang besar. Chae-gyeong pikir ada tamu khusus
yang datang malam ini. Choi Sang-gung tersenyum mendengarnya. Choi
Sang-gung bilang, Chae-gyeong bisa menganggap tamu malam ini sebagai
tamu spesial untuk Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong menunggu dengan
sabar. Chae-gyeong melihat kesekelilingnya dan mulai menyadari sesuatu.
Dari
luar, Shin mengomel dan bertanya kenapa dia harus berpakaian seperti
itu di tengah malam. Shin masuk ke dalam kamar dimana Chae-gyeong
berada. Chae-gyeong gugup sekali karenanya. Choi Sang-gung bangkit dan
memberi hormat pada Shin. Choi Sang-gung keluar kamar dan meninggalkan
Chae-gyeong berdua dengan Shin.
“Apa
ini? Kenapa kau berdandan seperti itu?” tanya Shin. Chae-gyeong hanya
bisa melambaikan tangannya. Shin melihat ke sekelilignya dan akhirnya
dia menyadari sesuatu. Dia mencoba memeriksa pintu dan jendela, tapi
semuanya sudah terkunci. Chae-gyeong juga kaget, itu artinya mereka
berdua terkurung di dalam kamar itu.
Chae-gyeong
meraba lantai di kamar itu dan menyadari kalau lantainya dingin sekali.
Shin ikut panik dan memeriksa lantai. Dia juga kaget mengetahui hal
itu. Satu-satunya tempat yang hangat hanyalah di atas kasur yang telah
disediakan disitu. Chae-gyeong bertanya apa maksud semua ini. Shin
mengecek kasur dan ternyata kasurnya juga Cuma ada satu. Lalu Shin
bilang, mereka melakukan hal ini untuk mendekatkan Shin dan Chae-gyeong.
“Sepertinya
kita harus melewati malam ini dengan tidur di kasur yang sama” kata
Shin. Chae-gyeong terlihat panik karenanya. Dan memanggil-manggil ke
luar kalau dia ingin pergi ke toilet, tapi sayang, usahanya sia-sia. Tak
ada yang peduli teriakan Chae-gyeong.
Yul
mondar-mandir di kamarnya dan berpikir, apa mungkin Shin mau menyentuh
Chae-gyeong, gadis yang sama sekali tak disukainya. Pasti tak mungkin.
Yul terus saja memikirkan hal itu. Yul ingin pergi keluar, tapi ternyata
ada 2 pengawal berjaga di luar kamarnya dan memintanya untuk tetap ada
di dalam kamar. Yul mencoba pergi, mereka menghalanginya. Yul masih
ngotot, tapi kemudian ibunya datang.
Hye-jeong
bilang, Yul tak bisa ikut campur kali ini. Meskipun dia tak setuju
dengan ide tidur di kamar yang sama, tapi jika Yul mengganggu, dia tak
tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah yang akan timbul
karena Yul. Jadi lebih baik Yul diam saja di kamar. Yul berteriak, tapi
ibunya tak menggubris teriakannya.
Shin
bilang, kalau disuruh tidur ya tidur saja. Kalau Chae-gyeong mau,
Chae-gyeong bisa tidur di lantai dingin di bawahnya. Tentu saja
Chae-gyeong tak mau. Chae-gyeong kemudian berkata, “Malam pertama,
seharusnya dilewati bersama seseorang yang kau cinta kan?”. “Apa
maksudmu?” tanya Shin. “Kita tak saling mencintai” lanjut Chae-gyeong.
Shin
kesal dan kemudian membuka kancing bajunya karena gerah, “Lakukan apa
yang kau inginkan. Aku tak peduli kalau kau mati karena beku” katanya.
Shin naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimutnya dan tidur
membelakangi Chae-gyeong yang masih duduk di sampingnya.
Chae-gyeong
merasa kedinginan duduk di lantai. Jadi dia memasukkan tangan dan
kakinya ke dalam selimut. Shin jengkel karena merasa terganggu dengan
keusilan Chae-gyeong. “Apa kau masih mau duduk beku di situ? Apa kau
benar-benar tak mau tidur disini?” hardik Shin. Chae-gyeong hanya
senyum-senyum saja.
“Aku
tak apa-apa” kata Chae-gyeong. Shin meraih tangan Chae-gyeong dan
memegangnya lalu berkata, “Tak apa-apa bagaimana? Ya! Tanganmu sudah
membeku dan kau masih bilang kalau kau tak apa-apa? Hentikan dan cepat
kemari. Aku tak ingin tidur di samping istriku yang mati membeku” bentak
Shin yang terlihat khawatir.
“Sebenarnya….”
Kata Chae-gyeong kemudian. “Apa lagi sekarang?” tanya Shin. “Aku tak
tahu bagaimana cara untuk melepas hiasan di kepalaku ini. Bagaimana bisa
aku tidur dengan memakai ini? Ini berat sekali” jawab Chae-gyeong. Shin
meminta Chae-gyeong naik ke tempat tidur. Chae-gyeong takut. Shin
tertawa melihat tingkahnya. Tapi akhirnya dia naik juga.
Shin
mulai membantu Chae-gyeong melepas hiasan kepala Chae-gyeong. Tapi
sayangnya, Shin juga tak tahu bagaimana cara melepasnya. Yang penting
dibuka dan di lepas saja. Tentu saja saat rambut asli Chae-gyeong ikut
tertarik, Chae-gyeong pun berteriak dan meminta Shin untuk melakukannya
pelan-pelan. Sementara itu, Choi Sang-gung terkesima mendengar
‘keributan’ di dalam. Sedangkan kedua dayang Chae-gyeong di luar tertawa
cekikikan karena mengira, ada sesuatu yang sudah terjadi di dalam kamar
(baca: adegan 17 tahun ke atas).
Sementara
itu, Chae-gyeong sendiri malah membayangkan yang tidak-tidak. Dia
membayangkan Shin melepas semua hiasan rambutnya, lalu mencoba hendak
mencium paksa Chae-gyeong. Chae-gyeong berteriak, “Tidak boleh…tidak
boleh…tidak boleh…boleh…boleh…boleh…”. Shin jengkel, sedangkan
Chae-gyeong tersipu-sipu malu.
Shin
selesai melepas hiasan kepala Chae-gyeong. Kemudian dia balik lagi ke
tempatnya tidur tadi. Chae-gyeong masih duduk di samping Shin tidur.
“Kau terlihat tak nyaman, kenapa tak kau lepas saja bajumu itu?” tanya
Shin. Chae-gyeong merasa gugup mendengarnya. “Di drama TV biasanya
setelah melepas hiasan kepala, melepas baju, melempar baju, mematikan
lampu….” kata Shin. “Diam” kata Chae-gyeong.
“Cepat
lepas bajumu dan masuk ke dalam sini” kata Shin. Dia masuk lagi kedalam
selimut dan tiduran. Chae-gyeong terkejut mendengarnya. “Ya! Aku hanya
tak ingin kulitku bersentuhan dengan baju yang kau pakai “ bentak Shin. Tapi
Chae-gyeong dengan cuek masuk ke dalam selimut dan berguling, hingga
dia memakai semua selimut itu. Tentu saja Shin jengkel melihatnya karena
dia tak kebagian selimut!
Shin
ngotot meminta Chae-gyeong melepas bajunya. Tapi Chae-gyeong masih juga
ngotot karena tak mau melepasnya. Sementara di luar, semua dayang dan
Sang-gung yang menjaga mereka berpikir, kalau malam ini Shin agresif
sekali. Apalagi mereka dengar kalau tadi, Shin juga minum obat
perangsang (Tonik yang diberi oleh Kasim Kong).
Shin
sudah melepas semua bajunya, kecuali kaos dalamnya. Sementara itu,
Chae-gyeong juga mulai melepas hanbok pengantinnya dan juga baju hanbok dalamnya.
Dia sekarang hanya memakai baju dalam putihnya. Chae-gyeong tidur di
samping Shin dan mereka berdua tidur saling memunggungi. Shin memikirkan
Chae-gyeong dan dia merasa grogi.
Sementara
itu, Yul di kamarnya merasa kesal sendiri. dia jengkel mendengar apa
yang sedang terjadi antara Shin dan Chae-gyeong. Dia memang sangat
mencintai Chae-gyeong. Dia takut Shin menyentuh Chae-gyeong. Tapi sayang
dia tak bisa berbuat apa-apa selain marah pada dirinya sendiri.
Di
kamar, tiba-tiba Chae-gyeong bicara. “Bolehkah aku bertanya sesuatu?”
tanya Chae-gyeong. “Apa lagi sekarang?” Shin balik bertanya. “Pertanyaan
yang sama seperti kemarin. Kenapa kau menyukai Hyo-rin?” tanya
Chae-gyeong lagi. “Ini masalah pribadiku” jawab Shin. “Itulah kenapa kau
penasaran” lanjut Chae-gyeong.
“Hyorin,
dia sangat mirip denganku. Kesepian” kata Shin kemudian. “Karena aku
tak kesepian, jadi kau tak bisa menyukaiku?” tanya Chae-gyeong. Shin
hanya diam saja. Shin hendak membelai Chae-gyeong, tapi dia sama sekali
tak punya keberanian. Lalu kemudian Shin duduk. Chae-gyeong ikut duduk.
“Ada apa sebenarnya denganmu?” tanya Chae-gyeong. “Itu bukan urusanmu”
kata Shin dengan ketus.
“Karena
sudah seperti ini, kenapa kita tak lakukan apa yang biasa dilakukan
oleh orang dewasa. Bukankah ini di siapkan untuk malam pertama kita”
ajak Shin. “Berhentilah bercanda” kata Chae-gyeong. “Bagaimana jika aku
memang menginginkannya?” tanya Shin. “Setelah kita berpisah, saat kau
menemukan seseorang yang benar-benar kau cintai, kau bisa melakukan
malam pertama dengannya” jawab Chae-gyeong.
“Kau
sepertinya tak mengerti situasinya. Laki-laki dan perempuan itu
berbeda. Laki-laki bisa melakukannya dengan wanita yang tak disukainya”
ungkap Shin. “Kau ingin melanjutkan hal ini? Kau mau mati ditanganku
ya?” hardik Chae-gyeong yang mulai kesal dengan tingkah Shin. “Semua ini
berkat kau sampai kita bisa diperlakukan seperti ini. Sekarang kau
hanya tinggal melakukan bagianmu” kata Shin dengan sinis.
“Jika kau mau hidup
harmonis denganku, kita tak perlu berakhir seperti ini.Ini semua
salahmu hingga kita berakhir seperti ini” kata Shin kemudian. “Bgaimana
bisa, ini kesalahanku? Hidup dengan orang brengsek sepertimu, bagaimana
bisa aku hidup
dengan harmonis? Menolakku setiap hari, menyakitiku setiap hari.
Bagaimana bisa aku hidup harmonis denganmu? Dasar Brengsek” maki
Chae-gyeong yang tak mau terima karena disalahkan atas perpisahan yang
mungkin terjadi pada mereka nanti. Chae-gyeong memukul kepala Shin
dengan bantal yang dipegang Shin.
Tentu
saja Shin keasal, apalagi dimaki seperti itu. Tapi dia tak bisa bilang
apa-apa. Karena saat menoleh ke arah Chae-gyeong, chae-gyeong sedang
kipas-kipas karena kepanasan. Shin merasa…..(17 tahun ke atas ya. Anak
kecil dilarang memikirkannya). Untuk melampiaskan energinya yang
meluap-luap, Shin melakukan olahraga. Chae-gyeong bingung melihatnya.
Tapi kemudian keduanya malah aerobik bersama di atas kasur!
Yang
di luar mengira ada sesuatu terjadi di dalam kamar. Karena percakapan
ini yang mereka dengar. “Ada apa denganmu. Ini sakit sekali. Aku kan
sudah bilang, lakukan dengan hati-hati” teriak Chae-gyeong. “ayolah,
jangan seperti itu. Meskipun sakit, kau harus menahannya” kata Shin.
“Tapi ini sakit sekali” keluh Chae-gyeong. “Tahanlah sebentar lagi”
bujuk Shin. “Bagaimana aku bisa menahannya kalau ini sakit sekali. Sudah
kubilang padamu, lakukan dengan hati-hati. Dengan penuh perasaan.
Dengan kekuatanmu itu, sepertinya kau sudah siap bergulat” kata
Chae-gyeong. “Kenapa kau berlebihan seperti ini? Masih kurang satu kali
lagi” balas Shin.
Ternyata Shin dan Chae-gyeong sedang bermain dan karena Chae-gyeong kalah, Shin memukul tangan Chae-gyeong!
“Sakit.
Sudah kubilang padamu agar berhati-hati” rengek Chae-gyeong. “Ayo
lakukan sekali lagi” ajak Chae-gyeong yang tak terima kalah dari Shin.
Shin siap-siap di depan permainannya, dan Chae-gyeong bersiap-siap
menjentik biji catur di depannya. Setelah dijentik, biji itu mengenai
mata Shin. Tentu saja Shin kesakitan karenanya dan mengomeli
Chae-gyeong.
Chae-gyeong
mengelus mata Shin yang membiru karena terkena biji catur. Shin membuka
matanya dan dia grogi dengan Chae-gyeong yang sedang menatapnya. Shin
memejamkan matanya. Dia ingin mencium Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong yang
grogi malah membenturkan kepalanya ke kepala Shin. Tentu saja Shin
menjerit kesakitan karenanya.
Mereka
berdua kemudian duduk di kursi panjang di pinggir jendela. Mereka
mengompres kepala mereka yang terbentur dengan lumayan keras tadi.
Chae-gyeong bertanya bagaimana keadaan Shin. Shin bilang Chae-gyeong
bertindak terlalu berlebihan. Shin juga bilang, dia hanya penasaran
dengan reaksi Chae-gyeong saat dia hendak menciumnya.
“Aku
tak berpikir kalau kau seburuk itu, yang akan menyentuh gadis yang tak
kau suka. Tapi aku ketakutan tadi” ungkap Chae-gyeong dengan sedih.
“Jika kau lakukan lagi, aku akan memukulmu dengan keras” tambah
Chae-gyeong. “Aku tak membencimu. Kenapa kau berpikir seperti itu? Ini
bukan karena aku tak menyukaimu. Aku hanya mencoba untuk berhati-hati.
Aku hanya berharap….meskipun kita berpisah dan kemudian bertemu dijalan,
kita masih bisa saling tersenyum dan masih tetap berhubungan baik.
Karena itulah, kita harus mempersiapkan semuanya mulai sekarang” kata
Shin.
“Jika
kau berpikir agar berhati-hati, kau bisa melakukannya. Itu akan sulit
untuk kulakukan. Kapanpun aku berpikir saat aku berjumpa denganmu di
jalan, hatiku akan terasa sangat sakit” ungkap Chae-gyeong kemudian.
Chae-gyeong hendak bangkit dari tempat duduknya dan berkata, “Ayo tidur,
bagaimanapun juga, kita terkunci disini” ajak Chae-gyeong. Shin meraih
Chae-gyeong mendekat padanya, kemudian menciumnya dengan mesra.
Bersambung...
Bersambung...