Chae-gyeong
dan Shin bersenang-senang di pinggir pantai. Mereka main kejar-kejaran,
main pasir, bercanda, tertawa dan berfoto bersama. Shin bahkan
menggendong Chae-gyeong di punggungnya. Saat hujan turun mereka masuk ke
dalam mobil. Shin mengamati foto-foto yang diambilnya. Chae-gyeong
tiduran di samping Shin.
“Selamat”
kata Chae-gyeong. “Untuk apa?” tanya Shin. “Selamat karena kau bukan
lagi Putra Mahkota Lee Shin yang terperangkap di dalam istana. Tapi kau
sekarang adalah orang biasa yang bisa menghirup udara segar dengan
bebas” jawab Chae-gyeong. Shin tersenyum dan kemudian memotret
Chae-gyeong. Shin merangkul Chae-gyeong yang tiduran. Chae-gyeong
memeluk tangan suaminya.
Kemudian
mereka pergi ke suatu tempat. Chae-gyeong bertanya tempat apa itu. Shin
bilang itu adalah istana musim panas. Istana dimana keluarga kerajaan
biasanya menghabiskan waktu musim panas. Chae-gyeong kaget mendengarnya.
Tapi dia merasa sangat senang.
Seorang
pengurus istana musim panas menyambut mereka. Dia merasa senang sekali
karena Shin berkunjung. Kemudian dia mengenali Bi-gung Mama alias
Chae-gyeong. Dia menyampaikan salamnya. Chae-gyeong juga mengucapkan
salam dan tersipu-sipu malu. Shin bilang, dia akan menginap malam ini di
istana ini. Pengurus istana berkata, dia akan mempersiapkan semuanya.
Lalu mempersilahkan Shin dan Chae-gyeong untuk masuk ke dalam.
Chae-gyeong
membuka jendela kamarnya. Shin duduk di sampingnya. Shin tersenyum
bahagia memandangi Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang dia lapar. Dia ingin
makan nasi. Tapi Shin diam saja. Dia agak kecewa. Karena sebenarnya dia
ingin menikmati suasana sore itu berdua dengan Chae-gyeong. “Saat kau
menginap di rumahku, bukankah aku memasakkan ramen untukmu. Kau bilang
kau itu pemandu wisatanya. Harusnya kau tahu bagaimana cara untuk
memasak nasi” rengek Chae-gyeong.
“Ya,
aku tahu cara memasak nasi” jawab Shin. “Kalau begitu, ayo kita makan
nasi sekarang. Aku lapar” bujuk Chae-gyeong. “Kalau begitu ayo kita
makan nasi. Tapi sebelumnya, lihat itu dulu. Pemandangannya sangat
indah” ajak Shin sambil merangkul Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong
melihat pemandangan indah di depannya. “Aku hanya bisa melihat nasi
dimana-mana. Ayo kita makan nasi” ajak Chae-gyeong.
Mereka
pun akhirnya pergi berbelanja. Shin mengambil banyak barang. Tapi
Chae-gyeong melarangnya. Mereka hanya berdua. Kenapa berbelanja sebanyak
itu. Bahkan Shin sempat mengambil bawang bombay 1 keranjang yang
biasanya berisi 10kg! Tentu saja Chae-gyeong melotot ke arahnya dan
memintanya mengembalikan bawang itu. Selesai berbelanja, mereka memasak
bersama sambil bercanda.
Makanan
sudah siap dan mereka berdua mencicipi hasil karya mereka berdua.
Ternyata rasanya enak. Keduanya mulai makan. “Shin-gun. Bolehkah aku
bertanya padamu” tanya Chae-gyeong saat makan. “Ya. Bicaralah” jawab
Shin. “Apa kau mengajakku kesini benar-benar untuk melihat matahari
terbit? Ini tak seperti biasanya dan sedikit aneh. Mungkinkah ini
perjalanan perpisahan kita?” tanya Chae-gyeong dengan berat hati.
“Apa?
Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” tanya Shin tak terima. “Suatu
saat kau berkata seperti ini, Hyo-rin juga…” kata-kata Chae-gyeong
dipotong oleh Shin. “Jangan batasi dirimu sendiri karena Hyo-rin. Aku
sedang tak ingin mengadakan perjalanan perpisahan” kata Shin.
“Perjalanan perpisahan. Itu sudah lama tren sejak dulu kan? Meskipun ini
masih kurang matang, tapi rasanya tetap enak ” kata Chae-gyeong sambil
mengalihkan pembicaraan dan melanjutkan makannya lagi.
“Lalu
bagaimana menurutmu kalau kita hidup bersama selama 100 tahun?” tanya
Shin. Chae-gyeong kaget. Dia menyemprotkan makanannya. Ada nasi jatuh di
pipi Shin. Shin kesal karenanya. Chae-gyeong minta maaf pada Shin, dia
sama sekali tak bermaksud seperti itu. Chae-gyeong membersihkan nasi
yang menempel di wajah Shin. Shin bilang, Chae-gyeong lah orang pertama
yang berani menyemprotkan nasi di wajah Putra Mahkota.
“terkadang
aku ingin membiarkanmu pergi. Tapi terkadang, aku tak ingin
membiarkanmu pergi. Jadi, sebelum hatiku ingin membiarkanmu pergi,
beranjak dewasa bersama, itu bukan ide yang buruk” ungkap Shin. “Kenapa?
Apa kau takut hidupmu jadi bosan?” tanya Chae-gyeong. Shin tersenyum.
“Tidak. Karena aku merasa bahagia saat aku bersamamu” jawab Shin.
Chae-gyeong tersipu-sipu malu mendengarnya.
Mereka
tidur bersama. Shin terbangun dan memandangi istrinya. Dia terbangun
dan terus tersenyum sambil memandangi Chae-gyeong yang tertidur dengan
pulas di sampingnya. Shin kemudian tidur lagi dan meraih Chae-gyeong ke
dalam pelukannya. Dia tersenyum bahagia sambil memeluk istrinya.
Keesokan
harinya mereka pergi ke pantai. Cuaca mendung! Shin tak tahu apa yang
harus dilakukannya. Dia tak tahu kalau cuacanya akan mendung seperti
itu. Kalau mendung, mereka takkan mungkin bisa melihat matahari terbit.
Shin mengajak Chae-gyeong kembali lagi kapan-kapan untuk melihat
matahari terbit bersama.
Chae-gyeong
memandangi ekspresi kecewa Shin. “Kau tahu, melihat ekspresimu itu, aku
bisa merasa kalau kau terluka dan kesepian lebih dari yang kurasakan.
Jadi, mulai sekarang… mulai sekarang, aku tak bisa lagi menahan diri
untuk jatuh cinta padamu” ungkap Chae-gyeong. Shin tak percaya dengan
apa yang di dengarnya. Dia memandang Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum
balik memandangi Shin.
Mereka
kembali ke istana. Shin ada di kamarnya bersama Kasim Kong. Shin
memutar video yang berisi foto. Chae-gyeong masuk dan merasa tertarik
ingin melihatnya. Dia menerobos masuk dan duduk di samping Shin.
“Apa
ini? Komputermu juga ada remote controlnya?” tanya Chae-gyeong yang
selalu saja penasaran. Dia ingin memakai remote itu. Tapi Shin tak mau
memberikannya. Dia meneruskan memutar video foto nya. “Semua yang ada di
istana ini otomatis. Ada pintu di ruang rahasiamu yang bisa terbuka
secara otomatis. Dan sekarang komputermu juga begitu” celoteh
Chae-gyeong. Chae-gyeong masih ingin menggunakan remote itu. Jadi Shin
memegangi tangan Chae-gyeong dengan erat dan menyuruhnya agar diam dan
melihat saja.
Tenyata
Shin juga memasukkan foto-foto Chae-gyeong di dalam Video foto itu.
Chae-gyeong memuji dirinya sendiri. dia bilang, dia memang cantik. Di
foto dalam keadaan apapun tetap saja kelihatan cantik. Shin tersenyum
meremehkan. Chae-gyeong tak terima. Dia meminta pendapat Kasim Kong dan
merasa senang karena Kasim Kong juga bilang kalau Chae-gyeong cantik.
Shin tertawa geli mendengar Chae-gyeong yang terus saja bicara.
Chae-gyeong
panik saat sampai pada foto-foto konyolnya. Chae-gyeong ingin
menghalangi agar Kasim Kong tak melihat foto-foto itu. Chae-gyeong
berdiri dan menggunakan tubuhnya untuk menghalangi layar komputer yang
big size itu. Kasim Kong dan Shin tertawa geli karena ulahnya. Tiba-tiba
HP Chae-gyeong bunyi. Ayahnya yang meneleponnya.
Ayahnya
menelepon dan berkata kalau ibunya membelikan Chae-gyeong sebuah mobil.
Chae-jun senang sekali melihat mobil itu. Tapi dia kecewa karena itu
mobil untuk kakaknya. Ibunya berkata itu adalah hadiah perkawinan
Chae-gyeong yang belum bisa diberikan pada Chae-gyeong sewaktu
Chae-gyeong menikah dulu. Sekarang ibunya adalah Ratu Asuransi. Jadi dia
baru bisa memberikan hadiah pernikahan sekarang.
Ibunya
minta agar Chae-gyeong memakai mobil itu dengan hati-hati. Dan lupakan
peristiwa kecelakaan yang pernah menimpa Chae-gyeong dulu dengan mobil
Ibu Suri. Yang pasti mobil yang diberikan ibunya itu lebih bagus
daripada yang Chae-gyeong pernah dapatkan dulu. Chae-jun juga
menyampaikan pesan agar Chae-gyeong hati-hati memakai mobil itu. Saat
dia sudah punya SIM, dia akan meminta mobil itu.
Raja
dan Ratu sedang berdua di ruang kerja Raja. Ratu menegur Raja yang
terlalu keras bekerja setelah kembali ke istana dari kediaman
pribadinya. Raja bilang, akan sangat senang jika Putra Mahkota bisa
membantu. Ratu berkata, saat Raja tak ada Shin mengerjakan semuanya
dengan baik. Seharusnya Raja percaya pada Shin. Raja berkata sekarang
ini, sulit baginya untuk mempercayai Shin.
Ratu
mencoba membela putranya. Putra Mahkota masih muda dan dia butuh
perhatian dan juga bimbingan. Dan sekarang ini, harusnya mereka membantu
Shin menentukan jalan yang benar. Raja bilang, karena insiden yang
terjadi waktu itu, kelakuan Putra Mahkota sekarang diperbincangkan oleh
masyarakat. Sejarah dan tradisi keluarga kerajaan juga jadi panutan
masyarakat. Alasan kenapa Keluarga Kerajaan masih tetap ada, itu karena
masyarakat masih memberikan kepercayaan pada keluarga kerajaan.
Ratu
berkata, Raja seharusnya lebih mengerti Pangeran dengan hati yang
terbuka. Ratu akan melakukan apa yang bisa dia lakukan untuk membantu
Raja. Park Sang-gung datang dan berkata kalau Pangeran Yul datang. Ratu
kaget mendengar kedatangan Yul. Raja dengan tenang berkata agar Yul
dipersilahkan masuk.
Raja
bertanya apa yang membawa Yul kesini. Yul bilang, ada yang ingin dia
bicarakan dengan Raja. Yul melirik sekilas memandangi Ratu. Ratu
berkata kalau dia akan pergi. Karena sepertinya ada yang hendak mereka
bicarakan berdua. Ratu menatap mereka berdua dengan rasa penasaran
sebelum dia dan Park Sang-gung pergi dari ruang kerja Raja.
“Aku
datang kesini untuk membicarakan tentang Festival Kebudayaan yang kita
susun” kata Yul. “Ini sangat melegakan sekali. Seharusnya ini dilakukan
oleh Putra Mahkota. Tapi kau melakukannya dengan baik Pangeran
Hwi-seong” puji Raja.
Hyo-rin
pergi ke suatu tempat. Stasiun. Dan dia duduk di sebuah bangku dan
membelai ruang kosong di sebelahnya sambil tersenyum. Hyo-rin
membayangkan saat dia berduaan dengan Shin di tempat itu. “Apa
kau juga kabur dari rumah?” tanya Shin. Hyo-rin ingat, mereka pergi
berdua ke alam bebas. Menikmati keindahan alam di sekitarnya dan
bersenang-senang hanya berdua. Hyo-rin ingat, mereka berdua menguburkan
kedua tiket kereta mereka di sebuah pohon besar. Hyo-rin masih ingat
pohon itu. Dia pergi kesana untuk melihatnya dan kemudian menggalinya.
Dia tersenyum melihat sepasang tiket itu.
Di
sekolah, banyak amurid yang membicarakan tentang Hyo-rin yang masih
saja menganggap dirinya pantas untuk jadi seorang Putri Mahkota. Hyo-rin
hanya bisa memendam rasa jengkelnya dalam hati. Dia terus berjalan
menyusuri lorong sekolah, kemudian dia terhentak, dia melihat Shin
berdiri termenung di sudut ruangan. Hyo-rin berjalan menghampirinya.
“Sama
seperti sebelumnya. saat pertama kita bertemu di sekolah ini, aku tak
suka teman-temanku dan aku bertemu denganmu disini. Apa kau ingat yang
terjadi di Thailand? Mungkin kau mencoba untuk melupakannya. Tapi aku
sangat menikmatinya. Berbelanja di Tuk Tuk (Pasar Tradisional Thailand).
Bersembunyi dari Paparazzi. Aku takkan bisa melupakan semuanya.
Meskipun aku hanya seperti bayangan, tapi waktu itu, aku merasa aku ini
benar-benar temanmu. Terima kasih” ungkap Hyo-rin. Shin berlalu pergi.
Tapi kata-kata Hyo-rin menghentikannya.
“Aku
ingin bertanya padamu tentang sesuatu. Apa kau benar-benar
menyukainya?” tanya Hyo-rin. “Ku rasa aku mulai jatuh cinta padanya”
jawab Shin. Hyo-rin mendesah. Dia merasa kecewa. Shin melangkah pergi.
Hyo-rin membasuh wajahnya di kamar mandi dan mengingat lamaran Shin dulu
yang telah ditolaknya. Dia merasa menyesal telah menolak lamaran itu.
Chae-gyeong
mengendap-endap di tangga sekolah. Dia melihat Shin sedang memotret.
Chae-gyeong mengerjai Shin. Dia mengageti Shin. Tentu saja Shin kaget
dan berteriak. Tapi Chae-gyeong hanya tertawa. “Apa yang sedang kau
lakukan?” tanya Chae-gyeong. Shin merangkul Chae-gyeong dan mengajak
Chae-gyeong mengamati foto yang di ambilnya.
Tapi
saat Chae-gyoeng hendak melihat apa yang tadi di potret oleh Shin, Shin
malah mengantukkan kamera itu ke dahi Chae-gyeong. Tentu saja
Chae-gyeong kesakitan karenanya. Lalu Shin menunjuk ke suatu arah.
Chae-gyeong menoleh dan Shin langsung memotret Chae-gyeong. Chae-gyeong
bertanya, tadi Shin memotretnya kan, karena tadi dia mendengar suara
kamera. Shin menyangkalnya.
Kang-in
berteriak dalam kelas dan memberitahu kalau Hyo-rin mencoba bunuh diri
di toilet dengan meminum banyak pil. Semua teman-teman Shin langsung
berlari menuju toilet. Sementara itu di toilet, gadis-gadis yang masuk
ke toilet bingung apa yang harus mereka lakukan pada Hyo-rin yang
terkapar di toilet.
Dengan
sigap Jang-gyeong langsung masuk dan membopong tubuh Hyo-rin dan
membawanya pergi. Kang-hyeon, Sun-yeong dan Hee-sung yang kebetulan
lewat juga ikut penasaran dan menerobos kerumunan murid-murid yang
berkumpul memenugi toilet. Dan mereka bertiga melihat Hyo-rin yang
dibopong keluar oleh Jang-gyeong. Jang-gyeong
membopong Hyo-rin turun ke bawah. Dia berhenti sejenak saat melihat
Chae-gyeong dan Shin. Keduanya kaget melihat keadaan Hyo-rin. Tapi Shin
hanya diam saja. Jang-gyeong langsung terus jalan menuju ke bawah.
Shin
dan Chae-gyeong pulang ke istana bersamaan. Sepanjang jalan tadi, Shin
hanya diam saja. Chae-gyeong bertanya, bukankah seharusnya Shin
mengunjungi Hyo-rin di rumah sakit. Tapi Shin tak mengatakan apa-apa.
Di
rumah sakit, Jang-gyeong menunggui Hyo-rin dan senang saat dia lihat
Hyo-rin sudah sadar. Hyo-rin ingin melepaskan baju rumah sakit itu,
karena bagaimana mungkin Hyo-rin dan keluarganya bisa membayar tagihan
rumah sakitnya nanti. Tapi Jang-gyeong melarangnya. Jang-gyeong bilang
kalau pamannya yang punya rumah sakit itu. Dia yang akan mengurus biaya
rumah sakit Hyo-rin dan meminta Hyo-rin agar jangan khawatir.
Hyo-rin
memandangi Jang-gyeong dan bertanya, apa Jang-gyeong sudah tahu yang
sebenarnya tentang dirinya dan sejak kapan Jang-gyeong tahu. Jang-gyeong
tahu sejak awal. Kalau sebenarnya Hyo-rin itu bukanlah anak orang kaya.
Dia berasal dari keluarga miskin, hanya saja karena Hyo-rin berbakat
dalam balet, gurunya lah yang selama ini membayar biaya pendidikan
Hyo-rin di sekolah seni paling elit di Korea itu.
Jang-gyeong
meminta Hyorin agar berhenti bertindak sejauh itu. Satu-satunya yang
akan terluka adalah Hyo-rin sendiri. “Apa kau pikir Shin akan kembali
padamu? Jangan menunggunya. Jika dia pernah sekali saja berpikir untuk
kembali padamu, dia pasti takkan menunggu sampai hari ini. Kau berubah
jadi seperti ini karena dia. Tapi bayangannya pun sampai sekarang sama
sekali tak terlihat disini. Cepatlah sembuh dan mulailah berlatih balet
lagi” nasehat Jang-gyeong.
Kedua
dayang Chae-gyeong hendak masuk ke dalam untuk mengantarkan teh. Tapi
mereka melihat Chae-gyeong seperti sedang depresi, jadi mereka berdua
pergi lagi.
Chae-gyeong
memang sedang bingung. Dia tak tahu apa yang harus di lakukannya. Dia
juga terkejut mengetahui keadaan Hyo-rin. Chae-gyeong bertanya pada
dirinya sendiri. apa ini semua karena dirinya. Dia hanya bisa mendesah.
Kemudian Chae-gyeong bangkit dari tempat duduknya dan memandang ke kamar
Shin. Dia merasa lebih sedih lagi melihat keadaan Shin juga sedang
bingung.
Chae-gyeong
berjalan-jalan di sekitar kediamannya dan melihat Yul duduk di sebuah
bangku taman. Dia menghampiri Yul dan bicara dengan Yul. Yul bilang dia
juga sangat terkejut melihat keadaan Hyo-rin. Dia tak menyangka Hyo-rin
bisa nekat melakukan hal itu. Chae-gyeong bertanya pada Yul, kenapa
Hyo-rin melakukan hal itu. Apa itu karena dirinya? Jika saja dia tak
pernah ada antara Shin dan Hyo-rin, mungkin Hyo-rin tak kan melakukan
hal itu. Atau mungkin Hyo-rin merasa menderita karena Shin.
Yul
bilang dia tahu apa yang dirasakan Hyo-rin. Pikirannya ingin menyerah
akan perasaannya pada Shin. Tapi perasaan cintanya pada Shin malah
semakin kuat. Tapi sebenarnya hal itu tak perlu dilakukan Hyo-rin.
Tiba-tiba Yul berkata agar Chae-gyeong mau mengembalikan posisi Hyo-rin.
Chae-gyeong kaget dan memandangi Yul. Dia tak mengerti apa maksud Yul.
Yul
berkata, sejak awal, posisi itu milik Hyo-rin. Sebelum Shin turun
tahta, tak mungkin bagi Shin untuk bercerai. Jadi sebaiknya Chae-gyeong
yang pergi lebih dahulu. Chae-gyeong bilang, akhir-akhir ini Shin
memperlakukannya dengan baik. Tapi Yul terus saja meracuni pikiran
Chae-gyeong dengan berkata, meskipun dia tak tahu apa Shin sudah membuka
hatinya untuk Chae-gyeong atau tidak, tapi yang jelas, Shin merasa
lebih bahagia saat bersama Hyo-rin daripada saat bersama dengan
Chae-gyeong. Pada akhirnya, Shin akan kembali pada Hyo-rin lagi.
“Tapi,
dia menikah denganku. Bercerai dengannya akan membuat Shin semakin
sulit” kata Chae-gyeong. “Itu adalah masalah yang harus diatasi oleh
Shin. Hyo-rin telah melewati waktu yang berat untuk mengatasi cintanya.
Mungkin ini harus segera diakhiri. Kita harus kembali pada posisinya
masing-masing. Posisi kita yang sebenarnya” kata Yul.
Ratu
sedang melihat-lihat foto bersama Kasim Kong dan juga Park Sang-gung.
Ratu bertanya itu foto siapa. Kasim Kong bilang, itu adalah foto teman
baik mendiang Raja Hyo-ryul (Ayah Yul). Dia adalah pemilik sebuah
perusahaan media. Hye-jeong menjumpai orang itu saat pertama kali pulang
ke Korea. Setelah diamati, semua kegiatan Hye-jeong berasal dari orang
itu. Ratu mengerti sekarang. Jadi kabar dari Thailand, mungkin juga
berasal dari orang itu. Kasim Kong mengiyakannya. Paparazzi yang
mengejar Shin di Thailand juga mungkin dikirim olehnya. Semua masalah
yang timbul akhir-akhir sini mungkin diawalai dari Hye-jeong. Ratu
merasa puas dengan hasil penyelidikan Kasim Kong.
Kemudian
dia melihat foto Hye-jeong yang sedang minum the bersama Hyo-rin. Ratu
berkata pada Park Sang-gung dan meminta Park Sang-gung mencari
informasi lebih detail lagi tentang Hyo-rin. “Kau benar-benar tak bisa
melihat melalui hati seseorang. Bagaimana dia jadi begitu jahat dan
sangat egois dengan hasratnya sendiri” ungkap Ratu.
Ratu
menoleh lagi ke Kasim Kong, “Bagaimana jika anak ini, Pangeran terlibat
dalam skandal yang lain lagi? Itu akan jadi ancaman untuk Pangeran.
Jadi aku mohon bantuanmu untuk mengatasi masalah ini” pinta Ratu. “Ya,
saya mengerti Yang Mulia Ratu” jawab Kasim Kong.
Chae-gyeong
berbicara berdua dengan Choi Sang-gung. Chae-gyeong memuji penampilan
Choi Sang-gung yang cantik dan punya bentuk tubuh yang indah. Pasti
banyak orang yang menyukai Choi Sang-gung. Choi Sang-gung tersipu-sipu
malu tapi dia berhasil mengatasi perasaan itu. Choi Sang-gung bertanya
pada Chae-gyeong apa yang sebenarnya ingin Chae-gyeong ceritakan
padanya.
Chae-gyeong
bilang, ini bukan cerita tentang dirinya. Ini cerita tentang salah
seorang teman Hee-sung. Chae-gyeong bilang gadis itu(sebut saja Mrs. C)
sedang memasuki masa yang sulit. Mrs. C punya seorang pria yang disukai
(Mr. S) tapi dia tak tahu apakah Mr. S mencintainya atau tidak. Jadi dia
benar-benar tak mengerti. Dan Mr. S punya seorang gadis lain yang
disukai (Mrs. H). Mrs. H tak mau melepaskan Mr. S dan semuanya jadi
kacau karena itu.
Mrs.
C tak tahu bagaimana perasaan Mr. S yang sebenarnya dan dia merasa
kalau mungkin sebaiknya dia menyerah saja. Apakah Mrs. C harus
menyerahkan kembali Mr. S pada Mrs. H. Apa benar kalau harus seperti
itu.
“Bi-gung
Mama, kau harus mempercayai hatimu. Jika kau merasa seperti itu,
lakukanlah seperti itu. Ini adalah masalah prinsip kejujuran” nasehat
Choi Sang-gung. “Sudah kubilang padamu, ini bukan cerita tentang aku.
Tapi ini cerita tentang Sun-yeong” sangkal Chae-gyeong. Padahal Choi
Sang-gung tahu pasti itu adalah masalah Chae-gyeong. Karena pada awalnya
Chae-gyeong bilang ini masalah Hee-sung. Tapi sekarang berubah jadi
masalah Sun-yeong.
“Yang
lebih baik adalah mengakui perasaanmu, Yang Mulia” kata Choi Sang-gung.
“Sudah kubilang, ini bukan ceritaku. Itulah kenapa aku tak tahu
perasaanku” sangkal Chae-gyeong lagi. Dia menutupi wajahnya. Perasaannya
tak karuan setelah ketahuan bohong.
Shin
ada di rumah sakit tempat Hyo-rin di rawat. Awalnya dia ragu apa dia
harus buka pintu atau tidak. Hyo-rin sedang duduk termenung sendirian
saat Shin masuk ke dalam. “Apa kau sangat membenciku? Cukup, jangan
lakukan apapun” kata Shin. Hyo-rin tersenyum.
“Kau
tahu cinta pertama Romeo? Cinta pertama Romeo bukanlah Juliet tetapi
Rosaline. Romeo jatuh cinta pada Rosaline dan cinta itu bertepuk sebelah
tangan. Dan tentu saja dia menderita karena hal itu. Saat bertemu
dengan Juliet di sebuah pesta, Romeo jatuh cinta pada pandangan pertama.
Rosaline dilupakan begitu saja. Orang-orang hanya tahu tentang Romeo
dan Juliet, mereka tak pernah tahu siapa Rosaline. Dalam arti lain,
Rosaline itu hanyalah pelengkap. Dia adalah cinta pertama yang hilang
begitu saja seiring hadirnya cinta yang baru” cerita Hyo-rin.
Hyo-rin
bangkit dari duduknya dan menghampiri Shin. “Romeo, kenapa cintamu
begitu tak pasti. Bagaimana kau bisa berubah begitu cepat?” tanya
Hyo-rin. “Maafkan aku” ucap Shin. Shin pergi begitu saja meninggalkan
Hyo-rin.
Chae-gyeong
tiduran sambil menepuk-nepuk bantal Shin. Chae-gyeong mengintip ke
kamar Shin dan melihat Shin sedang termenung di kediamannya. Chae-gyeong
mengintip. Dia hendak masuk, tapi merasa ragu. Chae-gyeong pun pergi
lagi.
Yul
menghampiri ibunya yang sedang berdandan. “Aku akan mengunjungi
Hyo-rin, kenapa kita tidak pergi bersama?” tanya Hye-jeong. “Hyo-rin
terlalu menyedihkan” kata Yul. “Ya, aku tahu. Makanya, ayo kita pergi ke
rumah sakit sama-sama sekarang. Jika kita menggenggam kartu terlalu
lama, kta akan mulai diserang balik. Jadi sekarang saatnya membuang
kartu itu” kata Hye-jeong.
“Kau
mudah sekali mengatakan kalau seseorang itu penting, beberapa saat
kemudian kau bisa bilang orang itu tidak penting lagi. Itu mengerikan”
kata Yul. “Apa yang kau katakan?” tanya Hye-jeong. “Jika kita bertemu
lebih awal, Hyo-rin mungkin takkan seperti ini. Itulah kenapa
orang-orang bisa tidak beruntung karena kita terlambat bertemu mereka”
sindir Yul. “Kau, apa maksudmu?” tanya Ibunya. “Maaf, Bu. Aku sedang tak
ingin mengunjungi siapapun” kata Yul sambil pergi meninggalkan ibunya.
Chae-gyeong
ada di rumah sakit mengunjungi Hyo-rin. Dia melihat ke kamar Hyo-rin,
tapi Hyo-rin tak ada. Ternyata Hyorin baru saja keluar dari kamarnya.
Hyo-rin terkejut saat melihat Chae-gyeong yang berdiri di depan
kamarnya. Chae-gyeong menanyakan kabar Hyo-rin. Hyo-rin dengan sinis
berkata kalau dia tak ingin bertemu dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong
ingin masuk ke dalam, tapi begitu masuk, Hyo-rin langsung menutup pintu
kamarnya. Chae-gyeong hanya bisa mendesah karena kecewa.
Park
Sang-gung masuk ke dalam ruangan Ratu saat Ratu sedang berdua bersama
Hye-myeong. Park Sang-gung melaporkan kalau Hyo-rin baru saja bunuh diri
dan sekarang berada di rumah sakit. Hye-myeong kaget mendengar nama
itu. Ratu memandangi Hye-myeong dan bertanya apa Hye-myeong mengenal
Hyo-rin.
Hye-myeong
berkata, Hyo-rin itu mantan pacar Shin. Dari yang dia tahu, Hyo-rin itu
anak yang kurang beruntung. Meskipun dia berasal dari keluarga yang
berantakan, tapi dia tak pernah menyerah pada mimpinya. Dia menari balet
dengan keras dan sekarang dia jadi seorang balerina hebat yang menerima
banyak perhatian. “Dia mencoba bunuh diri, itu pasti Shin melukainya
sangat dalam. Dia bukanlah orang yang lemah” kata Hye-myeong.
Ratu
menghela nafas. Belum selesai masalah yang satu sudah datang lagi
masalah yang lain. Ratu benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan.
Hye-myeong bilang, ini situasi yang sangat serius. Ratu bilang, situasi
seperti itu tak boleh bertambah besar. Ratu bertanya pada Park Sang-gung
apa Hyo-rin masih ada di rumah sakit, Park Sang-gung membenarkan hal
itu.
Hye-jeong
sedang berduaan dengan Hyo-rin di sudut rumah sakit. “Kau tahu gosip
apa yang eredar di dalam istana? Sekarang sedang di diskusikan tentang
kualifikasi seorang pangeran. Itu mungkin akan bisa menyingkirkan posisi
Putra Mahkota” cerita Hye-jeong. “Memikirkan Shin membuatku merasa
khawatir. Jika dia diturunkan posisinya, siapa yang bisa mendampinginya?
Memikirkan Shin membuatku benar-benar khawatir. Jika dia diturunkan
dari tahtanya, siapa lagi yang bisa bersama dengannya? Sesekali aku
berpikir, apa dia akan sendirian. Aku benar-benar merasa khawatir” kata
Hye-jeong. “Ada Chae-gyeong bersamanya” jawab Hyo-rin.
“Pernikahan
mereka hanya pernikahan politik, hanya pernikahan paksa dengan balasan
agar keluarga Chae-gyeong terhindar dari kemiskinan. Apa pernikahan
seperti itu akan bisa dipertahankan? Terutama saat diturunkan dari
tahtanya. Dari apa yang kulihat, sepertinya mereka berdua sama sekali
tidak saling menyukai. Itu mungkin karena rumor yang beredar akhir-akhir
ini. Jadi mereka berusaha menunjukkan pada orang-orang kalau hubungan
mereka tidak apa-apa. Shin adalah anak yang sangat bertanggung jawab.
Mungkin dia bersama dengan Chae-gyeong karena merasa bertanggung jawab.
Ini akan jadi kali pertama seorang Putra Mahkota turun tahta. Ini akan
jadi pukulan hebat bagi Shin. Jadi bagaimana mungkin gadis bodoh seperti
dia bisa membuat Shin merasa nyaman dalam mengatasi situasi seperti
itu? Dia akan kembali ke sisimu” ceramah Hye-jeong panjang lebar.
“Tapi
jika hal itu terjadi, akan sulit bagi Shin dan akan sulit juga untukku”
kata Hyo-rin. “Kau tahu apa yang paling mudah untuk menuju surga?
Adalah pengetahuan untuk tahu dimanakan jalan menuju surga itu berada.
Ini adalah neraka yang harus kau lalui untuk menuju surga. Kau harus
mengatasinya. Jika kau bisa mengatasinya, kau bisa dapatkan apapun yang
kau inginkan” tambah Hye-jeong.
Chae-gyeong
mengintip ke kamar Shin. Shin sedang membaca buku. Chae-gyeong berdehem
dan membuat Shin menoleh. Chae-gyeong masuk dan duduk di kursi samping
Shin. Chae-gyeong meraih Alfred yang ada di samping Shin, hingga membuat
buku yang dibaca Shin jatuh ke bawah.
“Shin-gun”
hanya itu yang diucapkan Chae-gyeong. “Katakan. Kau mau bicara apa?”
tanya Shin. “Kau pergi mengunjungi Hyo-rin kemarin, kan? aku tahu kau
pergi kesana. Aku juga kesana hari ini” kata Chae-gyeong. Shin melotot
menatap Chae-gyeong. “Kenapa kau pergi ke sana?” teriak Shin. “Apa?”
tanya Chae-gyeong yang kaget mendengar teriakan Shin.
“Karena
kau dia ada di sana, tentu saja kita harus mengunjunginya, kan?” jawab
Chae-gyeong. “Akan kulakukan urusanku sendiri” teriak Shin sambil
melangkah pergi meninggalkan Chae-gyeong. “Kenapa kau begitu marah?”
tanya Chae-gyeong yang tak terima sedari tadi terus saja dibentak oleh
Shin. “Aku tak suka kau mencampuri urusan yang bukan urusanmu” jawab
Shin.
Ibu
Suri sedang sibuk dengan tanamannya. Seo Sang-gung masuk sambil membawa
surat kabar. “Yang Mulia” sapa Seo Sang-gung. Seo Sang-gung memberikan
korannya pada Ibu Suri. Ibu Suri membacanya dan terkejut. Beritanya
sungguh mengerikan. Seorang murid sekolah mencoba untuk bunuh diri. Ibu
Suri kaget dan kemudian pingsan. Seo Sang-gung terus berteriak
memanggil-manggil Ibu Suri.
Hye-jeong
menelepon rekannya dan berkata kalau mereka perlu menciptakan skandal
lagi dan melakukan apa saja hingga musuh mereka kalah. Mereka hanya
punya satu kesempatan. Dan harus menggunakan kesempatan itu
sebaik-baiknya. Yul mendengar semua itu dari beranda. Dia hanya bisa
menghela nafas panjang.
Raja
marah-marah pada Shin. Setelah satu masalah belum selesai, timbul lagi
masalah yang lain. Ini mungkin hanya salah paham. Ini mungkin hanya
rumor. Tapi apa hanya itu yang bisa dilakukan? Raja terus saja bicara
panjang lebar tapi Shin hanya bisa diam. Raja membentak Shin agar
bicara. Tapi Shin tetap bungkam.
Hye-myeong
mencoba membela adiknya. Shin sedang bingung sekarang, jadi dia tak
bisa mengatakan apapun. Hye-myeong minta ayahnya agar tenang dan biarkan
Shin berpikir agar dia tahu apa yang harus dikatakannya. Raja membentak
Shin dan minta Shin bicara. Ratu mencoba menenangkan suaminya. Shin
akhirnya berkata, kalau dia tak ingin bicara apa-apa.
Karena
Shin tak mau bicara apa-apa, maka Raja menganggap kalau semua berita
itu benar adanya. Raja kesal karena Shin terus saja membuat masalah.
Hye-myeong terus mencoba membela adiknya. Dia bilang ini bukan kesalahan
Shin. Ini adalah kesalahan seseorang yang mencoba membesar-besarkan
masalah yang sepele. Raja menyangkal pembelaan Hye-myeong. Raja bilang,
semua ini sudah tak bisa diatasi lagi. Raja terus memaki Shin. Kalau
seperti ini terus, bagaimana mungkin Shin layak jadi seorang Raja. raja
mengusir Shin pergi. Hye-myeong hanya bisa pasrah.
Chae-gyeong
ternyata sedang menguping. Dia merasa serba salah. Saat dia berbalik,
dia melihat Yul yang berjalan menghampirinya. Shin mendekat dan melihat
mereka. Chae-gyeong memanggil Shin. Tapi Shin terus saja berjalan
menjauh. Chae-gyeong berusaha menghentikan langkah Shin, tapi Shin
mengibaskan tangan Chae-gyeong. chae-gyeong hanya bisa memandangi
kepergian Shin. Yul mengikuti kemana mereka berdua.
Yul
berdiri di belakang Chae-gyeong. “Biarkan Shin pergi” kata Yul. “Tapi…”
kata Chae-gyeong dengan kecewa. “Chae-gyeong, masalah ini hanya bisa
diatasi oleh Shin dan Hyo-rin” nasehat Yul. “Ini pertama kalinya aku
melihat Shin dengan begitu banyak masalah. Jika aku meninggalkannya
sendirian, kurasa itu akan berat untukku” kata Chae-gyeong.
“Jika
kau pergi, kau akan dilukai Shin lagi. Shin bukanlah orang yang peduli
pada kondisi seseorang” tambah Yul. “Tak apa jika aku terluka. Shin
sering terluka karena dia sendirian. Jadi, aku tak ingin meninggalkan
dia sendirian lagi” ucap Chae-gyeong. Chae-gyeong melangkah pergi
menyusul Shin. “Tak bisakah kau melihatku? Kenapa kau tak bisa melihat
hatiku yang terluka karenamu?” kata Yul dengan pilu.
Chae-gyeong
mengejar Shin. Dia meminta Shin agar mau minta maaf. Hanya melarikan
diri seperti ini sungguh kekanak-kanakn. Tapi Shin kesal. Dia bilang,
sudah cukup apa yang dilakukannya. Semuanya sudah berakhir. Shin pergi
dengan mobilnya keluar istana tanpa mempedulikan Chae-gyeong yang terus
saja berteriak.
Chae-gyeong
duduk di depan kediamannya hingga malam tiba. Dayangnya keluar dan
memintanya untuk masuk ke dalam karena udaranya dingin sekali.
Chae-gyeong terus saja memikirkan keadaan Shin.
Hyo-rin
sudah keluar dari rumah sakit. Dia ada di sebuah kamar mewah. Hyo-rin
sedang mengamati tiket miliknya dan Shin yang dulu dikuburnya. Hyo-rin
tersenyum simpul. Tiba-tiba HP-nya berdering. Hyo-rin mengangkatnya dan
bicara dengan sopan dengan seseorang dan berkata kalau dia tak apa-apa.
Hye-jeong
hendak bertemu Ibu Suri dan minta dayangnya untuk mengumumkan
kedatangannya. Tapi dayang yang berjaga di kediaman Ibu Suri berkata
kalau Ibu Suri bilang, dia sedang tak ingin bertemu dengan siapapun.
Hye-jeong berlalu pergi. Di tengah jalan, rombongan Hye-jeong bertemu
dengan Ratu.
Ratu
bertanya dimana anak itu. Hye-jeong tak mengerti maksud Ratu. Hye-jeong
berkata, sejujurnya dia penasaran dengan anak itu. Hye-jeong pikir,
Hyo-rin itu anak yang baik. Dia tak mengerti kenapa Pangeran
mencampakkan anak itu dan menikah dengan Chae-gyeong. Mungkinkah
Pangeran sekarang menyesali tindakannya itu?
Ratu
tak mau kalah. Ratu bilang, dia juga akan segera bertemu dengan anak
itu. Dia akan tahu semuanya saat dia bertemu dengan Hyo-rin. Ratu
berlalu pergi meninggalkan Hye-jeong.
Di
kediamannya, Ratu meminta Park Sang-gung untuk menghubungi Hyo-rin.
Park Sang-gung segera menyerahkan telepon itu pada Ratu setelah
tersambung ke Hyo-rin. Hyo-rin menjawab telepon itu dan mulai bicara
dengan Ratu untuk pertama kalinya.
Sementara
itu, Hye-jeong mencoba menghubungi seseorang. Tapi sayangnya,
teleponnya tidak mau tersambung. Sepertinya Hye-jeong juga mencoba
menelepon Hyo-rin.
Chae-gyeong
sedang ngobrol berdua dengan Yul “Aku tak ingin terlalu bersandar
padamu. Tapi semuanya selalu berakhir seperti itu” kata Chae-gyeong.
“Kapanpun kau butuh kau, aku suka kalau kau bersandar padaku” jawab Yul
“Aku sangat marah hingga aku pergi ke rumah sakit. Aku merasa menyesal
dan benar-benar minta maaf. Tapi sekarang aku tak bisa mengerti. Tapi
seharusnya semua tak harus seperti ini. Jika kau mencintai seseorang,
harusnya kau tak membuat orang itu jadi susah” kata Chae-gyeong.
“Kau
tak kan tahu bagaimana rasanya saat kau menginginkan sesuatu tapi kau
tak bisa mendapatkannya. Jika kau membuat Shin jatuh dalam masalah,
bukankah itu berarti kau mendapatkannya?” kata Chae-gyeong. “Kau juga
menginginkan hati Shin” kata Yul. “Meskipun benar seperti itu, aku
takkan memaksakan apa yang tak bisa kumiliki” jawab Chae-gyeong. Airmata
mulai memenuhi matanya.
“Apa
kau sekhawatir itu?’” tanya Yul. Airmata Chae-gyeong sudah mulai jatuh.
“Kurasa membantunya mengatasi masalah dan ada disisinya membuatku
merasa lebih baik. Karena dia tak ada disini aku merasa sekarat dan
khawatir” ungkap Chae-gyeong. Yul sedih sekali mendengarnya.
Sementara itu, di kediaman Hye-jeong, Hye-jeong marah besar karena belum bisa menemukan Hyo-rin daritadi.
Shin
masih menyetir di luar sana. Hyo-rin termenung di kamarnya. Yul pun
juga memikirkan sesuatu di beranda kediamannya. HP Shin berbunyi. Shin
segera mengarahkan mobilnya ke suatu tempat. Shin mengetuk pintu,
Hyo-rin muncul dari dalam pintu itu. Sementara Chae-gyeong masih terus
bersedih di kamarnya memikirkan Shin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar