Shin
sampai di kamar Hyo-rin dan dia kaget karena ada pengawal yang menjaga
kamar itu. Hyo-rin membuka pintu dan kaget melihat kedatangan Shin. Shin
masuk dan bicara berdua dengan Hyo-rin. Hyo-rin memegang dua tiket
kenangan mereka.
“Aku
sudah berpikir tentang masa lalu. Apa kau masih ingat? Tiket yang kita
simpan saat pertama kalii kita bertemu? Kita membuat perjanjian untuk
membukanya 10 tahun yang akan datang. Tapi kurasa aku takkan
mengambilnya dalam waktu selama itu. Jadi aku mengambilnya kemarin.
Untuk orang sepertiku, kenangan yang indah yang kubagi dengan seseorang,
sepertinya sulit untuk menghapus semua itu. Ini sangat bodoh,
tapi…setelah menyerah akan dirimu, aku baru menyadari betapa pentingnya
kau dalam hatiku. Mungkin sampai akhir aku takkan bisa mengatasi rasa
cinta itu. Tapi mulai sekarang, takkan ada halangan apapun dariku.
Karena semuanya telah terhapus. Bagiku, keberadaan Shin tak ada yang
bisa menggantikannya. Dan juga tak ada yang bisa disalahkan. Aku tahu
itu. Lee Shin dan Shin Chae-gyeong, aku tak bermaksud bertindak sejauh
ini dan membawamu dalam kesulitan. Maafkan aku karena telah hilang
kendali” ungkap Hyo-rin panjang lebar.
“Hyo-rin,
sepertinya kau bertindak terlalu jauh” kata Shin. Hyo-rin menangis.
Shin pergi meninggalkan tempat itu. Shin memacu mobilnya di jalanan.
Shin membelokkan mobilnya menuju suatu tempat.
Sementara
itu di sebuah diskotik, Kang-in dan Ryu-wan sedang bersenang-senang
disana sambil menikmati alunan musik. Tak berapa lama kemudian Shin
masuk juga ke diskotik itu. Shin menelepon seseorang. Ternyata dia
menelepon Kang-in. Malah Ryu-wan yang melihat Shin. Saat Ryu-wan menoleh
ke arahnya, Shin melambaikan tangannya. Ryu-wan dan Kang-in menghampiri
Shin.
“Benar.
Aku merasa begitu frustasi. Untung kau menelepon. Jika merasa bosan,
kenapa tak kau tunjukkan gaya berdansa ala Putra Mahkota” kata Kang-in.
ryu-wan mengajak mereka minum. Tapi Kang-in bilang, kalau mau Ryu-wan
bisa pergi sendiri. Shin juga hanya bisa diam saja. Shin teringat
kata-kata ayahnya. “Kau hanya membuat malu keluarga kerajaan yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Apa kau pikir kau masih layak menjadi seorang
Raja?” maki Ayahnya. Shin mendesah, tanpa tahu kalau Kang-in dan
Ryu-wan sudah pergi.
Jang-gyeong
masuk dengan buru-buru ke dalam diskotek itu. Dia mencari seseorang dan
begitu melihat Shin ada di atas, dia naik dengan terburu-buru. Begitu
sampai, Jang-gyeong langsung menarik kerah baju Shin. “Dasar brengsek.
Dimana Hyo-rin?!? Dimana kau menyembunyikan Hyo-rin?” teriak
Jang-gyeong.
Kang-in dan Ryu-wan kembali. Mereka mencoba melerai keduanya. Jang-gyeong minta mereka berdua tak mengganggu.
Ini urusannya dengan Shin. Keduanya pun akhirnya pergi lagi. Shin duduk
diam di bangku sedangkan Jang-gyeong bersandar di depannya dan mulai
bicara.
“Bermain-main
dengan perasaan orang, apa itu menyenangkan? Aku bertemu Hyo-rin lebih
dahulu daripada kau. Tapi aku masih memberikan Hyo-rin padamu. Kupikir
itu bisa membuatnya lebih bahagia. Tapi ternyata aku salah. Kau bukanlah
seseorang yang bisa memberikan kebahagiaan. Kau hanya peduli pada
dirimu sendiri. hidup dibawah kemewahan sebagai seorang Putra Mahkota.
Sesuatu seperti perasaan orang lain bukanlah hal yang penting, kan? ini
benar-benar keterlaluan. Jika itu aku, setidaknya aku takkan melakukan
hal itu, meninggalkan seseorang yang kucintai dan menikahi orang lain.
Karena tindakan tak bertanggung jawab itu, Hyo-rin lah yang terluka”
ceramah Jang-gyeong.
“Sepertinya
kau lupa. Aku ini Putra Mahkota negara ini. Dibandingkan dengan
orang-orang seperti kalian yang bicara tentang cinta setiap hari, yang
aku punya hanyalah tanggung jawab” kata Shin dengan dingin. “Benarkah
begitu? Di antara tanggung jawab yang kau miliki, kenapa kau memilih
meninggalkan Hyo-rin?” bentak Jang-gyeong. “Jika aku tak bisa
bertanggung jawab sampai akhir, aku takkan memilih untuk melakukan hal
itu. Itulah prinsipku. Sebagai seorang teman, ku sarankan padamu, akhiri
disini sekarang juga” balas Shin. Dia menepuk pundak Jang-gyeong dan
turun ke bawah.
Kang-in
dan Ryu-wan datang menghampiri Jang-gyeong. “Ini bukan pertama kalinya
seorang Shin bertindak seperti itu. Lupakanlah. Ayo berdansa” ajak
Kang-in. Jang-gyeong marah dan mengusir keduanya agar pergi. Ryu-wan
mencoba membujuk Jang-gyeong sambil membawa minumannya. Jang-gyeong
mulai marah dan mendorong Ryu-wan. Kebetulan ada tiga orang pemuda lewat
dan membuat minuman Ryu-wan tumpah ke baju salah satu dari mereka.
Tentu saja tiga orang itu tak terima dan terjadilah pertengkaran.
Shin ada di atas bukit dan termenung di dalam mobilnya. Dia menoleh ke samping dan memandangi suasana istana di malam hari.
Kasim
Kong datang bersama Pengacara Han dan menerima laporan dari seseorang.
Orang itu berkata, dia sama sekali tak bermaksud untuk mengganggu Kasim
Kong dengan maslaah ini. Kasim Kong memperkenalkan diri sebagai asisten
pribadi Shin. Dan dia sudah dari tadi menunggu sejak orang itu
meneleponnya. Kasim Kong mengenalkan orang itu pada Pengacara Han.
Kedua
dayang Chae-gyeong melihat pertemuan itu. Chae-gyeong bertanya, ‘Paman’
(Kasim Kong) sedang bersama siapa. Kedua dayangnya berkata, dari yang
mereka dengar, orang itu dari kepolisian. Chae-gyeong bertanya mengapa
dan ada apa. Tapi kedua dayangnya sama sekali tak tahu apa-apa.
Chae-gyeong mencoba mendengarkan pembicaraan antara Kasim Kong, Pak
Polisi dan juga Pengacara Han.
Polisi
itu bilang, situasinya tak bagus untuk Putra Mahkota. Masalah ini
menyangkut Putra Mahkota. Mereka harus segera melakukan investigasi.
Kasim Kong bilang ini tak mungkin karena sekarang ini Putra Mahkota tak
ada di istana. Chae-gyeong mendekati mereka dan ketiganya memberi hormat
pada Chae-gyeong.
Chae-gyeong
menunduk memeberi salam dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dia
dengar ada sesuatu terjadi pada Shin. Ada apa dengan Shin. Chae-gyeong
cemas mendengarnya. Tiba-tiba Shin masuk dan semuanya terkejut
memandangi kedatangan Shin.
Mereka
mulai membicarakan masalah itu berempat. Kedua dayang Chae-gyeong
melayani keempat pria itu sedangkan Chae-gyeong tidak diperkenankan
mendekat. Chae-gyeong hanya bisa mengamati dari jauh dan menguping.
Chae-gyeong semakin penasaran dan membuatnya gusar sendiri.
Polisi itu melanjutkan laporannya. Ada seseorang yang berkata kalau Shin terlibat dalam tindakan kejahatan.
Hye-jeong
sedang minum teh berdua bersama ibunya. Hye-jeong bilang kalau Hyo-rin
menghilang. Seharusnya mereka menyingkirkan Hyo-rin terlebih dahulu.
Tapi sepertinya ada seseorang yang mendahului mereka. Yul tak suka
mendengar hal itu dan meminta ibunya berhenti memprovokasi Hyo-rin.
Hyo-rin sudah cukup terluka. Tapi Hye-jeong bilang, luka itu akan sembuh
seiring berlalunya waktu. Tapi seseorang akan jadi kuat setelah
terluka. Dia bilang, mereka membutuhkan seseorang yang bisa menusuk Shin
secara langsung.
Tiba-tiba
terdengar seruan dari seorang dayang Hye-jeong yang berkata kalau Kwak
Sang-gung datang. Hye-jeong menyuruh Kwak Sang-gung untuk masuk ke
dalam. Kwak Sang-gung memberi hormat pada keduanya, lalu menyampaikan
laporannya. Dia melapor kalau Putra Mahkota terlibat insiden kekacauan.
Sekarang Putra Mahkota sedang di introgasi oleh seseorang dari
kepolisian.
Hye-jeong tersenyum mendengarnya. Sepertinya sekarang ini
Putra Mahkota seakan terperangkap dalam jaring laba-laba. Dia senang
mendengarnya dan mereka hanya tinggal melanjutkan apa yang telah
terjadi. Sepertinya Shin sudah menggali lubangnya sendiri. Yul terlihat
tak begitu senang dengan tingkah ibunya.
Chae-gyeong
mengikuti Shin dan terus saja bicara. “Bagaimana kau bisa jadi seperti
ini? Aku sangat khawatir memikirkanmu. Kau pergi begitu saja dan tak
menghubungiku. Jika kau lakukan sekali lagi, aku akan meninggalkanmu”
kata Chae-gyeong. “Kembalilah dulu. Ini sudah larut malam” kata Shin
sambil melangkah menjauh dari Chae-gyeong.
Chae-gyeong
mengejar Shin dan masuk ke dalam kamar Shin. Shin sedang duduk
termenung saat Chae-gyeong masuk dan bicara. Tapi Chae-gyeong bicara tak
menghadap ke arah Shin melainkan bicara sambil menatap foto Shin. “Aku
tahu Shin-gun selalu menyimpan semuanya sendiri dan membuat dirinya
terluka sendiri. Tapi aku juga terluka saat melihatmu seperti ini. Kita
ini sepasang. Kenapa aku harus selalu jauh dari sisimu? Tak bisakah kau
bersandar padaku sekali saja? Kenapa kau selalu terluka sendirian. Dasar
bodoh!” maki Chae-gyeong sambil membanting foto Shin.
“Aku
lelah. Jangan bicara apa-apa lagi” kata Shin. Dia beranjak dari tempat
duduknya dan hendak menuju ke kamarnya. Kata-kata Chae-gyeong
menghentikan langkahnya. “Aku sangat khawatir padamu. Dimana kau, apa
yang kau lakukan, kelakuanmu yang keras kepala itu akan membuat masalah
untukmu. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?!” bentak Chae-gyeong. Dia
ingin pergi meninggalkan Shin. Tapi Shin meraihnya dan memeluknya dengan
erat.
Chae-gyeong
bilang Shin terlalu erat memeluknya. Dia tak bisa bernafas. “Jika aku
tak lagi jadi Putra Mahkota lagi, tetaplah ada disisiku” pinta Shin
dengan lembut. Chae-gyeong senang mendengar hal itu. Dia tersenyum dalam
pelukan Shin.
Raja
dan Ratu mendengar laporan dari Kasim Kong dan juga Polisi. Mereka
melaporkan kalau ternyata Shin tak terlibat secara langsung dengan
kerusuhan yang terjadi di diskotik. Shin sudah pergi meninggalkan
diskotik itu sebelum kerusuhan itu terjadi. Jadi tak akan ada masalah
yang timbul. Ratu berkata, akhir-akhir ini, Keluarga Kerajaan selalu
saja di konotasikan buruk di masyarakat. Raja bilang, itulah alasan
kenapa dia memanggil polisi larut malam seperti ini. Polisi bilang, dia
akan membantu sebisa mungkin dan berkata agar jangan khawatir. Raja dan
Ratu senang mendengarnya.
Pagi
itu di istana, Hyo-rin masuk untuk pertama kalinya ke dalam istana. Dia
diantar seorang Sang-gung menuju ke sebuah tempat. Disana Park
Sang-gung sedah menunggunya. Park Sang-gung bilang Ratu akan segera
datang dan meminta agar Hyo-rin menunggu sebentar. Park Sang-gung pamit
pergi. Dua orang dayang menyajikan teh untuk Hyo-rin.
Hyo-rin
hendak meminum tehnya. Tapi tiba-tiba dia melihat Rtau datang. Dia tak
jadi meminum tehnya. Ratu tampil tanpa Hanbok kebesarannya. Dia
tersenyum dan mendekati Hyo-rin. Ratu duduk di samping Hyo-rin dan mulai
bicara.
“Ku
dengar kau seorang penari balet?” tanya Ratu. “Ya, Yang Mulia” jawab
Hyo-rin. “Ku dengar kau menolak lamaran Putra Mahkota karena ambisimu.
Kupikir kau pasti gadis yang cerdas?” lanjut Ratu. Hyo-rin mengiyakan
pujian itu. “Sebagai seorang wanita, aku bisa mengerti perasaan Hyo-rin.
Karena insiden ini, kau pasti juga khawatir. Dan karena ini, aku juga
khawatir padamu” kata Ratu. “Aku sungguh-sungguh minta maaf, Yang Mulia”
pinta Hyo-rin.
“Dan
juga, meskipun kau hidup di lingkungan yang sulit. Tapi kau tak
menyerah begitu saja dengan mimpimu. Dan kau sangat fokus dengan tarian
baletmu. Jika aku jadi seseorang yang memberimu dukungan tuk meraih
mimpimu bagaimana?” tanya Ratu. “Aku sangat berterimakasih. Tapi…” Ratu
memotong kata-kata Hyo-rin.
“Untuk
menjadi seorang penari balet yang terkenal di seluruh dunia, kau butuh
seseorang yang bisa mendukungmu. Untuk menciptakan lingkungan yang bisa
mendukung agar kau bisa konsentrasi dengan bakatmu. Itulah yang
kurasakan. Itu jalan terbaik untuk menciptakan seorang bintang. Keluarga
Kerajaan juga mencari orang-orang berbakat sepertimu. Yang pantang
menyerah dengan mimpi mereka dan juga memberi bantuan apapun yang mereka
butuhkan. Putra Mahkota juga salah satu yang memberikan dukungan. Dia
adalah seseorang yang akan menempati tahta di negeri ini. Apa kau
mengerti maksudku?” tanya Ratu. “Ya Yang Mulia” jawab Hyo-rin.
Beberapa saat kemudian, Park Sang-gung mengantar Hyo-rin keluar dari istana. Baru saja keluar dari kediaman Ratu, hyo-rin
bertemu dengan Chae-gyeong. Keduanya sama-sama terkejut. Chae-gyeong
mengajak Hyo-rin dan bicara berdua. Chae-gyeong dengan agak takut
bertanya bagaimana keadaan Hyo-rin. Hyo-rin tersenyum simpul.
“Aku
akan mengubur Shin dalam hatiku. Jika suatu saat nanti Shin mau kembali
padaku, aku akan menerimanya dengan senang hati” ungkap Hyo-rin.
Chae-gyeong hanya bisa menatap Hyo-rin. “Kita ini teman, bukankah kita
harusnya berbagi kesedihan dan rasa sakit? Tapi… perlahan aku mulai
menyadari bahwa kau adalah orang yang baik. Saat dia bersamaku, dia tak
pernah mendapatkan kebahagiaan apapun” ungkap Hyo-rin.
“Aku
tahu” kata Chae-gyeong. “Jangan pernah lepaskan Shin. Aku harus pergi”
pamit Hyo-rin. “Minumlah tehmu sebelum kau pergi” kata Chae-gyeong. “Aku
pamit. Terima kasih” jawab Hyo-rin. Hyo-rin pun melangkah keluar. Chae-gyeong hanya bisa memandangi kepergian Hyo-rin.
Ibu
Suri, Ratu dan Hye-jeong bicara bertiga. Ibu Suri mengeluh. Ada banyak
sekali masalah yang terjadi di istana akhir-akhir ini. Ratu meminta
maaf. Ini semua salahnya karena tidak mendidik Putra Mahkota dengan
benar. Hye-jeong mencoba mencari muka. Dia bilang, yang terpenting
adalah menjaga kesehatan Ibu Suri. Kesehatan Ibu Suri adalah
keseimbangan di dalam keluarga kerajaan. Ibu Suri berterima kasih pada
Hye-jeong dan berkata, dia akan melaksanakan saran Hye-jeong. Ratu
memandang tak suka melihat tingkah Hye-jeong yang sok cari perhatian dan
Ibu Suri melihat hal itu.
“Kenapa
kalian berdua terlihat tak cocok?” tanya Ibu Suri. “Ini karena Raja
punya keinginan kuat untuk menentukan kualitas seorang Putra Mahkota”
jawab Seo Sang-gung yang melayani Ibu Suri. Hye-jeong menambahkan
‘bumbu’. “Ini di mulai karena skandal yang ditimbulkan oleh Putra
Mahkota. Terutama setelah skandal yang terjadi dengan Pangeran Yul. Para
tetua sangat marah. Dan kami sebagai seorang ibu hanya berusaha untuk
mempertahankan putra masing-masing” kata Hye-jeong.
“Maafkan
aku, Yang Mulia” pinta Ratu. “Aku, percaya pada Putra Mahkota. Putra
Mahkota punya tanggung jawab yang besar dibandingkan dengan siapapun.
Saat dia menempati posisinya, dia akan penuh dengan tanggung jawab” kata
Ibu Suri. Hye-jeong tak suka mendengar hal itu. “Maafkan aku, Yang
Mulia” pinta Ratu.
“Posisi
sebagai seorang Raja, bukanlah ditentukan oleh orang-orang. Tapi itu
adalah pilihan dari surga. Salah kalau masih harus membicarakan tentang
posisi yang sudah ditentukan” tambah Ibu Suri. Hye-jeong memendam
kekesalannya.
Ratu
dan Hye-jeong sama-sama keluar dari kediaman Ibu Suri dengan
Sang-gungnya masing-masing. “Tentang Hyo-rin, kau bertindak cepat
sekali, Ratu” sindir Hye-jeong. “Ini adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi Putra Mahkota. Sebagai seorang Ibu, kenapa aku tak bisa
melakukan hal itu?” jawab Ratu.
“Itu
sangat menyentuh, Ratu. Putra Mahkota punya reputasi yang buruk untuk
keluarga kerajaan. Apa bisa dia menjadi seorang Raja yang perhatian pada
rakyatnya?” sindir Hye-jeong. “Sepertinya Ratu Agung (Hye-jeong)
terlalu meremehkan kekuatan dari sebuah kejujuran” jawab Ratu. Hye-jeong
kesal mendengarnya.
Raja
sedang bersama Kasim Kim saat Yul masuk ke dalam. Yul bertanya apa Raja
memanggilnya. Raja mengiyakan dan meminta Yul untuk duduk. Raja pun
meminta Kasim Kim untuk duduk. Raja bertanya, sejak Yul masuk ke istana
apa Yul menghadapi kesulitan. Yul bilang dia sama sekali tak mengalami kesulitan.
Raja kemudian berkata, mulai hari ini, Kasim Kim akan ada untuk
membantu Yul melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan pada Yul. Raja
berkata kalau Kasim Kim tak hanya membantu tugas-tugas Yul, tapi juga
untuk mencari tahu apa saja yang dibutuhkan oleh Yul setiap hari. Kasim
Kim berkata akan melakukan yang terbaik untuk membantu Yul.
Hyo-rin
bertemu dengan Hye-jeong. Hye-jeong menanyakan keadaan Hyo-rin.
Sepertinya keadaan Hyo-rin tak begitu baik. Hyo-rin hanya diam saja.
Lalu Hye-jeong bertanya, dia dengar kalau Hyo-rin bertemu dengan Ratu.
Hyo-rin mengiyakan hal itu. Seperti biasanya, Hye-jeong mencoba
mengacaukan perasaan Hyo-rin.
“Hyorin,
apa kau tahu... Betapa menakutkannya keluarga kerajaan itu. Mereka bisa
memahami apapun yang akan mendatangkan keuntungan bagi merekaAku sangat
khawatir kalau kau akan terluka” kata Hye-jeong. “Karena laporan yang
tersebar luas itu, banyak orang yang akan terluka karenanya. Ini adalah
saatnya untukku memperbaiki apa yang sudah kurusak” kata Hyo-rin.
“Hyo-rin?
Apa maksudmu? Kau akan lebih menderita kalau kau seperti itu. Aku akan
membantumu. Tak peduli apakah aku harus melawan keluarga kerajaan atau
siapapun, aku akan membantumu mengatasi semuanya. Kenapa kau menyerah
begitu saja? Kenapa tak bisa mengorbankan sesuatu jika kau bisa
mendapatkan apa yang kau inginkan? Kau harus punya keberanian. Kau akan
mendapatkan apa yang kau inginkan” bujuk Hye-jeong.
“Aku
tak mau membuat pilihan yang lain lagi. Selama aku menunggu, baik itu
mimpi ataupun cintaku, aku pasti akan mendapatkan semua itu suatu hari
nanti. Terima kasih” jawab Hyo-rin. Hyo-rin pamitan pergi dan Hye-jeong
jengkel mendengarnya.
Hyo-rin
ada di sebuah ruangan di hotel tempat Hyo-rin menginap sepulangnya sari
rumah sakit kemarin. Dia bersama seorang wartawan dan juga Park
Sang-gung. “Ya. Shin dan aku adalah teman sekolah. Dan seperti rumor
yang beredar, kami berkencan selama 2 tahun” kata Hyo-rin.
“Ku
dengar Putra Mahkota melamarmu?” tanya wartawan. “Ya, dia melamarku.
Tapi aku menolaknya. Karena bagiku, mimpiku lebih berharga. Aku bukanlah
wanita yang seperti di katakan oleh rumor yang beredar, ‘Seorang wanita
yang ditinggalkan Putra Mahkota’. Aku yang memilih ini semua. Dan aku
tak menyesali keputusanku” ungkap Hyo-rin. “Apa ada hal lain yang ingin
kau katakan?” tanya wartawan itu lagi. “Ya. Sekarang ini aku hanya ingin
jadi Hyo-rin, Sang Balerina” jawab Hyo-rin. Wartawan itu meminta ijin
untuk mengambil foto Hyo-rin. Tapi Hyo-rin tak ingin gambarnya di
ekspos. Hyo-rin pamitan pergi.
Sementara
itu, Chae-gyeong diajari menyetir oleh Shin. Awalnya lancar. Tapi saat
sampai di belokan, Chae-gyeong menyetir ngawur dan mengerem secara
mendadak hingga membuat Shin terbentur ke depan mobil. Shin kesakitan
dan tentu saja marah-marah karenanya. Cha-gyeong bilang dia tak
bermaksud seperti itu dan kemudian bertanya apa Shin baik-baik saja.
Shin
mencoba menenangkan diri dan mulai mengajari Chae-gyeong lagi. Tapi
semuannya kacau. Chae-gyeong bingung karena sepanjang perjalanan Shin
treus saja berteriak dan membentaknya. Shin merasa takut saat melihat
aksi ugal-ugalan Chae-gyeong yang sembarangan itu. Shin berteriak kalau
dia ingin turun. Tapi Chae-gyeong tak tahu bagaimana caranya
menghentikan mobilnya!
Yul sedang termenung sendirian. Seo Sang-gung masuk membawakan makanan dan minuman untuk Yul.
Seo Sang-gung bilang, dia membuatkan Yeo-gan (agar-agar manis dengan
isi pasta kacang merah) yang sangat disukai Yul. Seo Sang-gung berpikir
tentang masa lalu dan ingin sekali membuat Yeo-gan itu.
Yul
kemudian bertanya pada Seo Sang-gung, bagaimana keadaan istana selama
14 tahun dia tinggal di Inggris. Jika ayahnya masih hidup, pasti keadaan
istana sekarang ini berbeda. Jika ayahnya tak meninggal, pasti dia dan
Shin akan menempati posisinya masing-masing. Itulah kenapa, dia merasa
menyesali kenapa ayahnya meninggal.
Seo
Sang-gung turut sedih mendengar hal itu. Tul bilang, dia tak ingat
kenangan apapun tentang ayahnya. Tapi kenangan tentang wajah ayahnya dan
istana tua, selalu ada dalam pikirannya. Seo Sang-gung mencoba
menghibur Yul agar berbesar hati. Dan bertanya, apa Yul punya masalah
yang tak bisa ditanganinya.
Yul
bertanya apa dia itu pantas jadi seorang Pangeran. Seo Sang-gung
berkata, dia akan melakukan apapun dan memberikan apa saja yang dia
miliki agar bisa membantu Yul mendapatkan posisinya kembali.
Yul
sedang berbicara dengan para tetua dan juga pejabat kerajaan mengenai
peninggalan sejarah yang harus tetap di jaga. Itu juga adalah pesan
mendiang ayahnya yang ingin agar Yul bisa terus melestarikan budaya di
negara mereka. mereka bukan boneka keluarga kerajaan yang bisa dijadikan
mainan rakyat. Mereka adalah keluarga kerajaan yang punya kekuatan
untuk melindungi budaya peninggalan nenek moyang mereka sendiri.
Di
istana dalam, Ratu duduk berdua bersama Yul, Chae-gyeong duduk
dihadapan mereka bersama Shin dan Ibu Suri duduk bersama Hye-myeong.
Ratu merasa malu karena sama sekali tak ingat tentang ultah Yul. Yul
berkata tak apa-apa. Saat dia tinggal di Inggris, dia sendiri juga
sering lupa tentang hari ultahnya. Hye-myeong juga minta maaf karena dia
juga tak tahu kapan Yul ultah. Ibu Suri bertanya, apa yang ingin Yul
dapatkan di hari Ultahnya.
Yul
berkata, dia pikir dia ingin mengadakan pesta dengan teman-teman
sekolahnya di sebuah tempat di luar kota yang tak terlalu jauh dari
istana selama 2 hari 1 malam. Jika boleh, dia ingin agar Pangeran dan
Putri juga ikut kesana. Dan meminta ijin agar teman-temannya ikut juga.
Ratu bertanya, kalau sebuah pesta, kenapa tak di kerjakan di istana
saja.
Yul
tersenyum dan berkata, sebenarnya dia juga ingin melakukan tugas
akhirnya di sekolah seni. Kalau di istana dia tak bisa mendapatkan
inspirasi saat melukis. Jadi dia ingin mengadakan pesta di sebuah tempat
yang bisa memberikannya inspirasi untuk melukis sesuatu yang akan di
kumpulkannya untuk Tugas Akhir sekolah. Hye-myeong berkata, tak ada
alasan untuk menolak hal itu. Ibu Suri mengijinkan ketiganya pergi agar
mereka bisa menikmati udara segar dan mmendapatkan beberapa inspirasi.
Tapi
kemudian Ibu Suri bertanya, dimana mereka akan mengadakan pesta. Yul
bilang ada seorang pejabat Dan Suk yang meminjamkan villa padanya. Ratu
bilang dia tahu tempat itu. Tempatnya bagus dan akan menghindari kejaran
pers. Yul berterimakasih pada Ibu Suri dan Ratu atas ijin dan
perhatiannya. Yul memandangi Chae-gyeong dan tersenyum manis.
Chae-gyeong tersenyum, tapi kemudian senyumnya hilang saat memandangi
suaminya yang hanya diam saja.
Shin
dan Chae-gyeong kembali ke kediamannya. Chae-gyeong mengejar Shin dan
bertanya kenapa Shin tak berkata apapun. Shin bilang, pesta macam apa
itu, bermalam disana selama 2 hari 1 malam. Dan dia bilang dia takkan
mau ikut.
Chae-gyeong
berkata, jika mereka tak pergi, nanti Yul sedih. Teman-teman Chae-yeong
juga berkata kalau mereka bertiga diundang. Shin bertanya, apa
Chae-gyeong ingin pergi kesana. Chae-gyeong mengiyakan. Di ultah Shin,
Yul juga datang untuk Shin. Shin emosi, kenapa Chae-gyeong begitu
PEDULI. Chae-gyeong bertanya, apa maksud Shin dengan kata PEDULI. Dia
hanya bilang kalau dia ingin menghadiri acara ultah temannya saja. Shin
marah dan masuk ke kamarnya. Chae-gyeong terus berusaha merayunya.
Hye-jeong
bertemu dengan teman dekat ayah Yul yang punya perusahaan penerbitan.
Hye-jeong bilang, Ratu sudah mengetahui sepak terjangnya. Dia bertanya,
bagaimana mungkin dia bisa ketahuan. Hye-jeong berkata, jangan
meremehkan kemampuan badan intelejen kerajaan. Dia bertanya apa yang
harus dia lakukan sekarang. Hye-jeong memintanya untuk meninggalkan
Korea.
Dia
tak mengerti maksud Hye-jeong. Hye-jeong berkata kalau Ratu sudah mulai
penyelidikan lebih dalam. Akan jadi masalah kalau kemudian Ratu
menemukan dirinya. Jadi mereka harus melakukan hal ini. Setidaknya ini
adalah langkah yang bisa menyelamatkan salah satu dari mereka.
Dia
terus berkata kalau tak ingin pergi. Dia sudah melakukan banyak hal.
Lagi pula, kalau dia tak ada disini, siapa yang akan membantu Hye-jeong.
Hye-jeong berkata, untuk seseorang yang tak bisa menjaga identitasnya
sendiri, bagaimana orang itu bisa membantunya. Hye-jeong tak ingin
menerima walau hanya sedikit kesalahan saja. Dia
tetap ngotot dan berkata kalau dia tak ingin pergi. Hye-jeong telah
melakukan semuanya karena hubungan baiknya di masa lalu dengan ayah Yul.
Dan sekarang semuanya sudah berakhir. Hye-jeong pergi begitu saja.
Sementara
itu, Yul bertemu dengan seorang pejabat yang memperkenalkannya pada
seseorang. Orang itu bernama. Baek Cheon-ha, putra dari Baek Jun-gi.
Chaeon-ha akan jadi bodyguard Yul, yang akan terus menjaga keselamatan
Yul. Yul tersenyum memandang orang itu, lalu makan hidangan yang ada di
depannya.
Kasim
Kong melapor, kalau kepala editor Choi sudah meninggalkan negara ini.
Ratu bertanya, apa Kasim Kong sudah mengecek pergerakannya. Kasim Kong
bilang, berita itu saja yang di dapatnya. Ratu berkata, mulai sekarang
mereka harus hati-hati dan mempersiapkan sebuah rencana. Biasanya akan
ada badai yang tiba-tiba muncul saat suasana tenang.
Raja
naik ke atas paviliun Myeong-seon. Dia mengamati sekitar tempat itu dan
kaget saat melihat Hye-jeong juga ada disitu. Raja menghampiri dan
ternyata itu hanya bayangan Hye-jeong saja. Raja mendesah karenanya.
Raja berbalik hendak kembali lagi. Tapi sekarang, dia melihat Hye-jeong
yang asli dengan pakaian Hanbok kebesarannya sebagai Ratu Agung. Raja
ingin keluar. Tapi tangan Raja di tahan oleh Hye-jeong.
“Myeong-seon
Dang (Paviliun Myeong-seon) sudah banyak berubah kan? Waktu sudah lama
sekali berlalu. Ini adalah tempat kita berdua berbagi kenangan. Suatu
saat, Yul ku pernah bermain disini saat dia jadi seorang cucu keluarga
kerajaan. Sekarang tak mungkin semua itu kembali kan?” kata Hye-jeong.
Raja hanya diam. Kemudian melangkah pergi dan turun meninggalkan
Myeong-seon Dang.
Ratu
sedang ngobrol berempat bersama Ibu Suri dan kedua orangtua
Chae-gyeong. Ratu bertanya, apa ayah Chae-gyeong tak punya impian? Ayah
Chae-gyeong berkata, impiannya adalah impian yang sederhana, yaitu
menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik yang bisa mempersiapkan
semua kebutuhan istri dan anak-anaknya dengan baik. Ibu Chae-gyeong
menimpali, maksudnya bukan seperti itu. Sebenarnya Ayah Chae-gyeong
punya impian yang besar.
Kemudian
tiba-tiba Ratu berkata, bagaimana kalau Ayah Chae-gyeong membantu
mengelola Kantin Istana. Tentu saja Ibu Chae-gyeong kaget mendengarnya.
Ayah Chae-gyeong merasa senang sekali karena dia akan jadi orang yang
bertanggung jawab di kantin istana. Kedua orangtua Chae-gyeong sangat
berterimakasih pada Ratu atas semuanya.
Chae-gyeong
dan ketiga temannya hendak bersiap-siap pergi ke tempat diadakannya
pesta Yul. Kang-hyeon bertanya apa benar ini mobil Chae-gyeong.
chae-gyeong membenarkan hal itu. Chae-gyeong memuji mobilnya sendiri dan
bilang kalau mobilnya cantik kan. Kang-hyeon bertanya apa Chae-gyeong
punya surat ijin mengemudi. Chae-gyeong bilang tentu saja dia punya.
Tiba-tiba
Shin datang dan turun dari mobilnya sambil menghampiri Chae-gyeong dan
ketiga temannya. Shin bertanya apa benar Chae-gyeong ingin pergi dengan
mengendarai mobil itu. Chae-gyeong menegaskan, tentu saja dia akan
memakai mobil itu. Shin tersenyum dan berkata, bukankah Chae-gyeong
belum pernah mengemudi di jalan raya sebelumnya. tapi Chae-gyeong
berkata, Shin kan sudah pernah mengajarinya di jalan raya.
Shin
bilang lupakan saja, itu terllau berbahaya dan meminta Chae-gyeong
untuk masuk ke mobilnya. Chae-gyeong langsung berteriak dan berkata
kalau dia tidak mau. Dia ingin mengendarai mobilnya sendiri. Chae-gyeong
bertanya pada ketiga temannya kalau mereka juga ingin naik mobilnya kan. Walau ragu, ketiganya menegaskan kalau mereka ingin naik mobil Chae-gyeong.
“Baiklah
kalau begitu. Mengemudilah pelan-pelan. Jika ada apa-apa, hubungi aku”
kata Shin kemudian. “Shin-gun, apa kau tak ingin mengendarai mobilku?”
tanya Chae-gyeong. “Karena aku seorang Putra Mahkota, hidupku sangat
berharga. Sampai jumpa disana” kata Shin sambil tersenyum. Chae-gyeong
dan teman-temannya mulai masuk ke mobil dan hendak bergegas pergi
meninggalkan istana.
Sementara
itu, di luar tembok istana, Hyo-rin menanti di dalam mobil bersama
Jang-gyeong. “Hyo-rin, kau bisa menolaknya jika kau tak ingin pergi”
kata Jang-gyeong. “Tidak. Aku ingin pergi. Aku tak bisa bicara dengan
baik dengan teman-temanku sejak insiden itu. Sekarang, aku hanya ingin
hidup sama dengan orang-orang lainnya tanpa jadi tudingan orang” jawab
Hyo-rin. “Baiklah. Lakukanlah apa yang kau inginkan” kata Jang-gyeong
kemudian.
Tiba-tiba
datang mobil Ryu-wan dan parkir di samping mobil Jang-gyeong. Kang-in
ikut di mobil Ryu-wan. Ryu-wan bertanya kenapa Kang-in tak memakai
mobilnya sendiri. Kang-in berkata, kalau sekarang harga bahan bakar
mahal. Dia sekarang tak punya uang lebih untuk beli bahan bakar. Ryu-wan
tertawa mendengarnya dan Kang-in kemudian bertanya, ngomong-ngomong dimana Shin.
Baru
saja Kang-in bertanya, Shin muncul dari belakang mengendarai mobilnya
lalu mengajak mereka untuk segera pergi karena Chae-gyeong akan pergi
dengan mobilnya sendiri.
Sementara
itu di dalam istana, Chae-gyeong mencoba mengeluarkan mobilnya dari
istana dan mengemudi dengan susah payah dan sembarangan. Tentu saja
teman-temannya berteriak ketakutan dan memakinya. Katanya punya ijin
mengemudi. Tapi kenapa mengemudi seperti itu. Bahkan para prajurit yang
berjaga di sekitar tempat itu ikut merasa takut kalau terjadi sesuatu
pada mereka berempat.
Chae-gyeong
mencoba membela diri kalau ada yang aneh di mobilnya. Teman-temannya
menyangkal apanya yang aneh. Chae-gyeong bilang ada sesuatu yang hilang
dan itu aneh. Mereka berkata, bagaimana mungkin ada yang hiolang.
Bukankah itu mobil baru. Chae-gyeong tetap ngoto bilang kalau mobilnya
aneh. Kang-hyeon yang kesal karena dibohongi berkata, bukan mobil
Chae-gyeong yang aneh, tapi Chae-gyeong sendiri yang aneh!
Mobil
Yul datang menghampiri mereka. Sebenarnya ketiga teman Chae-gyeong
berusaha membujuk Chae-gyeong untuk ikut di mobil Yul. Tapi Chae-gyeong
tetap ngotot kalau dia ingin mengendarai mobilnya. Apa boleh buat,
ketiganya juga tak enak hati mau membiarkan Chae-gyeong mengemudi
sendirian. Chae-gyeong menyuruh Yul pergi duluan.
Mobil
Chae-gyeong mulai bergerak pergi meninggalkan istana dengan
pelan-pelan. Mobil Yul mengikuti di belakang mereka. Hee-sung berkata,
kenapa pelan sekali. Kalau terus mengendarai seperti itu, mungkin besok
pagi mereka baru sampai ke tempat pesta. Kemudian tiba-tiba Kang-hyeon
berkata, kenapa tak memperhatikan peta saja. Yeong-sun berkata,
bagaimana kalau mendengarkan musik agar tidak bosan. Chae-gyeong setuju.
Tapi saat hendak menyalakan musik, malah tombol pembersih kaca yang
dipencetnya.
Ketiganya
mencoba menasehati Chae-gyeong agar lebih cepat lagi. Tapi saat
Chae-gyeong hendak menambah kecepatan, yang diinjaknya justru rem. Mobil
Chae-gyeong pun jadi berhenti. Yul yang ada di mobilnya tersenyum geli
melihat hal itu.
Sementara
itu, Shin dan teman-temannya juga Hyo-rin sudah lama menunggu di tempat
itu. Tak berapa lama kemudian, barulah mobil Chae-gyeong dan Yul muncul kemudian
masuk ke villa itu. Shin langsung menghampiri mobil Chae-gyeong dan
bertanya kenapa mereka lama sekali. Shin dan teman-temannya sudah
menunggu hampir 3 jam di villa itu. Chae-gyeong hanya tertawa, cuma tiga
jam saja. Yang penting mereka sekarang sudah sampai. Hee-sung mengeluh
dan bilang kalau dia ingin muntah.
Yul
keluar dari mobilnya dan disambut ketiga teman Shin juga Hyo-rin. Shin
terus memperhatikan Yul. Kemudian saat Yul hendak masuk, Shin bertanya
kenapa Yul bisa telat datang. Yul hanya tersenyum sambil memandangi
Chae-gyeong. yul pergi sambil senyum-senyum. Shin terlihat tak suka
memandang Yul.
Mereka
berkumpul di dalam villa. Chae-gyeong ingin sekamar dengan ketiga
temannya. Yul bilang, di villa itu dalam satu kamar hanya ada 3 tempat
tidur. Jadi teman-teman Chae-gyeong memutuskan untuk tidur bertiga tanpa
Chae-gyeong. chae-gyeong bisa tidur bersama suaminya. Awalnya
Chae-gyeong tak mau. Tapi tak ada pilihan lain. Suaminya juga ada
disitu, jadi kenapa dia harus tidur dengan teman-temannya. Shin
memandang Chae-gyeong dengan grogi. Begitu pula Chae-gyeong.
Ketiga
teman Shin juga hendak tidur sekamar. Teman-teman Chae-gyeong sudah
mulai masuk ke dalam. Jang-gyeong menghampiri Hyo-rin dan membawakan
barang-barang Hyo-rin ke kamarnya. Shin memandangi kepergian Hyo-rin dan
ketiga temannya. Hanya tinggal Shin, Yul dan Chae-gyeong yang belum
masuk ke kamar. Shin langsung membawa Chae-gyeong pergi ke kamarnya
dengan paksa dan agak marah melihat Chae-gyeong yang terus saja
memandangi Yul. Yul hanya bisa menatap kepergian mereka berdua dengan
sedih.
Chae-gyeong
memeriksa ruangan demi ruangan yang ada di dalam kamar mereka. dia
merasa senang. Kemudian keduanya duduk berhadapan dan bicara.
Chae-gyeong bilang, dia merasa malu harus berbagi ruangan bersama Shin.
Shin bertanya kenapa harus malu, bukankah mereka pernah melakukannya.
Chae-gyeong bilang, dia ingin sekali berada sekamar dengan
teman-temannya.
Shin
bertanya, apa Chae-gyeong tak suka sekamar dengan suaminya sendiri.
kalau Chae-gyeong tak mau, Chae-gyeong bisa pergi ke kamar yang lain.
Chae-gyeong berkata bukan itu maksudnya. Hal yang buruk akan terjadi
kalau mereka tidur dalam satu kamar. Seperti saat ada di rumah
Chae-gyeong. Dan juga saat mereka menghabiskan malam pertama.
Chae-gyeong tak tahu apa yang akan Shin lakukan padanya.
Tentu
saja Shin marah mendengar hal itu. Apa Chae-gyeong pikir dia itu orang
brengsek? Shin berkata, jika seseorang mendnegar hal ini, mereka mungkin
akan berpikir kalau Shin adalah orang brengsek. Chae-gyeong malah
meledeknya, Shin itu seperti binatang. Tentu saja Shin tak terima
mendengarnya. Chae-gyeong bilang, siapa yang meminta Shin menciumnya
seperti itu waktu itu.
Shin
mencoba membela diri. Waktu Chae-gyeong diciumnya, kenapa Chae-gyeong
tak menolaknya. Chae-gyeong langsung mengalihkan pembicaraan agar mereka
cepat ganti baju. Yang lainnya sudah menunggu. Shin menggoda
Chae-gyeong, kenapa mereka tidak ganti baju bersama. Tentu saja
Chae-gyeong jadi ketakutan. Shin menggoda Chae-gyeong, bukankah mereka
sudah sering berbagi ruangan, kenapa tidak melakukannya bersama.
Chae-gyeong jengkel dan balik menantang Shin. Gantian Shin yang salah
tingkah dan menutup matanya seketika karenanya.
“Shin-gun,
kenapa kau tiba-tiba menutup matamu? Kau…Jangan lihat. Jika kau membuka
matamu saat aku telanjang, berarti kau memang benar-benar orang
brengsek!” ancam Chae-gyeong. “Ok. Baiklah. Aku tahu” jawab Shin. Tanpa
Shin tahu, Chae-gyeong pergi sambil membawa tasnya dan pergi ke balik
tembok sambil terus menggoda Shin agar jangan mengintip. Chae-gyeong
senyum-senyum di balik tembok sambil meninggalkan sebuah catatan untuk
Shin, lalu pergi.
Shin
sudah tak tahan dan ingin membuka matanya. Lalu kemudian Shin membuka
matanya dan melihat sekelilingnya. Chae-gyeong sudah tak ada di situ.
Kemudian ada catatan tergeletak dibawah kakinya. Catatan itu
bertuliskan, “Kau itu sedang lihat apa?”. Shin tertawa sendiri
membacanya. Disitu ada foto seorang tokoh kartun yang bawahnya digambari
sendiri oleh Chae-gyeong.
Hyo-rin
termenung sendirian. Tiba-tiba Shin dan Chae-gyeong keluar dari kamar
mereka sambil bercanda. Hyo-rin melihat mereka berdua. Teman-teman
mereka yang lain sedang sibuk memasak. Mereka bertanya kenapa Shin dan
Chae-gyeong lama sekali turunnya. Mereka berpikir yang macam-macam
mengenai kedua pasangan itu. Kang-hyeon berkata, Chae-gyeong pasti
senang sekali. Chae-gyeong dan Shin jadi salah tingkah karenanya.
Chae-gyeong mengalihkan perhatian dan berkata kalau dia lapar sekali.
Selesai
memasak, mereka makan bersama. Kang-hyeon memberitahu Chae-gyeong,
kenapa Shin makan sedikit sekali. Chae-gyeong malu-malu, tapi sebenarnya
dia mau. Chae-gyeong bertanya pada Shin yang duduk di sebelahnya dan
bertanya kenapa Shin hanya makan sedikit. Shin bilang, dia tak begitu
suka baunya. Chae-gyeong kemudian bertanya, bagaimana kalau dia
membungkus dagingnya dengan selada. Awalnya Shin menolak, tapi akhirnya
mau makan juga dengan disuapi oleh Chae-gyeong.
Hyo-rin
menatap dengan kecewa. Yul juga merasa iri. Sementara yang lainnya,
menyoraki kedua pasangan itu. Jnag-gyeong berkata, Shin banyak sekali
berubah. Dia jadi lebih dewasa. Dengan sombongnya Chae-gyeong bilang,
itu karena dirinya. Chae-gyeong bilang, laki-laki bisa juga jadi
terpengaruh karena kebiasaannya bersama seorang wanita seperti dirinya.
Selesai
makan, anak-anak dari kelas seni mulai melukis untuk tugas akhir
mereka. yul menghampiri Chae-gyeong dan berkata, kalau ternyata gambar
Chae-gyeong lebih buruk dari yang dia bayangkan. Chae-gyeong jengkel dan
berkata, kalau begitu dia ingin melihat gambar Yul. Yul panik dan
menghalangi Chae-gyeong untuk melihat lukisannya. Yul bilang, dia akan
memperlihatkannya nanti.
Shin
datang bersama teman-temannya dan melihat tingkah Yul yang mencoba
menghalangi Chae-gyeong untuk melihat lukisannya. Shin menghampiri
Chae-gyeong agar ikut dengannya. Dia ingin memotret Chae-gyeong.
Chae-gyeong bertanya apa Yul mau ikut, Yul dengan segera menolaknya dan
meminta agar Chae-gyeong pergi saja dengan Shin. Dia masih harus
menyelesaikan lukisannya. Chae-gyeong langsung mengajak ketiga temannya
untuk berfoto, meninggalkan Yul sendirian. Yul memandangi lukisannya
dengan sedih, ternyata dia melukis wajah Chae-gyeong!
Chae-gyeong
masuk ke kamarnya dan dia merasa gerah. Dia ingin mandi. Lalu mulai
mencari perlengkapannya di dalam tasnya. Dia mencoba mencari
perlengkapan mandinya, tapi yang ditemukannya malah celana dalam Shin!
Tiba-tiba Shin datang dan masuk ke kamar sambil menyebut nama Hyo-rin.
Shin sedang berbicara di telepon dengan Hyo-rin. Chae-gyeong tak mau
ketahuan dan dia langsung membawa barang-barangnya masuk ke lemari. Dia
juga ikut masuk dan bersembunyi di dalam lemari.
Shin
duduk di tempat tidur yang terletak di depan lemari tempat Chae-gyeong
sembunyi. Chae-gyeong kesal saat mendengar kalau dia akan bicara nanti
kalau ketemu lagi dengan Hyo-rin. Lalu kemudian dia terkejut. Celana
dalam Shin masih tertinggal di luar. Chae-gyeong mengambilnya dengan
susah payah dan masuk kembali ke dalam lemari.
Shin
mulai melepas bajunya satu-persatu. Dia ingin mandi. Chae-gyeong kaget
saat melihat Shin yang sedang membuka bajunya di depannya. Di atas
tempat tidur. Shin selesai melepas bajunya, kemudian berdiri di depan
lemari tempat Chae-gyeong sembunyi. Chae-gyeong melihat pemandangan
didepannya dan dia segera menutup matanya dengan tangannya. Shin
telanjang di hadapannya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar