Chae-gyeong
bersembunyi dan merasa lemas juga deg-degan bersembunyi di dalam
lemari. Chae-gyeong tak tahu apa yang harus dilakukannya. Jika dia
keluar sekarang, dia pasti terlihat aneh. Dia jadi salah tingkah
sendiri. Dia berkata pada dirinya sendiri, dia tak melihat apa-apa dan
dia harus melupakan semuanya. Shin menjatuhkan sesuatu dan memungutnya.
Chae-gyeong segera sembunyi lagi.
Shin
masuk ke kamar mandi. Chae-gyeong berusaha keluar dari tempatnya
sembunyi. Tepat saat itu, Shin keluar lagi dari kamar mandi. Tentu saja
itu membuat Chae-gyeong panik dan masuk lagi ke dalam lemari.
Chae-gyeong marah-marah sendiri di dalam lemari karena bingung tak bisa
keluar. Chae-gyeong bilang dia harus keluar dari lemari itu. Tapi
kemudian dia membayangkan, kalau dia keluar dan Shin juga keluar dari
kamar mandi dalam keadaan telanjang, maka itu akan membuatnya malu
seumur hidup. Kemudian tiba-tiba Chae-gyeong merasa kakinya kesemutan.
Karena
lelah dan kesemutan, Chae-gyeong tertidur saat Shin selesai mandi dan
berdiri di depan lemari. Chae-gyeong terbangun dan kemudian mulai keluar
dari lemari dan memegangi kaki Shin. Tentu saja Shin berteriak dan naik
ke tempat tidur karena kaget. Chae-gyeong mencoba keluar dari dalam
lemari dan berkata dengan lemah, “Shin-gun ini aku. Kubilang ini aku.
Aku Shin Chae-gyeong.
Shin
sudah memakai selimut untuk menutupi badannya yang telanjang. Dia duduk
di samping tempat tidur. Chae-gyeong sudah berhasil keluar dan
bersandar di sisi tempat tidur. Shin marah-marah pada Chae-gyeong. Dia
hampir saja mati karena kaget. Dan memarahi Chae-gyeong kenapa harus
bersembunyi di dalam lemari.
Chae-gyeong
bilang, dia merasa kakinya tadi kesemutan. Tapi sekarang dia merasa
seluruh badannya kesemutan. Shin merasa lega. Tapi tiba-tiba Chae-gyeong
berkata, “Tunggu sebentar, Shin-gun. Apa kau tak pakai celana dalam?”.
Raut wajah Shin mulai berubah. Dia pun jadi panik mendengar kata-kata
Chae-gyeong.
“Jangan
bilang kau lihat sesuatu. Kau tak lihat apa-apa, kan?” tanya Shin.
Chae-gyeong tertawa. “Tidak! Tentu saja tidak. Aku hanya bercanda. Apa
yang bisa kulihat darimu. Kau masih
atkut aku melihat sesuatu ya? Mana mungkin. Aku tak melihat sesuatu
yang aneh” jawab Chae-gyeong. Shin hanya terdiam terpaku. Sementara
Chae-gyeong berlari menjauh sambil berteriak karena bingung.
Kang-hyeon,
Hui-sung dan Sun-yeong sedang ada di sauna. Mereka menikmati berendam
air hangat. Sun-yeong berkata, mereka senang sekali dan bisa menikmati
semua kemewahan ini karena jadi teman Yang Mulia Permaisuri, Shin
Chae-gyeong. Kang-hyeon dan Hui-sung meminta Sun-yeong melepas topinya.
Sun-yeong malah turun ke bawah dan meminjam kacamata Kang-hyeon.
Kang-in,
Jang-gyeong dan juga Ryu-wan masuk ke dalam sauna itu dan bertanya apa
yang sedang mereka lakukan. Kang-in meledek mereka, apa sekarang para
bebek sudah berubah jadi angsa dan datang ke spa. Kang-in mengambil dan
melepas topi Sun-yeong dan memberikannya pada Jang-gyeong. jang-gyeong
malah memakai topi Sun-yeong sambil tertawa. Semuanya tertawa karenanya.
Kang-in
tiba-tiba kaget dan kemudian menghampiri Kang-hyeon. Dia seakan tak
percaya memandangi Kang-hyeon tanpa kacamata. Dia langsung melepas
kacamatanya dan menghampiri Kang-hyeon. “Kau adalah…” kata Kang-in
dengan takjub. “Hei, ada apa?” tanya Jang-gyeong. “Kenapa seorang pria
sepertiku sampai tak sadar ada angsa seanggun dia” jawab Kang-in. “Dasar
bodoh. Kau bilang dia angsa, lalu apakah kita juga harus berubah jadi
angsa?” canda Jang-gyeong. Semuanya tertawa mendengarnya.
Chae-gyeong
selesai keramas dan ada di depan kaca. Rambutnya di bungkus pakai
handuk. Shin masuk dan meledeknya dengan bilang, rambut Chae-gyeong
seperti es krim. Shin duduk di kasur di belakang Chae-gyeong sambil
membaca. “Kapanpun kami pergi berempat ke suatu tempat, aku Kang-hyeon,
Hui-sung dan juga Sun-yeong… Kami akan minum bir dan kemudian bercerita
tentang cerita hantu dan kami akan ngobrol dan melukis wajah yang
lainnya yang duluan tidur. Tapi tidur sekamar denganmu membuatku bosan
dan tak berdaya” keluh Chae-gyeong.
“Apa?
Tak berdaya?” tanya Shin. “Lalu kenapa kau tak tidur bersama mereka
sekarang? Aku takkan menghentikanmu. Cepat pergi sana” kata Shin sambil
berusaha mengusir Chae-gyeong dengan kakinya. “Lagipula, aku tak suka
tinggal dengan seorang pengintip sepertimu” tambah Shin. “Pengintip
apa?” kata Chae-gyeong tak terima.
“Kau
kan kemarin mengintipku saat aku selesai mandi. Dan juga…” Shin tak
jadi meneruskan kata-katanya. Keduanya salah tingkah. Keduanya sama-sama
malu mengingat peristiwa itu.
Tiba-tiba
Shin memegang tangan Chae-gyeong. “Apa kau yakin kau tak melihat
apapun?” tanya Shin. “Melihat apa? Aku tak lihat apa-apa. Aku hanya
bercanda” jawab Chae-gyeong. “Apa kau benar hanya bercanda?” tanya Shin
mencoba memastikan sekali lagi. “Itu benar. Kau ini kenapa seperti ini?
Seorang pasangan pengantin juga memperlihatkan milik mereka
masing-masing kan?” kata Chae-gyeong.
“Kau…Kau
lihat sesuatu kan?” tanya Shin lagi. Dia memaksa Chae-gyeong mengaku.
Chae-gyeong melepaskan tangannya dari genggaman Shin dan berkata kalau
dia mau tidur siang. Chae-gyeong langsung naik ke tempat tidur dan
menyelimuti dirinya lalu kemudian pura-pura tidur.
Hyo-rin
sedang termenung sambil menatap pemandagan di jendela kaca. Yul datang
dan menghampirinya. Hyo-rin tersenyum memandangi Yul. “Terimakasih
karena sudah mengundangku” kata Hyo-rin. “Bukankah kuta teman” jawab
Yul. “Aku takut karena aku, semua orang jadi merasa tak nyaman. Hanya
itu yang kupikirkan” kata Hyo-rin. “Apa kau benar-benar lelah?” tanya
Yul.
“Aku
pikir aku lelah dan lebih baik kalau aku berhenti. Jadi, mungkin aku
telah membuat kekacauan setiap hari dan aku menyesalinya. Tapi kurasa
aku melakukan hal yang benar. Bisa ku katakan, Shin sangat menyukai
Chae-gyeong sekarang” jawab Hyo-rin.
“Orang
biasa mengatakan, ada cinta yang mulai muncul di antara mereka” kata
Yul. “Yul, bicara tentang cinta, bukankah butuh dua orang untuk
membentuk cinta itu?” tanya Hyo-rin. Yul hanya diam saja. Tiba-tiba
Hyo-rin batuk-batuk. Yul menanyakan keadaan Hyo-rin. Hyo-rin bilang dia
tak apa-apa.
Di istana, Ibu
Suri sedang berbicara bertiga dengan Ratu dan Ratu agung. Ibu Suri
berkata, Pernikahan Putra Mahkota sudah dilaksanakan. Sejak Hye-jeong
dan Yul kembali ke istana, suasana istana jadi lebih meriah. Sekarang
giliran Yul yang harus menikah dan menambah jumlah keluarga istana lagi.
Mereka belum memiliki pewaris lagi. Saat Yul menikah, Shin dan Yul
harus melahirkan pewaris kerajaan sebanyak mungkin. Ratu dan Ratu agung
harus ingat hal itu baik-baik.
Ibu
Suri juga bilang, kalau bicara tentang hal itu, Ibu Suri melihat kalau
Chae-gyeong dan Yul begitu dekat. Apa mereka berdua telah kenal dalam
waktu yang begitu lama? Hye-jeong hanya bisa diam saja. Sedangkan Ratu
beralasan, mereka berdua adalah teman sekelas. Jadi wajar kalau mereka
sangat akrab. Hye-jeong menambahkan, saat pertama kali Yul datang ke
negara ini, Chae-gyeong sudah banyak emmbantu Yul. Ibu Suri
mengangguk-angguk dan berkata, jadi begitu alasannya kenapa mereka
berdua bisa dekat.
“Tapi
sepertinya mereka berdua begitu dekat. Apa Putra Mahkota tak cemburu
melihatnya?” tanya Ibu Suri. “Yang Mulia, meskipun Putra Mahkota masih
sangat muda, tapi pemikirannya terbuka” jawab Ratu. Ibu Suri tertawa
mendengarnya dan berkata, “Iya, aku tahu. Aku hanya bercanda”. Hye-jeong
tak suka mendengar hal itu. “Bagaimanapun juga, keluarga kerajaan belum
pernah seharmonis ini, kan?” kata Ibu Suri sambil tertawa. Ratu
tersenyum senang mendengarnya. Hye-jeong hanya bisa memendam
kekesalannya.
Hye-jeong
dan Kwak Sang-gung keluar dari kediaman Ibu Suri. Hye-jeong berhenti
saat bertemu dengan Kasim Kong. Kasim Kong memberi hormat pada
Hye-jeong. Hye-jeong memerintahkan Kwak Sang-gung untuk pergi sekarang.
Hye-jeong dan Kasim Kong ngobrol dengan tegang berdua.
“Ngomong-ngomong,
Kasim… Saat Putra Mahkota Hyo-ryul masih hidup, bukankah kau yang
selalu menunggui Pangeran Hwi-seong. Tapi kenapa kau sekarang malah
melayani Pangeran Shin. Jadi sebenarnya standar kesetiaan seorang Kasim
Kepala itu berdasarkan atas apa?” sindir Hye-jeong. “Tugas seorang Kasim
Kepala itu bukan menunggu seseorang tapi melihat posisinya. Setelah
kematian Putra Mahkota Hyo-ryul, tugasku juga berubah. Sekarang aku
hanya memberikan kesetiaanku pada Putra Mahkota” jawab Kasim Kong dengan
tegas.
“Jadi
begitu. Jadi, jika Putra Mahkota-nya adalah Pangeran Hwi-seong, kau
juga akan kembali melayani Pangeran Yul lagi? Aku hanya ingin bicara.
Baiklah kalau begitu…” tanya Hye-jeong. “Kalau begitu, aku juga punya
sesuatu yang ingin ku katakan pada anda, Yang Mulia. Haruskah aku
mengatakannya?” tanya Kasim Kong. Hye-jeong meminta Kasim Kong untuk
mengatakannya.
“Akhir-akhir
ini, Pangeran Hwi-seong sering sekali keluar masuk Paviliun
Myeong-seon. Apakah mungkin Pangeran Hwi-seong mengetahui insiden itu,
Yang Mulia?” tanya Kasim Kong. Hye-jeong terkejtu mendengarnya. Tapi dia
mencoba mengendaikan diri. “Apa? Yul? Itu tak mungkin” jawab Hye-jeong.
“Itu juga yang saya harapkan, Yang Mulia. Akan lebih baik kalau
anak-anak tak tahu tentang apa yang terjadi dengan orangtua mereka.
Kalau begitu, saya pamit dulu” kata Kasim Kong. Hye-jeong hanya bisa
memandangi Kasim Kong dengan memendam kejengkelannya.
Tetua
kerajaan sedang bersidang. Mereka berdebat tentang siapa yang berhak
dan pantas untuk menjadi seorang Putra Mahkota yang akan menggantikan
Raja kalau Raja mundur dari posisinya. Ada yang berpendapat kalau Shin
masih pantas, tapi banyak juga yang mendukung agar posisi Putra Mahkota
Shin diganti dengan Yul karena Shin akhi-akhir ini hanya membuat malu
keluarga kerajaan saja.
Raja
sedang berdua bersama dengan Kasim Kong. Raja bertanya apakah Shin,
Chae-gyeong dan juga Yul selamat tiba di Villa. Kasim Kong berkata, dari
yang dia dengar, mereka semua selamat tiba disana. Raja berkata, dia
merasa buruk karena lupa akan hari ulang tahun Yul. Untungnya Putra
mahkota dan Istrinya menemaninya untuk merayakan ulangtahunnya. Itu
melegakan bagi Raja.
“Yang
Mulia, ada kabar yang beredar di luar istana” kata Kasim Kong. “Katakan
saja” kata Raja. “Maaf Yang Mulia. Kata mereka, Posisi Pangeran
Hwi-seong jadi semakin meningkat dimata mereka. Mereka bahkan berkata
kalau mereka ingin posisi Putra Mahkota diganti dengan Yul” kata Kasim
Kong. “Melihat apa yang terjadi akhir-akhir ini, pantas kalau mereka
berpikir seperti itu. Itu bukan hal yang mengejutkan” kata Raja. “Yang
Mulia, bukankah kita harus meredam itu semua. Semakin hari, berita itu
semakin menakutkan” kata Kasim Kong kemudian.
“Kasim
Kepala” panggil Raja. “Ya, Yang Mulia” jawab Kasim Kong. “Sejujurnya,
kau juga merasa kalau Pangeran Hwi Seong lebih pantas untuk jadi seorang
Pangeran yang akan jadi Raja berikutnya” kata Raja. Kasim Kong
memandangi Raja seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Yang
Mulia, tak seharusnya anda berkata seperti itu” kata Kasim Kong. “Aku
tahu. Tapi setelah kuamati peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi, aku
selalu berpikir seperti itu” kata Raja.
Di
kediaman Hye-jeong, Kwak Sang-gung berkata kalau Baek Cheon-ha sudah
datang dan ingin bertemu dengan Hye-jeong. Hye-jeong meminta Baek
Cheon-ha untuk masuk ke dalam dan duduk. Hye-jeong berkata kalau mulai
sekarang dia mungkin membutuhkan bantuan Baek Cheon-ha. Hye-jeong
membutuhkannya untuk mencari seseorang secara rahasia. Tapi Baek
Cheon-ha harus bergerak dengan hati-hati. Baek Cheon-ha mengerti itu.
Chae-gyeong
tidur siang di kamarnya sambil mengenyot jempolnya. Shin terbangun dan
tersenyum geli melihatnya. Tapi Shin tak menyadari kalau wajahnya
dilukis oleh Chae-gyeong. Chae-gyeong menguncir rambut Shin, memakaikan
lipstik di bibir Shin dan juga memakaikan melukis wajah Shin seperti
cewek!
Shin
membenahi selimu Chae-gyeong dan kemudian dia meraih handycam yang ada
di sebelah tempat tidur Chae-gyeong. Saat dia melihat apa yang direkam
oleh Chae-gyeong, barulah dia sadar akan kondisi rambut dan wajahnya
yang dilukis oleh Chae-gyeong. Shin langsung berkaca dan menghapus semua
riasan diwajah dan rambutnya. Kemudian Shin menghapus rekaman yang
diambil Chae-gyeong.
Selesai
membenahi dirinya, Shin mengatur handycamnya di meja dan hendak merekam
sesuatu saat Chae-gyeong tertidur. Setelah dirasa cukup pas dan terang,
Shin menekan tombol rec dan kemudian naik ke atas tempat tidur. Shin
membelai Chae-gyeong yang sedang tertidur pulas dan kemudian menciumnya
dengan mesra.
Kang-hyeon,
Hui-sung dan Sun-yeong seperti biasa, sedang duduk bersantai bertiga.
Hui-sung terus mengamati kaca sambil berkata pada dirinya sendiri,
“Cermin, cermin, siapa gadis yang paling cantik di dunia? Hui-sung”.
Kang-hyeon dan Sun-yeong mengatakan kalau Hui-sung sudah gila. Hui-sung
terus sibuk dengan cerminya, sedangkan Kang-hyeon dan Sun-yeong
mengamati majalah.
Tiba-tiba
Kang-in masuk dan ikut mengamati majalah di depan wajah Kang-hyeon.
Kang-in senyum-senyum sambil mengamati Kang-hyeon. Lalu Kang-in duduk di
depan Kang-hyeon sambil terus tersenyum. Lalu dengan malu-malu Kang-in
bertanya dimana Kang-hyeon tinggal. Dia juga bilang kalau dia tinggal di
Kang-nam. Hui-sung malah yang menjawab pertanyaan Kang-in dan bilang
kalau dia tinggal di Kang-bok dan kalau ke Kang-nam hanya butuh waktu 1
jam dengan naik kereta bawah tanah.
Kang-in
berdehem dan kemudian berkata, “Ah, kau tahu siapa ayahku kan?” kata
Kang-in sambil tersenyum malu-malu. Malah Hui-sung yang semangat
mendengarkan kata-kata Kang-in. Tiba-tiba Ryu-wan datang dan berkata
pada Kang-in kalau Shin mencarinya. Kang-in kesal karena mengganggu
saja. Kang-in berpamitan dan senyum-senyum pada Kang-hyeon lalu keluar.
Chae-gyeong
terbangun dari tidurnya. Dia memanggil Shin tapi Shin tak menjawabnya.
Chae-gyeong mengeluh kenapa Shin pergi tanpa pamit padanya. Kemudian dia
bangun dan menyadari sesuatu yang menarik. Dia tadi merekam saat dia
mendandani Shin dan dengan penuh semangat dia keluar dengan membawa
handycam itu.
Di
ruang tengah, Chae-gyeong mengajak teman-temannya untuk menonton video
lucu yang direkamnya. Ketiga teman Shin juga ada di sana dan merasa
bosan, ingin nonton TV. Tapi keempatnya melarangnya. Hui-sung meminta
mereka diam saja. Yang Mulia Permaisuri akan menunjukkan pada mereka
film komedi dari keluarga kerajaan. Ketiga teman Shin memprotesnya.
Apanya yang lucu, Hui-sung malah lebih lucu!
Hyo-rin
berdiri di pojok ruangan. Yul baru saja datang dan diia diam sambil
berdiri di belakang teman-temannya. Chae-gyeong meminta semuanya
bersabar. Dan saat sudah terlihat gambar, dia mulai berteriak dan
bersemangat agar teman-temannya menyaksikan adegan video lucu yang
diambilnya.
Chae-gyeong
mundur ke belakang agar yang lain bisa menyaksikannya. Tapi dia kaget
saat melihatnya. Itu bukan film yang diambilnya. Kang-hyeon berkata,
kalau bukan dia, siapa lagi yang mengambil dan merekam video itu.
Bukankah itu handycam milik Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang bukan dia
yang merekam itu.
Tiba-tiba,
Shin datang dan berteriak dengan panik, “Ya! Handycam itu!!! Ahhhhh~”.
Tapi terlambat. Video itu sudah sampai ke adegan dimana Shin mencium
Chae-gyeong di atas tempat tidur dengan mesra. Chae-gyeong malu karena
rekamannya tak sesuai yang ada di bayangannya karena sudah dihapus oleh
Shin. Chae-gyeong berusaha menutupi layar TV, tapi semua yang ada sudah
terlanjur melihat adegan romantis itu.
Hyo-rin
kaget melihatnya. Yul terlihat kecewa karenanya. Jang-gyeong bertanya
pada Shin, “Kenapa kau tunjukkan video itu pada kami semua?”. “Cerita
cinta pasangan Putra Mahkota, kami sudah melihatnya dengan baik” ledek
Kang-in. ryu-wan yang duduk di sebelah Kang-in ikut tertawa geli.
Kemudian semuanya ikut bertepuk tangan.
“Hey!
Hey hey hey! Ini bukan seperti itu. Jangan salah sangka. Bukan itu
maksudnya” kata Shin mencoba menutupi rasa malunya. Chae-gyeong merasa
malu dan dia langsung berlari pergi meninggalkan ruangan itu diiringi
tatapan sedih Yul.
Chae-gyeong
masuk ke kamanya dan mulai mengatur nafasnya. Chae-gyeong bertanya pada
dirinya sendiri, kenapa Shin merekam adegan seperti itu? Apa dia
benar-benar brengsek ataukah karena Shin ingin mempermalukannya? Dia
merasa malu karena semua teman-temannya ikut melihatnya. Tapi kemudian
dia tiba-tiba tersenyum dan bilang pada dirinya sendiri kalau dia ingin
menonton video itu sekali lagi!
Ibu
Chae-gyeong ada di istana dan menyapa Kim Sang-gung. Ternyata Kim
Sang-gung adalah salah satu klien asuransinya. Ibu Chae-gyeong kemudian
pamitan pergi ke suatu tempat. Ibu Chae-gyeong menuju ke kanti istana
dimana Ayah Chae-gyeong sedang melayani dayang-dayang istana yang sedang
makan siang.
Ayah
Chae-gyeong melihat istrinya dan kemudian keduanya duduk bersama. Ibu
Chae-gyeong bertanya bagaimana keadaan suaminya. Apakah bisa mengatasi
semuanya dengan baik. Ayah Chae-gyeong mengiyakan kalau dia bisa
mengatasi semuanya dengan baik dan kemudian bertanya apa yang sedang
dilakukan istrinya di kantin istana. Istrinya bilang kalau dia sedang
mencari klien baru untuk asuransinya. Ayah Chae-gyeong berkata pada
istrinya kalau sekarang ini sudah tak ada orang di istana yang belum
ikut dalam asuransi istrinya.
Istrinya
tak terima sindiran suaminya. Dia bilang, dia harus memanfaatkan
tambang yang mereka dapatkan untuk mencari emas sebanyak mungkin. Di
istana itu banyak sekali orang. Dimana ada orang, disitu harus ada
asuransi. Dan dimana ada asuransi, disitu pasti ada orang. Ayah
Chae-gyeong memuji jiwa bisnis istrinya dan bertanya, target hari ini
siapa. Istrinya bilang kalau target hari ini adalah Choi Sang-gung!
Ayah
Chae-gyeong kaget mendengarnya. Choi Sang-gung kan belum menikah. Jadi
mungkin dia tak butuh asuransi. Tapi istrinya bilang, karena masih
sendiri, itu lebih berbahaya bagi seorang wanita. Istrinya merayu dan
berkata, kalau dia mendapat klien, dia akan mengadakan pesta untuk
suaminya karena sudah dapat pekerjaan. Tentu saja ayah Chae-gyeong
senang mendengarnya, tapi tiba-tiba wajahnya berubah muram. Disaat
seperti ini, dia ingin Chae-gyeong ada disini bersamanya. Tapi sayang
Chae-gyeong sedang ada di pesta Ultah Yul.
“Aku berani bertaruh, hanya akulah ayah di dunia ini yang
menerima pekerjaan di istana hanya agar bisa bertemu dengan putrinya.
Benar begitu kan? Kurasa aku memang terlalu mencintai putriku” kata Ayah
Chae-gyeong. “Aigo! Itu karena kalian memiliki metal yang sama. Aku
harus kembali bekerja” kata Ibu Chae-gyeong kemudian.
Ibu
Chae-gyeong berusaha merayu Choi Sang-gung di kediaman Chae-gyeong.
Choi Sang-gung berkata, pelayan istana tak diijinkan untuk menikah. Jadi
dia takkan punya anak ataupun suami. Ibu Chae-gyeong kaget
mendengarnya. Bagaimana mungkin gadis secantik Choi Sang-gung memutuskan
untuk tidak menikah. Choi Sang-gung berkata, dia berasal dari keluarga
miskin dan Ratu lah yang selama ini menjamin hidupnya dan bahkan
membiayainya hingga lulus universitas. Untuk membalas kebaikan Ratu, dia
datang ke istana. Jadi tidak bisa menikah, bukanlah masalah untuknya.
Ibu
Chae-gyeong bertanya, apa maksud Choi Sang-gung. Kalau tidak menikah,
bagaimana mungkin hidupnya bisa jadi menarik. Menikah dengan seseorang
yang dicintai, bertengkar dengan seseorangyang dicintai dan kemudian
menghasilkan keturunan dan hidup bahagia bersama. Apa Choi Sang-gung
merasa semua aturan itu adil untuknya.
Choi
Sang-gung bilang itu adalah pilihannya. Ibu Chae-gyeong masih berusaha
merayu dan berkata itu adalah eksploitasi pada seorang karyawan dan
menyalahi hak asasi manusia. Itu adalah prinsip wanita modern. Tapi Choi
Sang-gung berkata, di istana ini juga banyak seniornya yang tidak
menikah. Dengan memelas ibu Chae-gyeong berkata, dia tak sanggup melihat
Chae-gyeong menghabiskan waktu di istana dengan dikelilingi orang-orang
yang tidak diijinkan untuk menikah. Dia akan memprotes hal itu dan
memastikan kalau Choi Sang-gung akan diijinkan untuk menikah. Ibu
Chae-gyeong pamitan pergi.
Ibu
Chae-gyeong menyampaikan protesnya di depan Ibu Suri dan Ratu. Karena
terlalu bersemangat dia sampai tersedak. Ibu Suri meminta Ibu
Chae-gyeong untuk meminum tehnya. Ibu Chae-gyeong meminum tehnya. Dia
berkata sampai dimana tadi, kenapa dia merasa tenggorokannya begitu
sakit. Ratu dengan senyum-senyum berkata, terang saja sakit karena ibu
Chae-gyeong baru saja bicara selama 30 menit!
“Bagaimanapun
juga, bukankah yang kukatakan itu benar kan?” kata Ibu Chae-gyeong.
“Aku merasakan banyak hal setelah kau mengatakan hal itu pada kami. Tapi
itu adalah sebuah tradisi yang berlangsung cukup lama. Bukankah begitu
Ratu?” kata Ibu Suri. “Ya. Mungkin aku harus mengatur ulang peraturan
itu. Maafkan aku” kata Ratu. “Tak apa-apa. Sekarang kita harus
mendengarkan dengan baik apa yang dipikirkan oranglain. Apa kau merasa
lebih baik sekarang?” tanya Ibu Suri.
Ibu
Chae-gyeong senyum-senyum. “Ya, aku merasa lebih baik. Terimakasih
sudah mendengarkanku. Tapi apa aku tak keterlaluan ya?” tanya Ibu
Chae-gyeong pada dirinya sendiri. “Kau baru saja bicara tentang
peraturan yang tak kau suka di istana ini” kata Ibu Suri. Ratu berusaha
menyembunyikan senyumnya.
Malam
itu di Villa di adakan pesta topeng. Chae-gyeong dan ketiga temannya
pergi ke belakang. Hyo-rin memuji ide kreatif Yul dalam menyelenggarakan
pesta topeng ini. Yul hanya ingin semuanya merasa senang. Shin bertanya
kemana istrinya pergi. Tapi Yul juga tak tahu apa-apa. Yul memandang ke
sekeliling ruangan. Chae-gyeong akhirnya muncul bersama ketiga temannya
sambil membawa tart.
Chae-gyeong
membawa kue itu ke hadapan Yul. Shin memandang dengan cemburu. “Karena
ini ulang tahun, kau juga butuh kue. Apa lagi yang kau tunggu Yul-gun?
Ayo tiup lilinnya” kata Chae-gyeong. yul meniup lilinnya dan semua
bertepuk tangan untuknya termasuk juga Shin. Mereka bertepuk tangan
sambil mengucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Yul lalu kemudian bersulang
tapi belum minum sampagne-nya.
Yul
bilang ini adalah Pesta Ulang Tahun impiannya dimana dia selalu ingin
menghabiskan waktu bersama teman-temannya seperti ini. Saat dia di
Inggris, dia tak punya banyak teman. Chae-gyeong berkata, Yul sekarang
punya banyak teman. Chae-gyeong minta persetujuan Shin tentang
kata-katanya. Awalnya Shin hanya cuek tapi akhirnya dia mengiyakannya.
“Bagaimanapun
juga, Selamat Ulang Tahun” ucap Shin. Yul mengucapkan terimakasih atas
perhatian Shin. Keduanya lalu bersulang. Tapi saat Shin hendak meminum
sampagne-nya, Hyo-rin menghentikan Shin dan meminta Shin agar tak
meminum sampagne itu. Hyo-rin bilang itu sampagne buah peach dan Shin
alergi buah peach. Shin bertanya pada teman-temannya apa benar itu
sampagne peach, Kang-in yang memegang botol sampagne-nya mengiyakan hal
itu.
Chae-gyeong
terlihat kecewa. Karena dia sama sekali tak tahu akan hal itu tentang
suaminya sendiri. hyo-rin bercerita, kalau terakhir kali Shin makan
sekaleng buah peach, badannya jadi semerah wortel. Tapi lucunya,
punggung Shin terdapat bintik-bintik dan bentuknya hampir menyerupai
hati. Hyo-rin dengan semangat menceritakan hal itu. Tampak wajah
Chae-gyeong kecewa. Shin tahu itu karena Chae-gyeong berdiri di sisinya.
Karena itulah Shin berkata kalau peristiwa itu sudah lama sekali
berlalu.
Chae-gyeong
berusaha memendam rasa irinya pada Hyo-rin yang tahu banyak hal tentang
Shin. “Jika kau minum itu, kau pasti dapat masalah besar” sindir
Chae-gyeong sambil meminum sampagne-nya. Hyo-rin kemudian berkata, apa
Shin juga bercerita tentang alerginya terhadap kacang. Chae-gyeong jadi
tambah marah. Dia bilang dia sangat suka kacang dan buah peach, lalu
meminum habis sampagne di gelasnya dan kemudian mengambil sampagne dari
tangan Shin lalu meminumnya juga sambil berkata kalau dia sangat suka
peach. Shin berusaha melarangnya, tapi Chae-gyeong yang merasa
tersisihkan oleh Hyo-rin tak mempedulikan perhatian Shin.
Chae-gyeong
duduk sendirian di atap sambil bermain-main dengan bara api. Yul datang
menghampirinya dan berkata kalau dia tadi emncari Chae-gyeong. yul
bertanya apa yang sedang Chae-gyeong lakukan disitu. Chae-gyeong bilang
dia hanya ingin ada disini. Yul bertanya apa ini semua karena Hyo-rin,
Chae-gyeong bilang Hyo-rin tahu banyak hal tentang Shin daripada dirinya yang tak tahu apa-apa tentang Shin.
Yul
berkata, Hyo-rin dan Shin sudah bertemu dan dekat selama 2 tahun. Dan
yang dia dengar, mereka berdua memang sangat dekat. Dua tahun bukanlah
waktu yang singkat. Chae-gyeong berkata itu memang benar. Tapi tetap
saja dia merasa sangat buruk karena tak tahu apa-apa tentang Shin. Apa
waktu bisa membuatnya tahu banyak hal tentang Shin? Yul kecewa dan
berkata, rasanya takkan mungkin semudah itu. Chae-gyeong mencoba
mengendalikan airmatanya. Dia melihat sekelilingnya dan melihat sesuatu.
Dia melihat Hyo-rin dan Shin yang sedang bicara berdua!
“Mereka
bilang mereka akan mendukungku. Tapi sebenarnya yang mereka inginkan
adalah membuatku pergi meninggalkan Korea” keluh Hyo-rin. “Jangan
khawatir akan hal itu. Meskipun mereka keluarga kerajaan, mereka tak
berhak mengatur hidupmu” kata Shin.
“Tidak.
Aku sudah memikirkannya dengan tenang. Aku tak ingin selalu bergantung
pada guruku. Dukungan ini lebih banyak untuk menggapai mimpiku. Dan
juga, aku sudah menerimanya. Aku berpikir pergi ke luar dari Korea untuk
belajar, dan kemudian aku berpikir tentang sesuatu. Tak lama lagi kau
juga akan menyusul untuk belajar tentang film dan aku akan belajar
balet. Itu mungkin akan butuh waktu 2-3 tahun lagi. Bukankah kau juga
ingin belaja di luar negeri? Jika itu benar-benar terjadi, jika kita
bisa belajar bersama, itu akan sangat menyenangkan” ungkap Hyo-rin.
Tanpa
mereka tahu, Chae-gyeong mendengar percakapan itu dan tambah kecewa
karenanya. “Pergi sendirian, aku pasti akan merasa kesepian” tambah
Hyo-rin. “Aku memang ingin belajar ke luar negeri” kata Shin. “Jika kau
ingin melebarkan sayapmu dan meraih mimpimu untuk belajar tentang film
di Prancis, kau akan bisa memproduksi film terbaik” kata Hyo-rin. “Yeah.
Setelah 2-3 tahun, pergi ke Paris adalah masa depanku” ungkap Shin.
“Aku tahu kau akan berpikir seperti itu, lalu…” kata Hyo-rin tapi
kata-katanya dipotong oleh Shin.
Chae-gyeong pergi meninggalkan mereka
dengan perasaan sedih, marah dan kecewa. Tanpa tahu apa yang Shin
katakan pada Hyo-rin. “Tapi, kupikir, aku punya sesuatu yang lebih baik
dari mimpiku yang baru saja muncul dalam kehidupanku. Jika aku
benar-benar akan pergi, aku akan pergi bersama orang itu” ungkap Shin.
Hyo-rin melepas topeng yang sedari tadi di pakainya. Dia seakan tak
percaya akan apa yang baru saja didengarnya.
“Tapi
sekarang, aku tak bisa meninggalkan istana. Ibuku mungkin tak
benar-benar tulus membantumu. Tapi kurasa itu yang terbaik untukmu.
Raihlah mimpimu di Paris” tambah Shin lagi.
Chae-gyeong
duduk lagi bersama Yul. Matanya sudah mulai memerah dan berair. Tapi
dia mencoba untuk tetap menahan kesedihannya. “Apa kau tahu apa yang
Shin suka atau tidak?” tanya Yul. “Shin-gun pasti berbeda denganku.
Shin-gun sudah merencanakan masa depannya tanpa aku. Aku tak seperti
itu. Berpikir kalau Shin tak ada di masa depanku saja membuat hatiku
sakit. Tapi Shin tak seperti itu. Dia benar-benar berbeda denganku”
ungkap Chae-gyeong.
“Sudah
kubilang padamu jangan percaya pada hatinya. Kau dan Shin memang tak
cocok” kata Yul. “Ini membuatku berpikiran buruk, dia seharusnya
mengatakan impiannya tentang belajar ke luar negeri padaku” keluh
Chae-gyeong. “Tapi mungkin Hyo-rin membuatnya merasa nyaman daripada
harus bicara padamu” kata Yul lagi. Chae-gyeong berusaha menahan
tangisnya dengan menggigit bibirnya sendiri.
Raja
bertemu dengan seseorang di tepi danau. Ternyata yang ditunggunya
adalah Hye-jeong. Mereka berjalan berduaan sambil bergandengan tangan
dengan mesra dan tertawa gembira. Lalu keduanya duduk di sebuah bangku
taman dan bercanda. Bahkan Raja mencium kening Hye-jeong. Raja tiba-tiba
terbangun dari tidurnya. Ternyata itu adalah mimpi Raja. Raja terbangun
dan kemudian duduk di kursi. Ratu ikut terbangun juga karena suaminya
bangun. Tapi Ratu pura-pura masih tertidur di tempat tidurnya. Raja
mengeluh kenapa mimpinya seperti itu. Padahal waktu sudah lama sekali
berlalu.
Ratu
kemudian bangun dan turun dari tempat tidur lalu mendekati suaminya dan
duudk di depannya. Ratu bertanya pada suaminya ada apa. Apa Raja mimpi
buruk. Raja agak kaget dan meminta maaf karena sudah membangunkan
istrinya. Ratu bilang kalau dia juga tak nyenyak tidur. Ratu bertanya Raja bermimpi apa. Tapi Raja berkata itu bukan apa-apa.
“Sudah
20 tahun aku hidup denganmu. Itu adalah waktu yang lama. Selama itu,
aku selalu ada untukmu. Tapi kurasa, aku tak bisa dekat dihatimu” kata
Ratu. “Apa maksudmu Ratu?” tanya Raja. “Aku selalu menunggu sampai
hatimu kosong untuk ku tempati. Aku selalu menunggu dan menunggu.
Terkadang aku ingin menyerah, tapi aku tak bisa. Aku harus melihat
sampai anakku jadi Raja. Itu akan jadi hadiah terindah dalam hidupku
yang bisa kau berikan padaku yang sudah selalu menderita disisimu dan
hanya bisa diam saja” ungkap Ratu. “Ratu, tentang itu…” kata Raja.
“Jadi, Yang Mulia, kau harus melindungi Putra Mahkota. Kau harus
melakukan hal itu” tambah Ratu lagi.
Di
pesta Yul, mereka menikmati api unggun sambil berbicara tentang kapan
mereka bisa seperti ini lagi. Pasti akan sulit karena sebentar lagi
mereka akan lulus. Jika mereka lulus, mereka akan berbaur di masyarakat.
Mereka akan sulit untuk bisa menghabiskan waktu seperti ini lagi.
“Kita
akan memulai hidup dengan serius. Kapanpun, dimanapun. Kita harus hidup
dengan serius tak peduli dimanapun kita berada” kata Chae-gyeong. “Hei,
bebek, kau akan menghabiskan sisa umurmu di dalam istana, jadi
bagaimana kau bisa berkata kalau kita harus hidup dengan serius?” tanya
Kang-in. “Aku mungkin akan mendapatkan kebebasanku 2-3 tahun lagi” jawab
Chae-gyeong.
Shin
menatap Chae-gyeong. “Bagaimana mungkin kau bisa bebas? Apa kau tak
ingat siapa kau?” tanya Hui-sung. “Bagaimanapun juga aku harus tetap
memikirkannya” jawab Chae-gyeong. “Kalau begitu, nanti pasti akan muncul
berita Sang Putri kabur dari istana” ucap Jang-gyeong. “Jangan bicara
omong kosong tentang Putri yang meninggalkan istana” timpal Shin. “Aku
juga berhak memikirkan masa depanku” kata Chae-gyeong. Shin hanya bisa
menatap Chae-gyeong dengan kecewa.
Chae-gyeong
bermain-main dengan lilin yang ada di depannya. Dan tangannya terluka
karena panas. Chae-gyeong berteriak kesakitan karenanya. Sun-yeong dan
Kang-hyeon langsung panik sambil memegangi tangan Chae-gyeong dan
bertanya apa Chae-gyeong tak apa-apa, kenapa tak hati-hati. Yul bilang
dia akan mengambilkan es untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong bilang tak
perlu. Dia yang akan mengambilnya sendiri. Yul mengajaknya pergi
bersama. Shin hanya bisa memandangnya dengan memendam rasa kecewanya.
Yul
membukakan pintu. Ada sebuah bata yang lepas dan bata itu membuat
Chae-gyeong terjatuh. Yul berusaha menahan tubuh Chae-gyeong agar
Chae-gyeong tak terluka. Shin memandangi keduanya dengan marah, tapi dia
hanya diam saja. Chae-gyeong panik dan bertanya apa Yul tak apa-apa.
Chae-gyeong kaget saat melihat tangan Yul yang terluka dan berdarah
karena menimpa lampu dan lampu itu pecah.
Yul
bilang dia tak apa-apa asalkan Chae-gyeong tak terluka. Yul berusaha
berdiri. Mereka pergi bersama ke atap di depan bara api. Mereka duduk
berdua disana. Chae-gyeong menempelkan plester di luka Yul. Chae-gyeong
mengkhawatirkan luka Yul. Tapi Yul berkata kalau dia tak apa-apa.
Bukankah Yul sudah pernah bilang, lebih baik dia yang terluka daripada
melihat Chae-gyeong yang terluka. Dia akan merasa sakit saat melihat
Chae-gyeong terluka.
“Sekarang,
kita seperti ini, membuatku teringat saat bermain polo. Waktu itu kau
datang padaku” kata Yul. “Waktu itu tak ada yang peduli padamu” kata
Chae-gyeong. “Waktu itu, saat kau berlari untuk menolongku, aku bahagia
walau hanya sekejap” ungkap Yul. “Maafkan aku, ini semua salahku” pinta
Chae-gyeong. “Jika kau benar-benar minta maaf, maukah kau menerima
sebuah hadiah dariku?” tanya Yul. “Hadiah? Tapi hari ini kan
ulangtahunmu?” Chae-gyeong malah balik bertanya.
Yul
tersenyum. “Ada sesuatu yang benar-benar ingin kuberikan padamu” kata
Yul. “Baiklah” kata Chae-gyeong kemudian. Chae-gyeong menunduk. Yul
mendekat dan kemudian mengecup kening Chae-gyeong. chae-gyeong kaget
karenanya. Yul bilang, dia melakukan hal itu bukan sebagai seorang
teman, tapi sebagai seorang laki-laki terhadap seorang wanita. Yul
mengucapkan terimakasih karena Chae-gyeong sudah muncul dalam hidupnya
dan jadi bagian dari takdirnya.
Chae-gyeong
hanya diam. Tapi dia merasa grogi. Dia mencoba menatap berkeliling,
saat itulah dia tersadar, kalau Shin berdiri di depan mereka dan
menatapnya dengan penuh kemarahan. Chae-gyeong mencoba berdiri. Tapi dia
tak tahu apa yang harus dilakukannya. Chae-gyeong langsung duduk lagi.
Shin menghampiri mereka dan meminta Chae-gyeong untuk berdiri.
Chae-gyeong tak mau. Tapi Shin terus memaksanya. Shin menggenggam tangan
Chae-gyeong dan meminta Chae-gyeong bangun. Yul berusaha membela
Chae-gyeong dengan memegang tangan Shin dan berkata kalau Chae-gyeong
tak mau jangan dipaksa. Shin dengan geram melepas genggaman tangan Yul
lalu kemudian menyeret Chae-gyeong pergi dari tempat itu. Yul memandangi
kepergian mereka berdua dengan menahan amarahnya.
Shin
membawa Chae-gyeong pergi ke sudut ruangan. Chae-gyeong terus memegangi
tangannya yang sakit karena diseret paksa oleh Shin. “Apa tak cukup
bagimu untuk jatuh ke pelukan laki-laki lain seperti itu? Apa kau sangat
menyukainya? Apa kau memang sangat peduli pada Yul?” hardik Shin. “Kau
itu bicara apa? Kau pikir Yul terluka karena siapa?” teriak Chae-gyeong.
“Bagiku, itu terlihat seperti kesempatan yang kalian berdua
tunggu-tunggu. Bukankah dia melakukannya untuk melamarmu?” maki Shin.
“Berhenti
bicara omong kosong. Kenapa kau tak fokus saja tentang rencana masa
depanmu yang hebat?” Chae-gyeong ikut berteriak dengan marah tak mau
kalah. Chae-gyeong melangkah pergi meninggalkan Shin. “Kau itu bicara
apa?” teriak Shin. Chae-gyeong berhenti dan Shin berjalan
menghampirinya. “Setelah 2-3 tahun, kita akan bercerai dan kau akan
pergi ke luar negeri. Lebih baik kau mulai merencanakannya sekarang”
jawab Chae-gyeong.
“Belajar
di luar negeri? Oh itu” kata Shin. Shin berusaha menjelaskannya, tapi
Chae-gyeong tak memberinya kesempatan untuk bicara. “Aku tak peduli
dengan siapa kau pergi belajar ke luar negeri. Saat itu, aku akan
kembali bersama keluargaku. Itulah masa depan yang kuinginkan” kata
Chae-gyeong. “Jadi masa depan yang kau inginkan adalah kembali ke
rumahmu?” tanya Shin kemudian.
“Ya.
Jika kau memikirkannya, pasti semuanya akan berjalan dengan baik. Kau
bisa pergi untuk meraih mimpimu dan aku bisa memulai hidup baruku dengan
seseorang yang kusukai” kata Chae-gyeong. “Dengan kata lain, kau akan
memulai hidup barumu dengan Yul?” tanya Shin dengan kasar. “Apa? Kau
benar-benar hanya peduli pada dirimu sendiri. Yul-gun dan kau berbeda.
Setidaknya dia jujur padaku. Kau tak pernah jujur padaku. Jika kau
jujur, kami tak mungkin bisa sedekat ini sekarang” maki Chae-gyeong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar